Bagi anak, apa yag mereka lakukan hanya sebatas mencoba dan ingin tahu. Namun, bagi orang dewasa, ketika anak-anak melakuka sesuatu yang tidak wajar maka kata nakal menjadi label bagi anak.
Sebuah artikel yag saya baca dengan judul what causes children to misbehave oleh Michigan State University memberikan beberapa gambaran penting bagi orangtua.
Ada tiga faktor yang menjadi pemicu perilaku buruk pada anak yaitu hungry, angry, lonely/bored. Ketiga hal ini ketika dialami anak akan menyebabkan mereka tidak berperilaku secara wajar.
Misalnya, saat anak lapar dan tidak mendapat makanan, maka ia akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Sama halnya ketika marah atau dalam keadaan bosan, anak akan 'memberontak' dengan cara mereka.
Bukankah orang dewasa juga melakukan hal yang sama ketika merasa lapar, marah, dan bosan? lalu, kenapa ketika orang dewasa berperilaku buruk mereka tidak di cap nakal?
Dalam dunia anak, semua yang mereka lakukan masih dalam tahap pembelajaran. Artinya, mereka masih belajar apa dan bagaimana merespon hal yang berbeda.
Di saat seorang anak diminta diam dan tenang saat sedang menangis, belum tentu sang anak bisa memahami permintaan orangtua dengan mudah. Hal ini disebabkan karena anak belum secara penuh memiliki kemampuan memecahkan masalah dan skil komunikasi yang baik.
Faktor umur dan perkembangan otak yang terjadi secara bertahap menyebabkan anak merespon sesuatu secara berbeda. Tidak semuanya bisa direspon oleh anak dengan benar.
kadangkala, ada anak yang sudah mampu mengontrol emosi akan tetapi kurang dalam hal lain. Banyak faktor yang bisa dijadikan tolak ukur, walau tidak selamanya akurat.
Disini orangtua harus menjadi orang dewasa yang bijak. Jangan dengan mudah mencap anak nakal hanya karena sedikit hal yang menurut kita tidak benar.
Yang sering terjadi adalah anak tidak mendapatkan ilmu atau contoh baik dari orangtuanya. Ekspektasi terhadap kelakuan baik berjalan sejalan dengan contoh yang diberikan orangtua di rumah.