Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Awas! Kecanduan Memegang Gadget, Otak Anak bisa Lelet

26 Februari 2023   18:28 Diperbarui: 27 Februari 2023   11:15 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecanduan memegang gadget|freepik.com

Otak sebagai center of command memiliki peran penting dalam segala hal. Membiarkan anak lelap dengan gadget akan memberi efek buruk pada performa otak.

Bagian otak seperti hippocampus punya andil besar dalam hal menyimpan informasi. Kemampuan untuk menyimpan dan mengakses informasi akan memudahkan anak dalam segala aspek.

Selain faktor makanan, kemampuan otak bekerja maksimal juga dipengarungi dengan kebiasaan. Kecenderungan membiarkan anak dengan gadget secara tidak langsung menjadikan anak malas bergerak. 

Otak bisa optimal karena faktor eksternal, hal kecil seperti bergerak sangat membantu otak untuk aktif berkerja. Jika kita jeli melihat, anak di bawah satu tahun, harus merangkak sebelum mampu berjalan. 

Tentu saja ini bukan tanpa alasan. Pergerakan dengan merangkak sangat berdampak pada pekembangan otak. Makanya, ketika anak merangkak sebenarnya ada proses yang melibatkan otak disana. 

Kadang, orang tua tidak memahami akan makna setiap tumbuh kembang anak. Tidak heran, ada anak yang terkurung dan bahkan dibiarkan terlelap dengan gadget. Akhirnya, anak terbiasa tanpa bergerak, keliatan pandai tapi perkembangan otaknya terganggu.

Otak terus berkembang sampai dewasa. Pada masa kanak-kanak, sejatinya otak anak berkerja maksimal. Sayangnya, banyak anak yang berada pada lingkungan tidak sehat.

Bukan karena faktor makanannya, tapi kurangnya stimulasi otak dari aktivitas bergerak. Anak-anak yang seyogyanya aktif bermain di luar, kini hidup dalam "penjara" rumah.

Orang tua malah ada yang dengan sengaja membiarkan anak memegang gadget berjam-jam. Akibatnya, regulasi emosi anak terganggu. Anak bisa cepat marah, mudah mengamuk, dan yang lebih parahnya lagi bermental tempe. 

Sedikit kemauan tidak ditepati, anak tantrum. Emosi tidak terkotrol. Lalu, orang tua menganggap itu biasa saja. "Namanya juga anak-anak" begitulah pernyataan yang sering keluar. 

Nyatanya, secara tidak disadari, koneksi informasi dalam otak anak terjadi gangguan. Lama kelamaan, seiring waktu berlalu, kemampuan berlogika juga berkurang.

Ketika anak masuk ke sekolah, daya ingat mereka melemah. Tingkat konsentrasi dan fokus juga tidak bertahan lama. Bagian hippocampus yang seharusnya bekerja maksimal malah tidak optimal. 

Apa contohnya, daya ingat anak berkurang. Informasi yang baru dijelaskan bisa dengan mudah dilupakan. Bukan hanya itu, kemampuan menahan informasi yang masuk dan menyimpannya juga tidak maksimal. 

Alhasil, kemampuan belajar anak terganggu. Lebih jauh lagi, memori spasial pada anak juga bisa terganggu. Anak sulit mengingat arah dan letak suatu benda. Lebih jauh lagi, anak tidak mampu memperkirakan jarak suatu lokasi. 

Membiarkan anak memegang gadget secara berlebih memilik dampak buruk yang tidak terlihat. Anak yang kelihatan biasa-biasa saja saat ini, bisa jadi akan bermasalah nantinya.

Sejatinya, anak butuh banyak bergerak agar otak lebih sehat dan bekerja optimal. Kecenderungan memegang gadget membuat anak malas bergerak dan tanpa disadari berakibat negatif pada otak. 

Batasi penggunaan gadget pada anak dan biarkan anak lebih banyak bergerak. Otak membutuhkan stimulasi alami agar berkembang secara alami pula. 

Orang tua jangan malah memberi contoh yang buruk pada anak. Ajak anak untuk beraktifitas di luar rumah, berkebun, mencoba hal baru agar kreatifitas anak terpancing. 

Jangan kurung anak di dalam rumah, tapi beri ruang pada anak untuk lebih banyak aktif bergerak. Tentu saja ini tidak mudah, apalagi di jaman yang seperti sekarang ini. 

Ya, semuanya kembali pada pilihan orang tua. Apakah mau anak pintar secara alami, atau terlihat pintar tapi pada kenyataannya fungsi otak anak semakin lelet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun