Tentu saja sebagai orang tua, saya paham tidak selamanya bisa berbagi waktu dengan anak. Nilai-nilai tata krama, termasuk keberanian membela diri sudah harus diajarkan sejak kecil agar anak tidak kecut.Â
Membela diri dalam konteks kebenaran sah-sah saja dilakukan. Terlebih, jika anak diganggu oleh anak-anak lain yang umurnya lebih dewasa dan teman lainnya hanya menjadi penonton.
Umumnya, anak-anak yang bermasalah atau sering melakukan tindakan buruk di sekolah berawal dari tidak hadirnya sosok orang tua dalam mendidik  mereka.
Bukan tanpa alasan, saya sudah lama mengamati bagaimana efek didikan orang tua pada anak. Terkhusus, ketika orang tua memberi contoh dan mengajak anak untuk berbuat baik.Â
Sayangnya, pola interaksi orang tua bersama anak yang semakin pudar membuat sosok ayah hilang dalam identitas diri anak. Akhirnya, mereka menjalani hidup tanpa panduan bak kapal tanpa nahkoda.
Kehadiran sosok ayah sangat penting dalam memberi nilai ketegasan dan menanamkan percaya diri pada anak sejak dini. Tanpa percaya diri, anak condong lemah dan mudah dipermainkan orang.
Khususnya bagi anak laki-laki, penting bagi seorang ayah untuk memberi contoh bagaimana seharusnya lelaki bersikap, bertutur kata, dan memperlakukan wanita.Â
Anak perempuan juga perlu belajar arti ketegasan dari didikan seorang ayah. Sosok ayah bagi anak perempuan memiliki makna tersendiri, bukan hanya sekedar memberi jajan, lalu diam tanpa kata.Â
Jauh dari itu, tanamkan percaya diri yang kuat dalam diri anak dan katakan "anak perempuan ayah akan selalu kuat dan tegar"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H