Minggu ke lima tubuh sudah akan terbiasa untuk mampu menyimpan energi yang dibutuhkan selama 30 menit. Ya, latihan lari tidak bisa dipaksakan, harus dimulai secara bertahap agar tubuh bisa menyesuaikan diri.
Tahun lalu, saya tidak mempersiapkan diri dengan baik dan hanya berlari sesekali tanpa mengikuti panduan. Jelas saja, tubuh terasa cepat lelah karena pola lari yang tidak teratur.
Disini saya mempelajari pola disiplin berlari, memulai dari berjalan dan berlari, menambahkan sesi waktu dan jarak tempuh. Semuanya ternyata memiliki makna tersendiri. Jika tidak sabar, pastilah tubuh gagal menghafal sebuah pola.
Atlit profesional, khususnya pemain bola, juga melakukan hal yang sama. Melatih diri untuk konsisten mengikuti ritme lari agar tidak cepat lelah di lapangan.
Bahkan, untuk pola pernafasan, cara mengangkat kaki dan menjatuhkan kaki ke tanah saat berlari, semuanya memiliki tehnik tersendiri. Ini yang membuat kemampuan berlari antar orang berbeda, tergantung bagaimana mereka melatih disiplin diri secara terus menerus tanpa henti.
Tentu saja, orang awam akan melihatnya sama saja. Tapi, kemampuan bertahan untuk lari lama tanpa cepat lelah tidak bisa dilatih dalam satu minggu. Semua butuh proses untuk sebuah hasil maksimal.
Ya, memang semuanya tidak bisa dipahami kecuali dengan terjun ke lapangan. Makanya, mudah saja kita melihat orang berkomentar "lari saja tidak sanggup", padahal untuk bisa berlari cepat ada tahapan yang wajib diikuti dengan pola makanan yang juga harus dijaga.
Tidak semudah yang dibayangkan oleh orang awam. Dari sebuah pencapaian, ada proses disiplin diri yang konsisten. Lari pagi bukan hanya sekedar memindahkan kaki dan berpindah tempat, lebih dari itu ada nilai kedisiplinan yang tidak terlihat namun penuh khasiat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H