Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Celah Korupsi pada Program Guru Penggerak, Mungkinkah?

20 Februari 2023   15:59 Diperbarui: 20 Februari 2023   16:22 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru penggerak menjadi simbol transformasi pada dunia pendidikan. Program yang ditujukan untuk para guru ini diharapkan mampu melahirkan guru yang bisa menggerakkan.

Imbuhan "peng" pada kata penggerak memberi pesan pendorong. Jika guru yang sudah masuk golongan guru penggerak tidak mampu menggerakkan, apakah ini bermakna tidak bergerak?

Ada pihak yang bertanya "apakah mungkin dalam program guru penggerak celah korupsi terbuka?" Ya, yang namanya korupsi dimana saja tetap ada celahnya. Yang jelas niat bapak menteri baik!

Guru penggerak ini kedepannya diproyeksikan menjadi kepala sekolah. Artinya, besar harapan mereka akan menggerakkan guru yang malas 'bergerak'.

Salah satu yang mungkin digerakkan adalah mencetuskan guru penulis. Iya, jumlah guru yang menulis tidaklah banyak, sama seperti jumlah guru pembaca. Masih sangat sedikit!

Guru penggerak tidak seharusnya bergerak sendiri, mereka harus mampu berfungsi sebagai pendorong bagi guru-guru lain. Mendorong guru untuk aktif menulis, mendorong kreatifitas siswa, dan mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam hal mengajar.

Tugas ini tidak mudah dan murah, makanya jumlah uang yang digelontorkan tidak sedikit. Secara teori, kita berharap akan ada kepala-kepala sekolah yang berpikir inovatif lima tahun kedepan. 

Inovatif disini bermakna kreatif dalam melahirkan kebijakan dan solutif dalam menangani problematika keguruan. Misalnya, guru jangan lagi menghabiskan waktu pada hal yang bersifat administratif. 

Guru harus didorong untuk mampu berpikir seperti cara berpikir seorang entrepreneur, yaitu mencari ide untuk melahirkan siswa dan siswi kreatif.

Apa contohnya? mulailah dengan berfungsi sebagai guru pematik. Ibarat korek api yang mengeluarkan api untuk diambil manfaatnya. Seorang guru penggerak harus memicu daya pikir siswa pada tema pembelajaran. 

Pola transfer ilmu jangan lagi sebatas memindahkan isi buku ke kepala siswa melalui papan tulis. Tapi, jadikan papan tulis sebagai sumber kreatifitas berpikir. 

Anak murid di bawah asuhan guru penggerak hendaknya mampu berpikir kritis dengan menghubungkan teori dan masalah. Tujuannya, agar murid tidak hanya pulang ke rumah membawa masalah.

Selama ini, beban tugas yang dibawa pulang ke rumah menjadi masalah untuk orang tua. Banyak orang tua yang malah menjadi "pintar" berkat para guru.

Kedepan, bagaimana cara guru penggerak ini mampu mengerucutkan masalah siswa dan menggantinya menjadi sebuah pekerjaan berasaskan kolaborasi antar siswa. 

Murid jangan lagi diarahkan untuk mengerjakan tugas secara individu, akan tetapi latih mereka untuk bekerja sama dan saling mendorong dalam kreatifitas.

Jika perlu, bangkitkan semangat penelitian pada siswa kelas menengah bawah dan atas. Tidak harus ribet, berikan mereka proyek kecil yang wajib diselesaikan bersama.

Guru penggerak bertugas menjadi mentor pada setiap proyek yang diberikan ke siswa. Siswa dengan minat yang sama bisa disatukan, diarahkan, dan dibekali skil produktif.

Undang para pakar untuk datang ke sekolah sebulan sekali untuk membuka wawasan para siswa. Siswa jangan hanya diajarkan teori kosong tanpa paham cara mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Guru penggerak harus mampu berpikir lebih jauh kedepan, bahkan memikirkan solusi yang tidak lazim dilakukan guru pada umumnya. 

Kalau guru penggerak nantinya hanya duduk dan sibuk mengurus administrasi sekolah, maka pada hakikatnya mereka bukanlah agen penggerak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun