Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

"Working Mom" dan Perkembangan Kognitif Anak

17 Oktober 2022   22:04 Diperbarui: 21 Oktober 2022   05:17 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The mother is the center of the baby's world, and the baby is intensely tuned in to her feeling world."

Jumlah ibu pekerja atau yang sering dikenal dengan sebutan working mom semakin meningkat seiring meroketnya tuntutan ekonomi. 

Seringnya, alasan perempuan menjadi seorang working mom bisa karena faktor karir, tuntutan kebutuhan, atau bayak juga disebabkan tujuan membantu ekonomi keluarga.

Terlepas dari latar belakang yang mengharuskan seorang perempuan bekerja, ada sisi psikologis yang berakibat pada perkembangan psikologis anak karena ditinggal oleh ibu yang 'seharusnya' berada di samping anak. 

Tulisan ini ingin membahas efek yang membekas pada anak ketika seorang ibu diharuskan untuk bekerja di luar rumah. Perlu dipahami bahwa tulisan ini tidak untuk men 'judge' working mom, namun lebih untuk membagi pengetahuan.

Efek bonding 

Dalam sebuah buku yang saat ini sedang saya baca The Emotionally Absent Mother ditulis oleh Jasmin Lee Cori Ada beberapa hal yang menarik tentang efek ketidakhadiran ibu membersamai anak.

Kembali sejenak ke kutipan di awal tulisan bahwa ibu adalah pusat dunia bagi anak. Betapa tidak, sumber makanan dan minuman yang diterima anak melalui plasenta sejak dalam kandungan menjadi gerbang terbentuknya sebuah 'koneksi' batin antara ibu dan anak.

Sejak hari pertama terlahir ke dunia, seorang anak menanti dua hal dari seorang ibu: kenyamanan dan keamanan. Lalu kemudian kehangatan yang mereka terima dari pelukan dan tatapan membentuk trust atau lumrah dikenal dengan kepercayaan.

Apa yang terjadi jika ibu harus bekerja dan memiliki waktu singkat bersama anak? Kontak fisik antara seorang ibu dan anak memiliki efek luar biasa bagi anak yang tidak bisa digantikan dengan apapun.

Satu hal yang harus dipahami kualitas waktu yang diberikan seorang ibu kepada anak lebih berharga dari kuantitas. Artinya, seorang ibu yang meski harus bekerja dan berada jauh dari anak, namun tetap mampu membangun kontak fisik bersama anak saat berada di rumah jauh lebih baik daripada seorang ibu yang berada berjam-jam di rumah tapi lalai dengan kesibukannya.

Bagi seorang anak, tatapan dengan senyuman dari seorang ibu memiliki nilai besar untuk membangun rasa nyaman. Begitu pula saat anak menangis, sebuah pelukan dan ayunan menciptakan efek relaksasi terbaik pada otak anak.

Bonding yang terbentuk dalam diri anak tidak hadir karena hanya seorang ibu berada di rumah, lebih dari itu anak membangun bonding dari rasa nyaman yang mereka terima baik dari tatapan cinta atau pelukan hangat seorang ibu di kala anak merasa lapar dan haus. 

Pada fase 0-12 bulan, seorang anak masih berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh yang didominasi dengan tangisan. Sebuah respon positif dari seorang ibu membawa efek positif pula bagi perkembangan otak anak. 

Perkembangan Kognitif pada Anak

"Infants depend on the stimulation they get from Mother's energetic and emotional presence"

Ada sebuah penelitian menarik di mana seorang ibu merespon bayi dengan muka tanpa ekspresi. Apa yang terjadi? Bayi yang menerima tatapan seorang ibu tanpa ekspresi menunjukkan perlindungan diri dengan tujuan memproteksi. 

Nah, hal yang sama juga ditunjukkan oleh bayi dengan ibu yang sedang mengalami stres. Seorang ibu yang sedang dalam keadaan stres atau depresi umumnya tidak membangun ritme kontak positif bersama bayi mereka. Akibatnya, bayi tidak menerima rangsangan berupa ekspresi positif dari ibunya.

Lalu, bagaimana keadaan seperti ini bisa berefek pada kognitif anak? 

Parents are a child's first and most important teachers.

Dalam konteks perkembangan kognitif, seorang bayi yang mendapat stimulasi aktif dari orangtua akan memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada mereka yang jarang atau tidak mendapat stimulasi melalui interaksi aktif bersama orang tua. 

Secara simpel, komunikasi yang dibangun seorang ibu bersama anaknya adalah kunci utama untuk membangun kemampuan kognitif pada anak. 

Selain itu, interaksi dengan teknik bermain peran, menunjukkan ekspresi wajah, melakukan aktivitas bersama merupakan cara paling sederhana untuk membentuk kemampuan kognitif yang baik pada anak.

