Rasa takut seringkali menjadi penghalang utama untuk meraih kesuksesan. Tidak heran, banyak buku tentang personal development yang menitikberatkan rasa takut sebagai batu besar yang harus disingkirkan.
Takut merupakan hal wajar yang memang ada pada tiap individu. Meskipun demikian, rasa takur berlebih bisa menjadi hal negatif yang dapat menghambat kemajuan seseorang.
Kemampuan untuk bisa menyingkirkan rasa takut tidaklah mudah, butuh latihan agar tubuh bisa menyesuaikan dengan keadaan agar mudah beradaptasi.
Keluar dari zona Nyaman
Rasa nyaman pada kondisi tertentu bisa menjadi hal negatif jika tidak pada tempatnya. Misalnya, orang yang sudah terbiasa bangun pagi telat akan merasa nyaman untuk terus bangun lebih lama setelah matahari terbit.
Padahal, kebiasaan bangun telat bukan hanya tidak baik bagi kesehatan, tapi juga berdampak pada produktivitas. Bagi orang yang sudah terlanjur mudah terlelap dan menunda untuk bangun lebih awal, tentu saja ada nilai kenikmatan berbentuk kenyamanan.
Pada saat mencoba untuk bangun lebih awal, tubuh pasti akan menolaknya dengan rasa tidak nyaman. Saat sudah terbiasa bangun telat, jam kerja tubuh sudah berubah dan akan sangat sulit untuk membiasakan bangun lebih cepat.
Ini menjadi alasan kenapa keluar dari zona nyaman tidak mudah, bukan karena tidak mungkin tapi lebih kepada memaksakan tubuh untuk bisa merasa nyaman pada hal baru.
Otak sebagai pusat kendali memiliki database yang dipakai untuk memerintahkan anggota tubuh. Kebiasaan yang sering dilakukan aka menjadi database inti bagi otak.Â
Jika sering bangun telat, maka otak akan selalu memberi perintah serupa pada jam yang sama. Rasa tidak nyaman akan muncul saat otak menerima informasi baru seperti bangun lebih cepat.
Oleh karenanya, keluar dari zona nyaman tidak bisa terjadi dalam sekejap, harus ada pengulangan setidaknya selama 30-60 hari. Pada kondisi dimana tubuh sudah terbiasa bangun jam 10 pagi, maka untuk melayih bangun jam 5 pagi harus dipaksakan berulang kali setiap hari selama sebulan.Â
Database yang sudah menetap lama disimpan pada pikiran bawah sadar (subconscious mind), seringnya, informasi yang menetap lama di otak adalah hasil kebiasaan bertahun-tahun lamanya.
Membiasakan Hal baru
Ketika ingin mencoba hal baru, otak pastinya tidak langsung bisa menyimpan informasi sebagai database inti. Artinya, jika hanya dilakukan sesekali, maka otomatis otak tidak menyimpannya dengan baik.
Bagaimana caranya agar kebiasaan baru melekat di otak?
Agar otak mampu menyimpan informasi kebiasaan baru secara lama, maka penting sekali untuk menjaga ritme konsistensi. Ini berarti, apapun kebiasaan baru harus terus diulangi setiap hari tanpa ada jeda.Â
Baru kemudian saat otak sudah merekam kebiasaan ini secara berulang, informasi kebiasaan sebelumnya akan digantikan dengan informasi baru yang pada akhirnya bisa menjadi database.Â
Misalnya, seseorang yang ingin belajar tentang investasi harus memahami cara berinvestasi dengan baik, lalu mencobanya dengan menerapkan strategi berdasarkan ilmu yang sudah dipelajari.
Akan tetapi, untuk membentuk keahlian, perlu ada pengulangan berupa trial and error yang bisa terbentuk dari puluhan bahkan ratusan kali pengulangan, terlepas apakah gagal atau berhasil.
Pastinya, pengalaman kegagalan bisa memacu otak untuk mempelajari hal baru berupa strategi dan trik yang lebih efektif, yang pada akhirnya menjadi pengalaman investasi berujung kesuksesan.
Walaupun demikian, banyak orang yang lebih duluan takut untuk mencoba, alasan mendasar karena tidak ada pengalaman. Padahal, pengalaman baru datang dengan percobaan.
Pengalaman orang lain sekalipun bisa menjadi pelajaran berharga untuk berani memulai. Tanpa modal sekalipun, banyak yang sudha berhasil mencoba hal baru.
Intinya, kemampuan untuk membuang rasa takut perlu dipelajari lebih dulu. Rasa nyaman berlebih bisa membahayakan seseorang dalam jangka waktu panjang.
Contohnya, orang kaya yang sudah sangat nyaman dengan kekayaannya, lalu tiba-tiba jatuh miskin dan tidak siap menerima kenyataan pahit bahwa harta yang dulu dinikmati sudah lenyap.
Apa yang kemudian terjadi? rasa frustasi muncul dan akhirnya berujung pada stres. Ini sering terjadi pada generasi yang menikmati harta kekayaan orang tua tapi terbiasa dalam kenyamanan berlebih.
Oleh karenanya, berhati-hatilah dengan rasa nyaman yang berlebihan pada sesuatu hal. Tidak selamanya yang dimiliki hari ini bisa abadi sampai akhir hayat.
Maka, alangkah lebih bijak jika melatih tubuh untuk siap beradaptasi pada segala kondisi, termasuk keluar dari zona nyaman.
Semoga bermanfaat!
[Masykur]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H