Topik kompor listrik memicu kembali memori 10 tahun ke belakang. Di tulisan ini saya hanya sekedar berbagi sudut pandang tentang penggunaan kompor listrik di dua negara berbeda.Â
Amerika
Saat berada di Amerika, saya sempat menggunakan kompor listrik sekitar dua bulan. Dari sisi keamanan boleh dikatakan kompor listrik memiliki sistem safety yang unggul ketimbang kompor gas.
Berbeda dengan Indonesia, di Amerika gas tidak dijual per kilo/tabung. Setiap rumah terhubung dengan saluran pipa gas ke penyedia gas. Jadi, penggunaan gas bisa untuk kebutuhan penghangat ketika musim dingin dan juga untuk memasak.
Sama seperti sistem listrik di Indonesia, penggunaan gas di Amerika dibayar berdasarkan pemakaian. Terlebih ketika musim dingin melanda, tagihan gas bisa naik dua kali lipat.Â
Nah, seingat saya dulu saat menjadi mahasiswa di Amerika, pembayaran kompor listrik sudah sekaligus masuk dalam biaya sewa apartemen sekitar $700/bulan. Mungkin beda negara bagian bisa beda aturan. Kebetulan saya berada di kawasan negara bagian selatan.
Apartemen yang kami tempati boleh dikatakan mewah dengan kamar mandi terpisah, ruang belajar dan juga area dapur dengan fasilitas kompor listrik dengan empat tempat memasak terhubung dengan oven yang lumayan besar dibawah dan juga kulkas besar dua pintu.
Dari pengalaman memasak dengan kompor listrik, saya melihat aroma api yang keluar tidak terasa, berbeda dengan api yang keluar dari gas yang sedikit menyengat.
Kompor listrik juga lebih cepat ketika memasak, dengan durasi 40% lebih cepat matang. Bisa jadi karena aliran panas lebih merata ke penghantar panas.Â
Jika dibandingkan dengan kompor gas, umumnya memakan waktu lebih banyak tergantung jenis makanan yang dimasak. Ringkasnya, dari segi waktu kompor listrik lebih hemat waktu.
Yang saya ingat dulu, ketika tinggal di apertemen di Amerika ada aturan tentang smoke detector, dimana jika pendeteksi asap berbunyi ketika memasak maka suhu memasak dianggap berlebihan dan dikenakan sangsi $100.
Akhirnya, gara-gara aturan tersebut, saya malah jadi malas masak mengingat jika $100 melayang gara-gara masakan yang tidak seenak uang yang keluar. haha.Â
Ntah mengapa saya agak sedikit mempertanyakan aturan itu, apa benar alarm akan berbunyi jika suhu berlebihan saat memasak. Tapi saya mengurungkan niat mencari tahu mengingat gak ada untungnya jika saja $100 terpaksa melayang karena sekedar ingin tahu.
Alhasil, saya dan teman-teman lebih banyak keluar uang makan di kantin kampus dengan kisaran $8-15 sekali makan. Sialnya, makanan juga tidak seenak harganya.
Kalau saja mau belanja di Walmart sekali seminggu bisa hemat ratusan dolar untuk masak sendiri dengan kompor listrik. Sayangnya, kami saat itu tidak memiliki mobil pribadi dan harus menumpang untuk belanja di Walmart sekali dalam dua minggu.Â
Belum lagi jadwal kampus yang begitu padat menjadi penguat alasan untuk tidak memasak dengan fasilitas yang boleh dikatakan super lengkap saat itu. Malah saya teringat seorang teman yang menjadikan oven sebagai media pengering kaus kaki karena cuaca dingin. Kalau ketahuan bisa-bisa di kick out dari apartmen. hehe
Kesimpulannya, kalau saya rajin belanja bulanan di Walmart, dengan menggunakan kompor listrik saya bisa lebih hemat dan menu makanan lebih jelas terjamin. Tapi, alasan utama memang saat itu saya belum pinter masak, jadi ya dapur di apartemen jarang berasap dan dolar sering merayap. hahahaÂ
Taiwan
Berbeda dengan Amerika, saat di Taiwan kompor listrik yang saya gunakan versi kecil. Karena tinggal di asrama, kompor listrik kami beli sendiri. Harganya tidak terlalu mahal saat itu karena memang yang beli teman. hihihi
Pengalaman di Taiwan memasak dengan kompor listrik jelas lebih fleksibel. Kompor bisa dipindah kemana-mana karena mudah diangkat dan bisa dicolok dimana saja asal terhubung ke media colokan listrik.Â
Hal ini tidak bisa dilakukan jika dengan kompor gas, karena faktor tabung yang ribet untuk di pindah dan juga umumnya lokasi memasak sudah tersedia di satu tempat di area dapur.
Jadi, dari segi kemudahan memasak, kompor listrik sangat fleksibel jika mau digunakan di area mana saja yang diinginkan. Bagaimana dengan tagihan listrik?
Nah, untuk yang satu ini saya juga tidak punya pengalaman khusus, karena tinggal di asrama ya tinggal colok aja ga perlu bayar karena sudah masuk satu paket sama pembayaran asarama.
Setahu saya biaya listrik tidak terlalu mahal. Umumnya di Taiwan kompor listrik sangat mudah didapatkan di supermarket yang menyediakan elektronik seperti mall. Harganya sangat bervariasi tergantung merek dan keunggulan dan boleh dikatakan ramah kantong mahasiswa.Â
Bahkan di beberapa kesempatan ketika berkunjung ke apartemen teman, saya juga melihat mereka menggunakan kompor listrik. Wajar saja memang karena jenis kompor listrik tersedia dalam beragam pilihan dari yang murah sampai mahal.Â
Untuk di Taiwan kompor listrik sudah jadi hal biasa dari puluhan tahun lalu. Jelas karena cakupan listrik sudah menjangkau ke semua tempat. Jadi, ga ada istilah lagi masak mati lampu karena alasan perbaikan listrik akibat hujan deras pohon tumbang dan hantaman petir. Itu hanya terjadi di ........ (isilah titik-titik ini)
Pertanyaannya, sebenarnya mana yang lebih murah jika harus memilih diantara keduanya?
Menurut saya pribadi, ketika beralih ke kompor listrik sebaiknya pelajari dulu biaya kompor listrik di Indonesia dengan biaya perawatan jika terjadi masalah.Â
Misalnya, jika komponen kompor listrik rusak apa bisa di servis di tempat tertentu dengan biaya terjangkau. Jangan sampai kompor listrik sudah dibeli lalu rusak akhirnya jadi pajangan karena tidak ada tempat servis.Â
Kalau kompor gas, umumnya masalah ada di pematik api dan aliran gas yang tersumbat dari media pengubung tabung ke kompor. Boleh dikatakan ini tidak  terlalu ribet dan jarang membutuhkan biaya besar ketika terjadi masalah.
Nah, kalau kompor listrik jelas masalahnya berbeda. Tidak bisa dengan mencoba memperbaiki sendiri. Jangan sampai dengan modal coba-coba lalu rambut gosong tersengat. Kan ga lucu juga. hahhaha.
Silahkan pelajari lebih lanjut manfaat dan efektifitas antara kompor gas dan kompor listrik dengan mempertimbangkan biaya, keamanan dan perawatan. Setelah itu, pilihlah yang terbaik.
Tapi sekali lagi, saran saya pilih yang jelas-jelas saja, jangan sampai lagi masak aliran listrik terputus mati lampu dan baru bisa masak lagi ketika arus listrik kembali normal karena perbaikan arus listrik berjam-jam.
Yah, memang hidup di Indonesia ini terkadang solusi sama masalah beda-beda tipis. Tujuan masak pakai kompor listrik biar hemat, eh jadinya lebih repot karena mati lampu. Ada baiknya betulin dulu listriknya biar masakannya matang. hihiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H