Jika seorang ibu jarang berinteraksi dengan anak karena faktor kesibukan di luar rumah maka mereka akan kehilangan kesempatan besar untuk menstimulasi kognitif anak selagi otak anak dalam masa perkembangan aktif.

Ini tentunya tidak hanya berlaku pada working mom, ibu yang berada 24 jam di rumah tapi tidak mengajak bayi berbicara atau dengan kata lain lalai membersamai anak dengan mengajak anak beraktivitas dan bermain juga kehilangan kesempatan untuk membangun kemampuan kognitif yang baik pada anak.

"the brain is largely turned on and built through social interaction"

Perkembangan otak yang sehat sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Ini bermakna bahwa koneksi antar neuron di dalam otak tidak terjadi jika anak tidak diajak berbicara melalui aktivitas di dalam rumah. Akibatnya, anak akan menarik diri untuk membangun kontak atau komunikasi bersama orang lain ketika dewasa. 

Anak-anak yang sangat jarang diajak berkomunikasi oleh orang tua saat kecil, terutama sang ibu akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain ketika berinteraksi dengan banyak orang.

Anak membutuhkan dua tipe kasih sayang dari kedua orangtua, yaitu: kasih sayang secara fisik dan emosional. Nah, banyak orangtua yang mampu menyeimbangkan kedua tipe kasih sayang ini.

Khususnya bagi working mom, interaksi fisik bersama anak akan terbatas jika harus berangkat kerja pagi dan pulang malam. Apalagi jika seorang ibu mengalami depresi atau stres karena kerjaan, maka kasih sayang emosional juga tidak diterima anak secara utuh.

Kasih sayang fisik bisa dengan mudah diberikan saat berkomunikasi dan beraktivitas bersama anak, dari tatapan, pelukan, gendongan, dan ciuman adalah bentuk kasih sayang secara fisik.

Adapun kasih sayang secara emosional didapat anak dari hubungan kedekatan anak orangtua dan anak yang juga bermula dari kedekatan secara fisik. 

Hasil penelitian dari Duke University Medical School tahun 2010 mengungkapkan fakta bahwa bayi yang mendapat perhatian dan kasih sayang secara fisik dari orangtua tumbuh menjadi anak periang, mampu melewati tantangan, dan memiliki tingkat kecemasan yang lebih sedikit. 

Penelitian ini juga memberi sebuah informasi bagi orang tua bahwa, interaksi ibu dan anak di masa 0-12 bulan memberikan dampak signifikan pada seorang anak ketika dewasa. 

Saat anak merasa disayang oleh seorang ibu melalui sentuhan, pelukan dan tatapan dengan ekspresi cinta, produksi hormon oksitosin meningkat pada bayi. 

Sebuah penelitian tahun 2019 berjudul Oxytocin and early parent-infant interactions: A systematic review menunjukkan bahwa sentuhan aktif seorang ibu dan ayah pada bayi melalui interaksi fisik dapat membentuk kedekatan batin orangtua dan anak. 

Hormon oksitosin juga disebut dengan hormon kasih sayang. Betapa tidak, hormon ini baru bisa diproduksi saat seseorang merasa disayang. Coba saja rasakan ketika dipeluk oleh orang yang anda sayangi, bagaimana perasaan pada momen tersebut? tentu sulit dijelaskan.

Ketika seorang anak dari saat terlahir sering mendapat sentuhan fisik dari kedua orangtua terutama sang ibu, sudah barang tentu anak akan tumbuh menjadi sosok periang, terlebih ketika orangtua terus memberi rasa cinta kepada anak dengan perhatian yang cukup.

Berbeda ketika seorang anak diabaikan, bahkan condong ditelantarkan begitu saja tanpa sentuhan fisik dan kasih sayang maka hormon oksitosin tidak bisa diproduksi di dalam tubuh anak. Alhasil, anak akan tumbuh menjadi sosok pemurung dan mudah gelisah dan sulit berinteraksi dengan orang lain. 

Satu hal yang juga tak kalah menarik, hormon oksitosin juga aktif saat seorang ibu menyusui anak. Sentuhan fisik saat anak digendong, ditambah dengan tatapan kasih sayang saat anak menghisap air asi dari payudara ibu menghadirkan kenyamanan bagi seorang anak.

Sebenarnya, salah satu hikmah dari menyusui adalah hadirkan kedekatan emosional antara ibu dan anak dari tatapan kasih sayang empat mata yang saling berpaspasan didukung oleh sentuhan fisik kedua tangan ibu.

Tentunya hal ini tidak bisa didapat oleh bayi yang tidak meminum asi aktif langsung dari kedua payudara ibu. Seringkali seorang ibu hanya terfokus pada kualitas asi, sehingga banyak yang lupa akan manfaat sentuhan dan tatapan fisik yang nilainya tidak bisa digantikan dengan sebotol susu dalam dot.

Referensi bacaan 1, 2, 3, 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun