"Ayah, tadi adek pukul abang yang ganggu Nurin"
Ucapan ini keluar dari mulut anak saya yang masih bersekolah di taman kanak-kanak. Sesaat setelah mendengar laporannya, saya terpikir kenapa ia berani bertindak seperti itu.
Saya dan istri sepakat untuk mengenalkan nilai-nilai keberanian pada anak walau umurnya masih kecil. Tujuannya hanya satu, agar anak memahami nilai keberanian dan mampu membela diri.
Saya pribadi sering berujar pada anak "kalau adek ga salah, ga perlu takut tapi kalau salah harus minta maaf". Kalimat ini selalu saya tekankan padanya agar ia paham benar etika dan tata krama.
Uniknya, kejadian kemarin sepulang sekolah masih menyisakan pertanyaan dalam benak saya. Akhirnya, saya melakukan investigasi lebih lanjut dengan mengintrogasinya.
"kenapa adek berani pukul abang tadi"? saya mulai mencari tahu.
"abangnya jahat, dia ganggu Nurin tapi ga minta maaf", ujar anak saya.Â
Disini, saya mulai mengetahui akar masalah. Ternyata si anak laki-laki  tersebut menganggu temannya anak saya, tapi tak mau minta maaf. Ya, namanya juga anak-anak, pasti ada aja yang usil.
Saya lega karena anak laki-laki yang dipukulnya tidak membalas. Memang, kata "pukul" yang dideskripsikan oleh anak saya hanya sekedar menepukkan tangan.
Anak-anak mesti diajarkan untuk membela diri. Tentunya, dengan cara yang wajar dan tetap menjaga nilai kesopanan. Kalau orang tua tidak mengajarkan, maka anak bukan tidak mustahil akan menjadi korban bully.
Apalagi, saat ini nilai tata krama sudah sangat jarang diajarkan orang tua kepada anak. Bahkan, sedihnya lagi banyak orang tua yang jelas-jelas anaknya bersalah tapi malah membelanya.
Apa yang dilakukan anak saya tidak terjadi begitu saja. Sejak umur satu tahun, saya sudah mulai menanamkan nilai keberanian lewat bacaan buku-buku yang mengisahkan nilai percaya diri.