Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jangan Membiarkan Anak Menangis Terlalu Lama

13 September 2022   09:06 Diperbarui: 13 September 2022   09:22 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak Menangis. www.freepik.com

recent brain research proves that babies who are left to cry for prolonged periods are at risk of suffering damage to their developing brains, which reduces their capacity to learn.

Ada sebagian orangtua yang beranggapan bahwa anak menangis tidak perlu terlalu digubris, alasannya karena jika anak ketika menangis ditanggapi selalu maka anak akan manja. 

Sebenarnya, apakah tindakan terbaik saat anak menangis?

Perlu dipahami, anak menangis bukan karena tanpa alasan. Pada umumnya, anak menangis disebabkan karena ada sesuatu yang belum ia dapatkan. Bisa jadi lapar, haus, atau butuh perhatian.

Namun dari itu, faktor umur juga menjadi penentu sebab anak menangis. Umur 0-12 bulan anak menangis secara alamiah karena ingin memberitahu orangtua akan kebutuhan, baik lapar atau haus.

Saat kemampuan anak untuk komunikasi terbentuk, kecendrungan menangis akan berkurang karena anak sudah mampu memberi instruksi ketika lapar atau haus dengan cara memberitahu.

Anak umur 3 tahun keatas akan condong menangis dengan tujuan menarik perhatian orangtua atau bisa karena kontrol regulasi emosi yang belum bekerja normal.

Contohnya, ketika tidak mendapatkan yang ia mau anak bisa menangis karena belum mampu mengontrol emosi, sama halnya ketika anak tantrum.

Dalam keadaan menangis, anak membutuhkan perhatian dari orang terdekat agar emosinya bisa terkendali. Sebuah pelukan hangat dari orangtua seringkali menjadi senjata ampuh untuk mendiamkan anak.

Kenapa tidak dianjurkan membiarkan anak menangis lama?

Ketika seorang anak menangis dengan rentan waktu yang cukup lama, otak akan mengirimkan sinyal untuk memproduksi hormon stres yang dikenal dengan kortisol. Jika hormon ini diproduksi terus menerus akibat menangis lama atau sering menangis, maka otak akan mengalami kerusakan. 

Yang harus dipahami disini, menangis adalah hal yang wajar bagi anak-anak, namun membiarkan anak menangis terlebih dalam waktu lama sangat tidak dianjurkan. 

Nah, pada saat hormon kortisol diproduksi oleh tubuh, glukosa diproduksi lebih banyak di dalam aliran darah sehingga otak bekerja lebih cepat dan membutuhkan perbaikan pada lapisan otak.

Produksi hormon kortisol juga menyebabkan perubahan respon imun tubuh dan menghambat sistem pencernaan,sistem reproduksi dan juga pertumbuhan. Ringkasnya, jika hormon kortisol diproduksi rutin akibat sering menangis karena faktor stres dengan sendirinya imun tubuh menurus dan rentan terhadap serangan penyakit.

Ketika seorang anak menangis lama dan tidak direspon, otak akan mengirim sinyal ketubuh untuk memahami keadaan. Interpretasi informasi yang dipahami otak bisa saja salah. Misalnya, anak menganggap orangtua tidak menyayangi dan merasa ditelantarkan. Akibatnya, reaksi tubuh berubah.

Sangat berbeda ketika seorang anak menangis, lalu ayah atau ibunya datang menanyakan kenapa anak menangis. Dengan cara ini respon tubuh bekerja normal tanpa memicu munculnya hormon kortisol yang membuat kerja otak meningkat dari normalnya. 

Anak Belum Memahami Emosi dengan Baik

Ketika umur anak bertambah dan kemampuan berbicara sudah baik, durasi menangis anak akan berkurang. Namun, pada tahap ini anak belum mampu memahami efek emosi yang muncul.

Misalnya, ketika bermain menyusun benda, anak tidak mengetahui caranya dan akan merasa jengkel atau marah, sehingga memicu munculnya emosi berlebihan dan mulai menangis. 

Nah, dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan orangtua untuk bisa memahami apa yang ia rasakan. Ayah atau ibu bisa menjelaskan bahwa tidak mungkin dalam sekali coba langsung bisa, perlu usaha dua sampai tiga kali agar berhasil menyusun.

Tidak ada yang salah dengan sikap jengkel atau marah, akan tetapi marah berlebihan atau jengkel pada bukan tempatnya yang seharusnya diajarkan orangtua kepada anak.

Jika anak sering diarahkan untuk memahami emosinya, perlahan namun pasti anak akan memahami setiap reaksi emosi yang muncul dan mampu memberikan reaksi positif terhadap emosi yang muncul.

Kalau anak terlalu sering dibiarkan menangis sendiri tanpa didekati dan ditanyakan alasan kenapa menangis, otak anak akan membentuk input negatif di otak sehingga kontrol emosi tidak terbentuk secara wajar. 

Ketika tumbuh dewasa, anak yang dibiarkan menangis tanpa direspon akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang bersimpati kepada orang lain dan kemampuan otak untuk belajar akan menurun.

Rergulasi emosi adalah hal penting yang harus dipelajari anak melalui panduan orangtua. Anak tidak mungkin belajar mengatur emosi dengan sendirinya tanpa bantuan orangtua.

Anak menangis sejatinya hal yang sangat wajar terjadi, respon orangtua kepada anak yang sedang menangis haruslah dilakukan dengan tepat. Jika tidak, kepribadian anak bisa berubah menjadi pemurung dan gampang stres, akibatnya sistem kesehatan tubuh berkurung dan anak mudah sekali sakit.

Semoga bermanfaat!

Referensi bacaaan: 1, 2, 3

Penulis,

Masykur

13 September, 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun