Namun, hal ini tidak berlaku bagi mereka yang kemampuan bahasa Inggrisnya masih pada level lower Intermediate atau Beginner. Waktu belajar, strategi belajar, dan materi yang dipakai sangat mempengaruhi hasil akhir.
Jika hanya belajar seminggu tiga kali tanpa latihan rutin, tentu saja butuh waktu lebih dari tiga bulan. Belum lagi jika dilihat dari daya tangkap materi, kemampuan menganalisa soal dan output pada Speaking dan Writing.
Jika ada yang berani menjamin bisa dapat 6.5 dalam waktu satu bulan, maka patut dipertanyakan.
Banyak lembaga belajar yang berani menjamin skor tertentu dalam waktu singkat. Nyatanya, mereka hanya ingin menjual paket belajar agar mudah laku. Siapa yang dirugikan? jelas, siswanya.
Secara teori, belajar bahasa asing membutuhkan waktu yang relatif lama. Belajar dengan cepat, terlebih saat sudah mendekati ujian, hanya akan menghasilkan output yang tidak bertahan lama.
Yang paling penting ketika belajar bahasa adalah pembiasaan. Bukan hanya belajar teori sebanyak-banyaknya, tapi juga sangat penting untuk menyeimbangkan antara input dan output sebaik mungkin.
Tidak sedikit yang gagal mendapatkan skor yang diharapkan karena persiapan yang tidak matang. Artinya, waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar hanya dalam satu bulan.
Dengan kemampuan bahasa Inggris seadanya, lalu mencoba ikut IELTS yang harganya tiga jutaan, itu sama saja buang-buang uanng. Lebih baik, persiapkan diri enam bulan sebelum menjadwalkan waktu tes.
Persiapan yang baik memberikan gambaran tentang kemampuan diri yang terukur. Alhasil, skor yang diharapkan bisa ddidapat dengan pola belajar yang tepat dan terarah.
Intinya, kunci untuk mendapatkan skor yang cukup adalah dengan membentuk kebiasaan belajar yang terstruktur. Tentunya, dibutuhkan seorang mentor untuk memandu cara belajar dan materi yang dipilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H