13 tahun yang lalu saat berada di Amerika, saya menyaksikan prosesi wisuda dari jarak dekat. Terlihat biasa saja dan tidak ada kesan mewah. Kebetulan, acara wisuda dilaksanakan di taman kampus yang memang sangat asri dan indah.
Para wisudawan dan wisudawati saat itu semua terlihat sama. Tidak ada perbedaan yang kentara, baik dari penampilan outfit atau sepatu yang digunakan.Â
Di Indonesia, para wisudawan dan wisudawati  disibukkan dengan jenis baju yang tidak murah. Dari jas, dasi, sepatu untuk laki-laki dan kebaya bagi perempuan. Belum lagi harus berias yang waktunya cukup lama, harganya mahal pula.Â
Ya, memang baju bisa disewa dengan harga yang lebih murah. Namun, tetap bagi sebagian orang itu bukan solusi menghemat. "Kan cuma sekali seumur hidup?"Â itu kata pihak yang suka berfoto-foto.
Apa tujuan Wisuda?
Wisuda hendaknya menjadi momen intropeksi, bukan diartikan sebagai ajang pertunjukan. Terkadang, acara wisuda malah menyisakan air mata bagi sebagian orang yang tidak mampu menyanggupi persyaratan.
Mereka yang punya uang cukup tak jadi masalah, namun tidak bagi wisudawan/wati yang berasal dari daerah pelosok. Menyelesaikan kuliah saja sudah menjadi sebuah kebanggaan bagi orangtua, kenapa harus dibuat ribet lagi dengan pakaian ?
Bahkan, ada yang ketika hendak sidang saja harus mengeluarkan uang lagi. Bukan hanya itu, membawa parsel berbentuk buah, berbagai kue dan minuman seakan sudah menjadi persyaratan.
Akhirnya, fokus mahasiswa bukan lagi pada skripsi, tapi malah sibuk cari parsel kesana kemari. Bingkisan ini bagi sebagian orang sudah lebih penting dari sidangnya. Walhasil, tujuan utama sudah berubah haluan.