Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dua Langkah Efektif Mengubah Perilaku Buruk Anak

27 Juli 2022   15:35 Diperbarui: 27 Juli 2022   15:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak meniru teman yang sedang membaca https://img.freepik.com

Merubah perilaku anak yang tidak baik bukanlah hal mudah untuk dilakukan, bahkan jika dilakukan dengan cara yang tidak tepat bisa membuat perilaku tersebut menetap lama dan menjadi karakter anak.

Ada dua cara yang bisa diterapkan orangtua jika terlanjur memiliki anak dengan perilaku buruk. Adapun perilaku buruk bermakna sikap atau tindakan anak yang tidak baik seperti suka berbicara kasar, tidak sopan atau malas.

1. Perbaiki Cara Berkomunikasi dengan Anak

Perilaku buruk anak kebanyakan diserap dari perilaku orangtua mereka sendiri, atau bisa jadi berasal dari teman dan orang dekat keluarga.

Orangtua memiliki kapasitas dan intensitas berkomunikasi dengan anak lebih banyak. Bagaimana cara orangtua berkomunikasi dengan anak sangat mempengaruhi perilaku anak.

Jika ingin anak mewarisi perilaku baik, yang harus pertama sekali dilakukan orangtua adalah memperbaiki cara berbicara dengan anak. Yang dimaksud disini adalah pemilihan kata saat berkomunikasi dengan anak.

Sebaik mungkin menfilter kata-kata saat mengajak anak berbicara, pilihlah kata-kata yang memiliki konotasi positif dan hindari menggunakan kata negatif.

Contohnya, hindari berkata "kerjanya tidur aja", 'daritadi main aja", 'sudah dibilangin masih malas-malasan", "cepat, udah telat ni".

pemilihan kata memiliki efek positif dan negatif pada otak, saat kata masuk ke telingan kata akan diproses oleh otak dengan mengirim sinyal ke bagian otak yang bertugas menafsirkan baru kemudia otak merespon dengan tindakan.

Jadi, saat misalnya otak merespon "kerjanya tidur aja" maka otak akan menerjemahkan gabungan kata menjadi satu tindakan, dalam hal ini adalah tidur. 

Dengan sering mengulang frasa "kerjanya tidur aja" maka anak akan sering tidur. Berbeda ketika frasa ini dirubah menjadi "yuk bangun bantu ibu/ayah" maka otak merespon dan fokus pada kata 'bantu'.

Ucapan adalah Do'a

Bagi orangtua, khusunya ibu harus berhati-hati saat berkomunikasi dengan anak. Banyak perilaku anak yang sulit dirubah berawal dari ucapan orangtua sendiri. Kata-kata negatif menetap sagat lama di otak dan sulit untuk dihapus.

Intinya, gunakan kata-kata positif saat berinteraksi dengan anak. Jika anak berbicara kasar, jangan malah mengucapkan frasa seperti "dasar anak nakal" atau "sudah diingatin tetap ga berubah"

Tunjukkan kata-kata sopan kepada anak dan ulangi terus menerus. Dengan cara seperti itu otak anak akan perlahan merekam dan menyimpan ucapan baru dan natinya akan meggantikan kata-kata negatif dengan ucapan positif.

2. Berikan Contoh Tindakan yang baik di depan Anak

Apa yang dilihat anak akan menjadi sumber referensi tindakan mereka. Jika orangtua memperlihatkan ucapan buruk, kelakukan buruk di depan anak dengan sendirinya anak melakukan hal yang sama.

Seorang suami perlu berbicara dengan sopan kepada istri, dan juga sebaliknya. Semenjak anak lahir, mereka sudah mulai merekam apa yang lihat dari kedua orangtua.

Dalam kondisi anak dititipkan ke orang lain, maka penting sekali memilih siapa yang menjaga anak karena ini berkaitan dengan ucapan dan tindakan yang akan diwarisi anak.

Terlebih jika anak mayoritas menghabiskan waktu bersama pembantu, pelajari cara komunikasi dan perilaku calon pembantu sebelum memperkerjakannya.

Sama halnya ketika anak mulai sekolah, sumber perilaku mereka akan merujuk kepada teman-teman sekolah atau teman bermain. Namun, jika sudah sejak kecil diberikan contoh baik dari rumah maka anak akan lebih mudah menyaring apa yang dilihat dan didengar.

Menitipkan anak kepada orang lain sah-sah saja saat orangtua harus bekerja, tapi bijaklah kepada siapa anak dititipkan. Terlebih di era digital sekarang ini, akan lebih penting untuk menghindari menitipkan anak kepada orang yang dengan leluasa membiarkan anak menonton hal-hal yang tidak baik melalui smartphone. 

Banyak sekali kasus anak yang perilaku berubah menjadi buruk, baik ucapan maupun tindakan berawal dari kebiasaan menonton bersama pembantu. 

Tentunya orang memiliki wewenang untuk menyeleksi calon pembantu dan teman anak untuk menjauhkan anak dari perilaku buruk yang kapan saja bisa terjangkiti.

Pastinya, yang paling utama adalah merubah cara ayah dan ibu berinteraksi ke sasama anggota keluarga sehingga anak setiap hari melihat contoh baik dari kedua orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun