Saat ini dunia sudah mulai terbalik, jadi sangat wajar jika pernyataan tidak lagi keluar dari ahlinya. Dengan peran teknologi dan akses informasi yang tidak lagi terbatas, banyak pernyataan yang harus disaring sebelum dicerna otak.
Anak muda yang kini mulai eksis karena menganggap diri punya peran sering mengeluarkan statement yang tidak pada ranahnya. Seperti istilah Childfree yang salah penempatannya .
Childfree yang keluar dari pernyataan influencer tidak selamanya bisa diserap langsung untuk diterima otak. Sekarang ini banyak orang yang berbicara bukan pada ranah keilmuannya, jadi berhati-hatilah.
Semua pasangan yang menikah pastilah pingin punya anak, jika ada yang tidak kepingin mungkin saja memiliki alasan mendasar. Seperti alasan medis yang tidak memungkinkan untuk memiliki anak karena resiko.
Adapun dalih tidak ingin punya anak karena ingin terlihat cantik sulit diterima akal. Kenapa? karena banyak orang yang bertambah cantik setelah memiliki anak.Â
Memiliki anak bukan sekedar karena memperbanyak keturunan, lebih dari itu anak adalah penyejuk hati kedua orang tua dan pewaris bangsa.
Bayangkan saja, jika ada 1 juta orang tidak ingin punya anak, siapa yang mau urus negara ini?Â
Negara seperti Jepang sekarang sedang menghadapi krisis warga negara. Keengganan untuk menikah dan punya anak membuat Jepang khawatir bagaimana nasib negaranya kedepan.
Sama seperti korea selatan yang juga mengalami krisis penduduk karena faktor anak muda enggan menikah. Alasannya banyak, namun yang paling mendasar adalah faktor ekonomi.
Childfree bukanlah pilihan baik, terutama jika cuma ikut-ikutan. Makanya, influencer itu perlu menggunakan filter sebelum mengeluarkan statement. Omongan mereka bisa dikonsumsi publik yang belum matang berpikir.
Rata-rata pasangan setelah menikah pingin punya anak, ada yang malah harus berusaha keras berobat, bersabar, dan berkonsultasi dengan ahli kandungan sampai 10 tahun baru bisa punya anak.
Lucu jika ada orang yang gamblang mengeluarkan statement childfree bukan pada tempatnya. Orang yang memang tidak bisa memiliki keturunan karena faktor medis tentu saja sangat wajar untuk mengambil pilihan childfree.
Akan tetapi akan kedengaran aneh jika pilihan childfree datang dari orang sehat dan berakal. Artinya, hasrat ingin punya anak itu sangat normal dan memang kodratnya begitu.
Perempuan memiliki rahim bukan tanpa alasan, disanalah tempat berteduh sosok mungil bernama janin sampai 9 bulan lamanya. Allah memberikan rahim pada perempuan sebagai bentuk kemuliann, dimana dari rahim itu akan lahir generasi terbaik bangsa.
Jadi, kalau kita dihadiahi rumah yang begitu megah, lalu tidak menempatinya karena ingin rumah itu tetap terlihat cantik, bukankah itu lucu dan aneh?
Ya, kecuali rumah itu sudah retak dan berpotensi roboh dan membahayakan, pastilah sangat wajar jika rumah itu tidak didiami. alasanya masuk akal dan mudah dicerna logika orang yang masih mampu berpikir.
Di Indonesia, kalau mau di survei, mungkin hanya 0.01% yang tidak mau punya anak. Itupun karena alasan yang tentu saja bisa dimaklumi, karena faktor kesehatan dan lainnya.
Kalau di Indonesia 50 juta perempuan pingin terlihat cantik dan tak mau memiliki anak, coba bayangkan apa yang akan terjadi?Â
Saya pribadi tidak sanggup membayangkanya, sekolah harus ditutup karena kekurangan murid, fasilitas kesehatan akan terpuruk karena dokter dan perawat terbaik tidak memiliki generasi.
Yang lebih menyedihkan lagi, tingkat kriminal bisa saja meningkat drastis. Jadi, kalau mau childfree tak perlu lah mengeluarkan statement ke publik, cukup disimpan saja sebagai rahasia keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H