Beberapa saat yang lalu saya mengunjungi toko buku Gramedia sambil membawa anak untuk melihat beberapa koleksi buku baru. Setelah berkeliling menelusuri beragam jenis buku, saya memutuskan untuk membeli dua buku yang jaraknya berdekatan.
Saat tiba tepat didepan kasir saya melihat beberapa jenis makanan yang letaknya sepinggang orang dewasa, seketika saya teringat sebuah tulisan yang dituliskan oleh Pak Rudy Gunawan atau akrab disapa Acek Rudy tentang Planogram. Terima kasih Pak Rudy atas ilmunya.Â
Nah, posisi rak makanan sangat terjangkau tepat di mata anak saya, ditambah jenis-jenis makanan yang dipajang sangat mudah merayu mata untuk dibeli. Untungnya, saya mengalihkan perhatian anak ke tempat lain. haha. Kalau tidak, bisa jebol lagi kantong.
Tata letak barang dan jenis pajangan sangat berpengaruh dan efektif untuk merogoh kocek pembeli dalam waktu singkat, walau tanpa niat sekalipun saat transaksi jumlah uang yang keluar bisa lebih besar dari yang diharapkan.
Cara seperti ini kerap kita jumpai pada jenis minimarket dengan posisi pajangan barang yang testruktur. Selain memudahkan pembeli untuk menemui barang sejenis pada tempat yang mudah dijangkau, trik peletakan barang seperti ini sangat mudah membuat bolong kantong konsumen.
Bayangkan saja, jika sudak melangkah ke minimarket sejenis Alfamart/Indomaret, ada saja barang yang awalnya tidak terbesit kemudian tanpa disadari berakhir di keranjang belanjaan.Â
Belum lagi ketika posisi barang-barang yang masuk katagori diskon sengaja diletakkan berseblahan dengan kasir, umumnya disebelah kanan pembeli. Bukan tanpa alasan, tentu saja agar mata pembeli mudah terarahkan ke katagori barang diskon.
With optimum space allocation, the limited shelf space will give back the maximum amount of profit
Alokasi penempatan produk sangat menentukan omset penjualan.Â
Oleh sebab itu, retailer memiliki strategi tersendiri dengan memanfaat data untuk membuat ukuran, warna dan tekstur pembungkus berbeda-beda dan memposisikan jenis produk mana yang profitable untuk diletakkan pada posisi strategis.
Makanya, jika jeli melihat saat memasuki minimarket, kita seakan diarahkan untuk membeli produk tertentu. Konsep centralization yang diterapkan pada setiap cabang minimarket serupa membentuk mapping di pikiran bawah sadar konsumen.
Coba bandingkan pengalaman saat memasuki toko kelontong dan minimarket sejenis Alfamart/Indomaret, setiap kali kita kembali membeli di minimarket serupa mata kita akan diarahkan para rak-rak pajangan yang memiliki setting penempatan yang sama.Â
Hal ini sangat sulit terjadi pada toko kelontong, bersebab peletakan jenis barang yang tidak beraturan dan terkesan acak-acakan. Padahal, dengan sedikit memahami konsep planogram, toko kelontong bisa menaikkan omset penjualan dalam waktu singkat.
Tidak hanya itu, konsep lain yang diaplikasikan adalah visual appeal, tujuannya agar pembeli mendapatkan pengalaman menyenangkan saat membeli produk.Â
Cara yang diterapkan adalah meletakkan jenis barang dengan warna berbeda, ukuran dan tekstur yang bervariasi pada deretan yang sama. Efek visual yang ditimbulkan membuat konsumen menetap di rak yang sama dengan waktu lebih lama. Alhasil, ada saja barang yang 'terbeli'.
Selain itu, minimarket sejenis juga menerapkan prinsip cross selling dimana ini bertujuan untuk mengarahkan konsumen untuk membeli jenis produk yang serupa, misalnya letak tepung kue berseblahan dengan baking soda, bola lampu disamping kabel listrik, atau deterjen berseblahan dengan pewangi.
Cara seperti ini dinilai efektif untuk menaikkan volume belanja. Berbeda saat peletakan barang amburadul, niat untuk membeli produk tertentu tidak akan terbesit karena visualisasinya tidak terpancing.
Lantas, jika hendak membeli katakanlah barang sejenis Baygon, lalu tiba-tiba disampingnya ada Indomie goreng. Kira-kira apa yang terlintas di pikiran pembeli? apakah ingin membunuh diri sambil makan indomie? hehe.Â
Referensi bacaan: (1), (2), (3), (4)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI