Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Simpelkan Cara Berpikir agar Hidup Lebih Mudah

7 Februari 2023   11:08 Diperbarui: 7 Februari 2023   11:21 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menyimpelkan cara berpikir.www.freepik.com

Tanpa kita sadari, ritme kehidupan bisa menjadi ribet alias susah disebabkan rumitnya cara berpikir. Manusia diberikan kelebihan dengan kemampuan berpikir.

Meskipun demikian, cara berpikir sangat menentukan kualitas hidup kita. Kemudahan dalam hidup erat kaitannya dengan cara berpikir. Ada orang yang hidupnya gampang-gampang saja, ternyata rahasianya tidak berpikir rumit.

Seringnya, kalimat seperti "bagaimana jika" menghiasi pikiran terlalu lama. Akhirnya, tingkat kecemasan bertambah dan stres mudah hinggap di pikiran.

Padahal, dengan tidak terlalu ambil pusing atau biarkan alam bekerja secara normal, maka segala sesuatu bisa dipermudah. Setidaknya, kita tidak perlu menyimpan pikiran yang jelas tidak ada manfaatnya.

Dalam sebuah buku berjudul think straight, change your thoughts, change your life karya Darius Foroux tertulis satu kalimat berbunyi you have the ability to decide what you think.

Ini berarti setiap kita punya kemampuan untuk menentukan apa yang kita pikir. Semua yang kita pikirkan bisa berdampak baik atau buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang. 

Pikiran tidak hadir dengan sendirinya melainkan karena pilihan yang kita buat. Misalnya, dalam sebuah musibah, apakah condong untuk menyalahkan keadaan atau menganggapnya sebagai ujian yang haru dihadapi.

Kalau kita memutuskan untuk menyalahkan keadaan, maka pikiran yang kita hasilkan akan bertambah menjadi limbah pikiran negatif yang saban hari memenuhi memori kita.

Pada akhirnya, kumpulan pikiran negatif yang kita tumpuk terus menerus akan sulit dihilangkan. Cara terbaik adalah dengan membuang pikiran negatif ketika terlintas.

"you become what you think about all day long"

Kutipan di atas berasal dari Ralph Waldo Emerson, seorang penulis ternama amerika abad ke 18. Pikiran yang kita hasilkan setiap harinya akan menentukan tindakan.

Tidak heran, orang-orang yang berpikiran negatif condong melakukan hal negatif. Sama halnya ketika Robert T Kiyosaki memaparkan kenapa orang kaya terus kaya dan yang miskin terus miskin, sebabnya satu yaitu mindset.

Ya, benar! POLA PIKIR. Sejatinya, setiap kita punya pilihan, apakah memilih untuk menyimpelkan keadaan atau memperumit situasi. Semua tentu saja punya konsekuensi yang harus dihadapi.

Sebagai contoh kecil, dua orang mengalami musibah dalam sebuah perjalanan. Mobil yang mereka tumpangi di tabrak dari arah belakang oleh orang yang tidak mereka kenal.

Si A yang merupakan supir langsung terlihat marah dan seketika keluar dari mobil untuk melihat kondisi mobilnya. Lantas, ia mulai memaki-maki pengendara motor yang menabraknya.

Bukan hanya itu, ia juga meminta ganti rugi. Padahal, si pemilik motor tidak sengaja karena mobil berhenti seketika. Sementara itu, pemilik mobil tetap ngotot ganti rugi tanpa mau berdiskusi. 

Temannya yang duduk di sebelahya tidak terlihat marah, ia bahkan tidak menyalahkan orang lain. Bahkan, ia meminta untuk tidak mempermasalhkan dan memilih untuk mencari jalan tengah saja agar masalah tidak bertambah runyam.

Tetap saja, si A tidak mau mengalah dan terus memaki pemilik motor. Padahal, mereka bisa dengan mudah mengambil tidakan yang sama-sama menguntungkan dan tidak memperumit masalah. 

Akhirnya, pak polisi datang dan keduanya harus menyelesaikan di kantor polisi terdekat dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Jika saja mau berpikir simpel, tentu saja tak harus berakhir begini.

Itu adalah salah satu contoh dari hasil sebuah pikiran. Tidak mudah untuk memilah dan memilih pikiran yang mana yang harus menetap dan mana yang harus dibuang, tentu saja butuh latihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun