Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pentingnya Mengajari Tata Krama Berbicara kepada Anak Sejak Kecil

4 Oktober 2022   18:03 Diperbarui: 7 Oktober 2022   11:45 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tata krama tidak diperoleh melalui pelajaran sekolah secara khusus. Membekali anak dengan tata krama, terkhusus pada cara berbicara terhadap orang yang lebih tua sangatlah penting.

Dengan kemajuan teknologi yang begitu drastis, nilai tata krama tidak lagi menjadi prioritas yang diwarisi orangtua kepada anak melalui aktivitas sehari-hari.

Dulunya, sebelum teknologi memasuki rumah-rumah penduduk, tata krama masih mudah dipelajari dari apa yang dilihat anak sehari-hari melalui komunikasi aktif orangtua dan anak.

Lain dulu lain sekarang. Kehadiran smartphone telah mengikis nilai tata krama dalam kehidupan anak-anak saat ini. Pola hidup yang berubah melalui tontonan membuat kebiasaan rumah tangga berubah.

Saya teringat dahulu tahun 90-an saat televisi masih terbatas, aktivitas banyak dilakukan di luar rumah. Saat keluar rumah lazimnya seorang anak diajarkan untuk meminta ijin kepada orangtua dan memberitahu ke mana hendak bermain. 

Begitu pula saat makan, anggota keluarga berkumpul di meja yang sama tanpa distraksi apapun. Ya, memang saat itu smartphone belum hadir dan tanpanya hidup terasa lebih dekat antar anggota keluarga. 

Berbeda sekali dengan keadaan sekarang, di mana anak-anak terbiasa menghabiskan waktu di depan smartphone dan jarang menghabiskan waktu bersama anggota keluarga yang lain.

Adapun orangtua disibukkan dengan rentetan aktivitas yang secara tidak sadar membuat anak kurang terawasi dan jarang membangun komunikasi dengan orangtua.

Kebiasaan menghabiskan waktu di depan smartphone juga tanpa disadari merubah pola komunikasi anak dengan orangtua dan teman-teman. Jenis kosakata yang didengar sangat bervariasi dan sulit memfilter mana yang pantas untuk digunakan.

Di sini ada gap besar yang memutuskan konsep tata krama yang seharusnya dipelajari anak sejak kecil. Terbatasnya komunikasi anak dan orangtua menyebabkan mereka tidak belajar secara langsung dari orangtua.

Banyak anak yang tidak memahami tata krama ketika berbicara dengan orang dewasa, sehingga mereka menganggap sama kosa kata yang harus digunakan. Tentu saja ini terjadi bukan tanpa alasan, kurangnya input kosakata yang menunjukkan kesopanan yang mereka dengar langsung dari orang-orang terdekat.

Secara tidak mereka sadari, anak-anak condong membawa gaya bicara yang mereka dengar dari hasil tontotan melalui youtube dan media sosial. Sayangnya, mereka tidak bisa memfilter mana yang kedengaran sopan dan mana yang tidak.

Contoh sederhana, pada tingkat mahasiswa, saya sangat sering menemukan bahasa yang tidak wajar digunakan ketika misalnya meminta ijin tidak masuk kuliah, menanyakan perihal kuliah atau hal-hal lainnya.

Pernah suatu ketika seorang dosen menemukan pesan WA dari seorang mahasiswa yang tidak memakai kalimat pembuka dan langsung menulis, "Pak, bapak di mana? Saya sekarang sudah d ruangan mau konsul."

Bagi mahasiswa bersangkutan, mungkin ia menganggap kata-kata yang ia gunakan sudah wajar, namun di sisi dosen kalimat seperti di atas sangat tidak sopan dan jauh dari kata wajar.

Apa yang dilakukan dosen kemudian? Ia lantas memanggil mahasiswa tersebut dan memberi ceramah singkat tentang tata krama menghubungi dosen.

Ada banyak contoh lainnya yang menunjukkan hilangnya tata krama dalam kehidupan anak-anak sekarang. Peran orangtua yang semakin minim dalam memberikan suri tauladan juga menjadi buah simalakama.

Kesibukan orangtua tidak boleh dijadikan dalih untuk membenarkan diri bahwa tata krama bisa didapat anak dari sekolah. Memang benar ada mendapat sedikit pelajaran dari buku-buku tentang tata krama.

Akan tetapi, apa yang mereka dapat dengan mendengar dan melihat langsung pastinya lebih melekat dan mendidik ketimbang belajar dari buku. Jika tidak memulai dari sekarang, maka kemungkinan anak-anak kita bisa saja tidak mengenali tata krama.

Mulailah dengan memberi contoh yang baik, memanggil anak dengan suara yang sopan dan tidak berteriak. Menyisipkan pesan-pesan tata krama saat membersamai anak bisa menjadi alternatif yang baik.

Misalnya tata krama saat makan, ketika lewat di depan orang banyak yang di dalamnya ada orangtua, meminta ijin kepada orangtua, dan lain-lain. Ini semua harus diwarisi anak melalui orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun