Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nestapa di Balik Tragedi Kanjuruhan, Bagaimana Nasib Sepak Bola Indonesia Ke Depan?

4 Oktober 2022   10:16 Diperbarui: 4 Oktober 2022   10:39 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun sudah terdata meninggal, kedua anaknya tidak ditemukan saat mencari jasad korban. Saat itu dipercaya banyak korban tembakan peluru yang 'sengaja' tidak dipublikasi agar nama baik polisi tidak tercoreng. 

Jorge Azambuja, seorang polisi yang memerintahkan tembakan gas air mata lalu dipenjara dengan kurungan selama 30 bulan. 

Kejadian yang sama juga pernah terjadi di Ghana, tepatnya di stadion Ohene Djan di Accra. Saat itu keributan penonton karena kekalahan tim menyebabkan lemparan botol dan bangku plastik. Polisi yang berada di dalam stadion lalu menembakkan gas air mata untuk mengontrol para penonton yang berulah. 

Tembakan gas menyebabkan kekacauan dan panik sehingga banyak penonton lari ke arah pintu keluar dan mengalami sesak karena sebab gas air mata dan juga berdesak-desakkan di pintu keluar.

Dipercaya saat itu petugas medis sudah meninggalkan stadion dan banyak pintu keluar yang terkunci menyebabkan penonton terjebak didalam. Akibatnya, 127 korban meninggal. 

Ada tiga hal yang dipertanyakan terhadap respon tragedi tersebut, yaitu public safety, security, dan crowd control. Ketiga hal ini menjadi sorotan media karena hilangnya nyawa orang-orang yang tidak bersalah akibat kontrol keamanan yang buruk saat kejadian.

Pelajaran yang Bisa Diambil?

Apa yang sudah terjadi tidak bisa diputar kembali untuk diperbaiki. Saatnya PSSI berbenah dari segi manajemen dan juga keamanan publik. Ratusan korban hidup meninggalkan jejak pahit di memori mereka akan persepakbolaan Indonesia.

Ada trauma yang sulit dihilangkan dan ada luka batin anggota keluarga yang tidak bisa dihapus. Ini menjadi pelajaran berharga kedepan agar kejadian yang sama tidak terulang. 

1. Lakukan pemetaan jumlah penonton dengan jelas

Dari tragedi kanjuruhan, PSSI bisa belajar untuk memetakan jumlah penonton dengan baik. Misalnya, berapa penonton dewasa, remaja dan anak-anak, selain itu juga analisa jumlah penonton wanita yang kemungkinan hadir ke dalam stadion.

Jumlah penonton yag masuk harus disesuaikan dengan rasio pengamanan, harus ada tim manajemen yang wajib standby di setiap tribun dan pintu keluar tidak boleh dikunci dan wajib dijaga oleh setidaknya tiga petugas.

Penonton anak-anak, remaja, dan perempuan harus berada pada bagian tribun yang dekat dengan pintu keluar, sehingga jika terjadi sesuatu yang membahayakan mereka bisa segera dievakuasi dengan cepat.

Orangtua yang membawa serta anak-anak harus diwajibkan melampirkan data lengkap dan harus disertai persetujuan untuk mendapatkan kursi pada tribun yang ditetapkan, atau orangtua diperbolehkan menemani anak-anak pada tribun yang sama. 

Adapun setiap penonton diberikan kode berupa nomor tertentu yang disesuaikan dengan kursi dan letak tribun dengan tujuan ketika terjadi keributan penonton diarahkan ke pintu keluar yang terdekat dan wajib menyerahkan nomor ke petugas pintu. 

Dengan cara ini pihak manajemen bisa mengontrol penonton sekaligus memperoleh data akurat katagori penonton yang sudah keluar tribun dan yang masih menetap di dalam terperangkap.

2. Jumlah Petugas Medis harus Memadai

Pihak manajemen juga wajib menyertakan sejumlah ambulan yang harus berada di dekat tribun dengan jumlah petugas medis yang memadai. Rasio petugas medis harus mengikuti rasio penoton, misalnya ada 100 petugas medis untuk seribu penonton. 

Hal ini sangat diperlukan mengingat kepanikan yang bisa terjadi kapanpun dan petugas medis bisa menangani langsung jika ada penonton yang memerlukan bantuan.

Manajemen stadion juga wajib mengalokasikan uang keuntungan hasil tiket misalnya 10-15% untuk kebutuhan medis di lapangan. Dalam keadaan panik keamanan publik harus dikedepankan. 

Kerjasama antar rumah sakit terdekat bisa menjadi solusi. Jadi, saat kericuhan terjadi pihak rumah sakit yang ditunjuk bertanggung jawab penuh menangani korban tanpa harus dikomunikasikan lagi. 

Pola ini membuat pihak manajemen mudah memonitor jumlah korban dengan baik dan disertai data yang akurat dari phak medis yang bertugas di lapangan saat pertandingan.

3. Petugas Keamanan Tersertifikasi

Guna menghindari keributan antar petugas keamanan dan penonton, selayaknya petugas keamanan yang ditugaskan sudah tersertifikasi secara psikologis dan kemampuaan menangani penonton.

Rasanya tidak fair jika petugas yang berada di stadion diutus secara acak. Adapun kesiapan secara psikologis dalam menangani keributan haruslah dikedepankan sehingga penggunaan gas air mata bukan menjadi opsi pihak keamanan.

Sebaiknya, pihak keamanan gabungan polisi dan TNI diberi perbekalan khusus untuk menangani kericuhan. Intinya, petugas keamanan yang ditugaskan wajib sudah terlatih secara mental dan psikis. 

Jumlah petugas keamanan juga harus mewakili jumlah penonton dan tidak berada di satu tempat saja. Hendaknya, ada tiga petugas di setiap pintu keluar membersamai petugas medis. 

Jika terjadi kericuhan, petugas keamanan sudah lebih dahulu memetakan respon yang diambil dari sisi meminimalisir korban. Penggunaan senjata dan gas air mata tidak boleh menjadi opsi denga dalih apapun.

Sebagaimana petugas medis, sistem keamanan baik dalam stadion atau di setiap pintu tribun harus mengikuti standar dan prosedur yang sama-sama dibentuk. Jadi, antara petugas medis dan keamanan bisa bekerja sama secara terukur dan terstruktur. 

Dengan sistem seperti ini, koordinasi bisa dengan mudah dilakukan tanpa harus mengedepankan kekerasan demi menjaga tigas aspek, public safety(keamanan publik), security(pengamanan), and crowd control(kontrol masa). 


Referensi Bacaan (1), (2), (3)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun