Pada tahap ini, tukang ledeng berasumsi asal bisa  diselesaikan dan bisa menghasilkan uang maka ia akan menawarkan jasa, sekalipun bukan pada ranah kemampuannya.Â
Akibatnya, ia akan kehilangan kepercayaan jangka panjang. Mereka yang dulunya pernah memakai jasa si tukang ledeng, dikemudian hari akan beralih ke orang lain karena kehilangan kepercayaan.
Kehilangan Kepercayaan dan Visi
Survival trap sering menjadi bumerang bagi pelaku bisnis. Banyak bisnis yang menawarkan jasa akhirnya harus gulung tikar karena kepercayaan pelanggan ditukar dengan pelayanan yang buruk.
Saya ambil contoh lain, sebuah bengkel mobil yang baru dibuka akan mencari pelanggan. Ketika pelanggan didapat umumnya mereka akan fokus pada satu dua hal yang menjadi keahlian mereka.Â
Seiring berjalannya waktu, si pemilik bengkel akan jatuh pada perangkap easy money. Dengan dalih menambah profit, ia akan mulai menawarkan jasa pembetulan kerusakan lain pada mobil pelanggan.Â
Misalnya, menawarkan perbaikan AC mobil ketika melihat kondisi AC yang kurang dingin. Dengan cara ini si pemilik bengkel bisa mendapatkan uang tambahan dari sekedar memperbaiki  kerusakan mobil di bagian mesin.
Ia lalu menyuruh mekanik untuk melakukan pembersihan AC atau mengalihkan ke orang yang ia yakini bisa melakukan pembersihan AC. Nah, pada tahap ini pemilik bengkel tidak terlalu mengkhawatirkan kualitas pekerjaan.
Alhasil, ia bisa mendapatkan profit dua kali lipat dari sekedar memperbaiki/melakukan servis mobil. Cara ini terus ia lakukan pada berbagai pelanggan yang datang ke tempatnya.
Satu, dua, tiga bulan profit bisnis bertambah. Mobil terus berdatangan dan pemilik bengkel semakin antusias. Fokus bisnisnya tidak lagi pada visi awal, yaitu perbaikan mobil.
Tapi kini, visi mulai menyebar mengikuti arus easy money. Tanpa disadari, kualitas pekerjaan semakin memburuk. Karena mengejar target mobil lebih banyak, maka kualitas perbaikan mobil juga menurus drastis.Â