Bagi sebagian pasangan, menunda untuk memiliki anak menjadi prioritas. Tentu saja karena alasan pribadi, seringnya karena faktor ketidaksiapan.Â
Meskipun demikian, banyak pasangan yang memiliki life goal untuk segera mempunyai anak. Pilihan akan sejalan dengan konsekuensi. Menunda untuk memiliki anak boleh jadi pilihan terbaik bagi sebagian orang.
Anak, sebagaimana yang dipahami oleh banyak orang, adalah sebuah keberkahan. Walaupun demikian, ada tanggung jawab yang dititipkan bersamanya, sekaligus rejeki yang datang satu paket.
Banyak anak, banyak rejeki
Ya, begitulah ungkapan orang tua yang sering dilantunkan. Kehadiran anak identik dengan datangnya rejeki. Percaya atau tidak, itu berpulang pada individu. Yang jelas, menunda untuk memiliki anak karena takut tidak sanggup menafkahi adalah hal yang tidak tepat.
Nah, tidak semua pasangan bisa dengan mudah langsung hamil. Ada banyak yang harus menunggu sampai 5-10 tahun untuk 'menikmati' sosok mungil yang diidam-idamkan.
Apalagi, dalam budaya timur, ada kepercayaan tertentu yang sudah menjadi kultur akan kehadiran anak bagi pengantin baru. Terlepas dari itu, semua terikat pada takdir yang maha kuasa.
Hamil perlu dipersiapkan lebih awal. Antara suami dan istri haruslah siap bekerja sama dengan baik. Bukan hanya perkara siap berhubungan badan, namun yang lebih penting lagi adalah kesiapan untuk menjaga kesehatan.
Kualitas sperma bisa menentukan cepat tidaknya seorang perempuan bisa hamil. Dalam hal ini, suami punya peran lebih besar untuk menjaga kualitas sperma degan asupan gizi yang baik dan rutin berolah raga.
Gizi yang baik didapat dari menjaga keseimbangan antara protein hewani dan nabati. Asupan sayur, ikan, telur dan daging perlu diperhatikan.Â
Selain itu, penting untuk menghidari zat adiktif seperti alkohol, obat-obatan dan juga rokok. Termasuk di dalamnya asupan gula yang berlebih juga berdampak pada kualitas sperma.Â
the increased consumption of added sugar and sugary drinks, has been linked with poorer egg quality and pregnancy outcomes. [source attached]
Hasil penelitian menyebutkan bahwa konsumsi gula yang berasal dari pemanis makanan dan minuman erat kaitannya  dengan kualitas sperma  yang buruk yang berdampak pada kehamilan.
Jadi, baik istri dan suami harus bekerja sama untuk menjaga asupan agar proses pembuahan mudah terjadi. Intinya, jika menghendaki kehamilan sesaat sesudah menikah, maka awali dengan pola hidup yang sehat.
Biarkan Alam Bekerja
Hamil tidaknya seseorang juga tidak terlepas dari takdir yang sudah tertulis. Ada yang cepat dan tidak sedikit yang harus menunggu lama. Jika sudah berusaha, biarkan saja takdir datang sesuai waktunya.
Artinya, let it flow!. jangan mengharuskan sesuatu sesuai kemauan kita. Semua sudah tertulis dengan baik! tinggal kesiapan pasangan untuk menerima apapun itu. Usahakan untuk menerima apapun hasilnya, cepat atau lambat, sama saja.
Akan tetapi, kesiapan untuk menerima kehadiran sang buah hati bukan berarti hanya sebatas siap memberi asupan gizi bagi anak. Baik suami dan istri mestilah memiliki tujuan mendidik anak jangka panjang yang harus sudah ditetapkan dari awal saat menikah.
Proses penantian yang panjang bagi sebagian pasangan juga memiliki hikmah tersendiri. Tidak ada yang bisa menerka atau memastikannya. Telat bukan berarti buruk, sebaliknya cepat juga tidak selalu berkonotasi baik.
Yang sering terjadi pada masyarakat adalah melebel cepat hamil dengan kebaikan, sebaliknya menvonis wanita yang lama hamil negatif.
Tentu saja hal seperti ini sangat tidak bijak dan tidak tepat. Banyak yang sudah berusaha kesana sini tapi tetap belum bisa memiliki anak. Ada yang berusaha untuk menggugurkan sang janin malah bayinya lahir sehat-sehat saja.
Lagi-lagi, ini semua adalah sebuah ketetapan dan alam bekerja sebagaimana instruksi sang pencipta. Jika sudah ditakdirkan untuk memiliki anak, maka Allah akan menitipkan janin dalam rahim seorang perempuan.
Namun dari itu, alangkah lebih baik bagi seorang wanita untuk mempersiapkan mentalnya lebih awal. Jangan sampai ketika anak lahir, usaha untuk merawat anak tidak ada. Alhasil, anak besar seadanya saja.Â
Sosok suami pastilah berpengaruh sangat besar untuk mendukung istri pada masa kehamilan sampai melahirkan. Istri butuh dukungan tanpa henti dari seorang suami untuk bisa mempersiapkan mental yang kuat ketika mengandung dan saat melahirkan.
Sinergi membesarkan dan merawat anak bersama juga tidak boleh dispelekan. Ada peran yang harus dibagi, saling bergantian menjadi sosok tauladan anak sampai dewasa. Ini bisa diraih dengan saling mendukung dan membantu.
Sebagai penutup, program hamil membutuhkan persiapan oleh kedua belah pihak. Suami dan istri haruslah memiliki visi yang sejalan, terarah dan terprogram.Â
Adapun jika memutuskan untuk melakukan KB, maka pelajari konsekuensi di masa depan. Tentu saja, ini bukan berarti buruk. Semua ada konsekuensi yang harus siap diterima.Â
Mau banyak anak atau sedikit kembali pada kesiapan dan kerjasama yang baik. Pada masa awal menikah, ada baiknya untuk tidak menunda hamil karena alasan tidak siap. Kalaupun merasa belum siap, maka siapkan diri jauh sebelum menikah.
Semoga bermanfaat!
[Masykur]
Sumber referensi [1]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H