Jalan kaki memiliki manfaat luar biasa bagi tubuh. Selain menyehatkan tubuh secara fisik, jala kaki juga memiliki khasiat tersendiri untuk kesehatan mental. Tapi, dari kenyataan yang kita lihat banyak orang Indonesia yang malas berjalan kaki. kenapa ya?
Saya akan coba memberikan pendapat pribadi dari beberapa sudut pandang. Antara lain, fasilitas untuk pejalan kaki, budaya, cuaca dan juga kultur disiplin.
Fasilitas untuk Pejalan Kaki
Jika ingin berkata jujur, fasilitas khusus untuk pejalan kaki masih belum tersebar secara merata. Mungkin di kota-kota besar, media jalan untuk pejalan kaki sudah mulai baik. Tapi, di beberapa tempat saya melihat jalan untuk pejalan kaki malah dipakai untuk jualan.
Kenapa ini bisa terjadi? pertama, pemerintah hanya menyediakan fasilitas namun tidak membuat kebijakan yang menjadikan jalan kaki sebagai sebuah tradisi. Misalnya, menyediakan poster bergambar orang berjalan kaki dan manfaat jalan kaki. Secara berkala pola seperti ini bisa memberikan visualisasi positif tentang manfaat jalan kaki.
Disisi lain, kebijakan tentang tempat berjualan juga tidak teratur. Artinya, para penjual dengan mudah mengambil alih median pejalan kaki lalu membuka lapak disana. Sementara pemerintah terlihat tidak menindak lebih lanjut dan terkesan membiarkan. Akhirnya, orang lebih memilih alternatif lain dengan motor.Â
Budaya Jalan Kaki
Mau diakui atau tidak, kita secara umum belum membentuk sebuah mental pejalan kaki. Ini sangat mudah dilihat dari kebiasaan mencari kemudahan dengan memakai motor atau mobil walau hanya berpergian ke jarak yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki.
Memang banyak latar belakang yang membuat orang memilih motor ketimbang jalan kaki. Tapi, alasan paling nyata adalah karena tidak terbiasa alias malas, hehe. Memang alasan ini paling mudah diterima akal karena tidak terbiasa untuk jalan kaki untuk hal-hal sederhana seperti pergi berbelanja.
Budaya pastinya tidak datang dengan sendirinya. Harus ada sinergi antara kebijakan dan fasilitas untuk membiasakan kebiasaan yang baik dan berujung pada sebuah nilai kebudayaan. Orang jepang saja rata-rata berjalan lima ribu sampai enam ribu langkah setiap hari. Bagaimana dengan orang Indonesia?
Rata-rata orang Indonesia jalan cuma 3.500 langkah. Artinya, orang jepang lebih maju jauh dari kita dalam urusan jalan kaki. Makanya wajar saja jepang dari segi kecepatan dan cekatan jauh lebih baik ketimbang orang Indonesia.
Cuaca
Kita tidak bisa berbohong, cuaca di Indonesia memang kurang mendukung untuk jalan kaki. Ini diperburuk dengan jumlah pohon yang sangat minim di area jalan umum. Pemerintah sangat perlu membuat kebijakan untuk menambah jumlah pohon di area jalan dan membuat taman-taman di sekitar area pejalan kaki.
Dengan adanya pohon lebih banyak, tentunya masalah cuaca tidak lagi menjadi rintangan untuk berjalan kaki. Jika bisa, di setiap area jalan kaki dengan jarak 1-2 KM disediakan tempat mengisi ulang air putih gratis. Tapi, takutnya ada yang bawa galon dan nyari air gratis kesini. hehe.Â
Taman-taman di sekitar area pejalan kaki juga bisa ditanami jenis bunga berbeda agar lebih indah dan menghadirkan suasana menenangkan. Jika perlu, buatkan kolam-kolam kecil dengan berbagai jenis ikan didalamnya. Tapi, jangan sampai jadi tempat pancingan ya. Soalnya orang Indonesia terlalu kreatif.
Ayo dong pemerintah daerah, gunakan anggaran untuk memperbanyak jalan untuk pejalan kaki dan alokasikan anggaran khusus untuk menanam lebih banyak pohon. Jangan malah meloloskan perusahaan yang malah merusak hutan demi uang.
Kalau memang ada niat, ajak masyarakat untuk sama-sama berpartisipasi dengan saling menanam pohon, bunga, atau tanaman lain yang sederhana. Setiap desa bisa menyuimbang misalnya 10-20 pohon untuk ditanami di area dengan jangkauan 1-5 kilometer dari lokasi desa setempat.Â
Masalah dana sebenarnya bukan kendala jika punya visi mejadikan jalan kaki sebagai sebuah tradisi. Masyarakat juga pasti mau berkontribusi jika pemerintah mau membuat kebijakan yang memihak ke pejalan kaki. Jangan hanya mengejar setoran yang pajaknya besar saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H