Ambil contoh kecil saja, ada banyak beasiswa ke Malaysia atau negara tetangga terdekat sperti Singapur, Thailand, Taiwan, Jepang. Caranya? aktif mencari tahu lewat Google dan mempelajari syaratnya dari kelas 1 SMA, bukan ketika hendak tamat.
Mengambil Jurusan yang tidak Ada di Dalam Negeri
Saya teringat dua tahun yang lalu saat membimbing seorang siswa SMA yang sedang mempersiapkan IELTS. Ketika saya tanyakan mau kuliah jurusan apa, ia lancar menjawab "Aero space engineering" di Inggris.
Alhamdulillah, ia berhasil tembus ke salah satu kampus terbaik di negeri ratu Elizabeth. Tentu saja dengan usaha maksimal dengan setiap hari kursus IELTS. Contoh seperti ini hanya satu orang dari total 200 siswa, rasionya kecil sekali.
Satu hal yang saya amati, peran orang tua sangat krusial untuk membuka wawasan anak agar tahu kemana arah tujuan kuliah. Yang jelas bukan ikut-ikutan kawan atau senior.Â
Siswa yang saya ceritakan ini bapaknya adalah profesor di kampus ternama, jelas saja pikirannya lebih terbuka karena peran orang tua membuka wawasa anak.
Contoh kedua, ada dua siswa SMA yang dulunya juga lebih awal mempersiapkan TOEFL di lembaga bahasa tempat saya aktif mengajar.Â
Kedua siswa ini kemudian lulus untuk kuliah di Singapura. Ada peran orang tua dibelakang mereka yang mendorong anak untuk kursus bahasa Inggris sejak masih duduk di bangku SMA.
Sedangkan siswa seusia mereka lainnya masih terlelap dengan smartphone, mengunggah foto dan video yang hanya menyita waktu berharga mereka.
Beberapa jurusan top yang menjurus ke keahlian spesifik membutuhkan mahasiswa asing di negara-negara maju seperti Jerman, Jepang, Inggris, dan lainnya.
Masalahnya, siswa SMA di Indonesia banyak yang tidak siap untuk kuliah ke luar negeri setelah tamat SMA. Selain kekhawatiran orang tua karena tak ada biaya, mereka sebenarnya belum berani mencoba hal baru.
Baca juga:Â Musim Beasiswa Tiba, Yuk Pelajari Caranya agar Lolos!
Jika saja mereka tahu dan mempersiapkan diri dari awal, orang tua tidak lagi perlu mengeluarkan uang kuliah. Kuncinya ya lewat TOEFL dan IELTS. Harus mau aktif mencari tahu dan menyempatkan diri belajar bahasa Inggris selama tiga tahun.
Mendalami bidang Penelitian terbaru