Angka statistik menunjukkan bahwa orang Indonesia lebih suka menonton daripada membaca. Benarkah demikian?
Jika ada 1000 penduduk di Indonesia, maka yang benar-benar serius membaca hanyalah 1 orang saja. Berbeda sekali dengan budaya membaca orang Jepang yang boleh dikatakan sangat lebih baik.
Jepang menduduki peringkat ke 32 dalam hal ketertarikan membaca, sedangkan Indonesia berada dalam posisi ke 60. Banyak faktor yang mempengaruhi budaya membaca di Indonesia yang masih sangat kurang.
1. Keberadaan Pustaka Masih Sangat TerbatasÂ
Pustaka sebagai sebuah sarana untuk mengakses buku sangatlah minim. Di tingkat provinsi saja rasio jumlah penduduk dan pustaka masih belum mencukupi. Kalau kita bandingkan dengan Jepang, setiap kota dengan jumlah penduduk 50 ribu memiliki satu pustaka.Â
Ada lebih kurang 2500 pustaka di kota-kota Jepang dengan koleksi lebih dari 650 juta buku secara keseluruhan. Berapa pustaka yang dimiliki setiap kota di provinsi di Indonesia?
Merujuk ke data pustaka nasional, ada 23.600-an pustaka di Provinsi dan desa di daerah, sementara kebutuhan nasional adalah 91 ribu pustaka. Artinya, jumlah pustaka yang ada di provinsi tidak sesuai dengan rasio penduduk.
Keberadaan pustaka yang masih terbatas di tempat-tempat tertentu membuat jangkauan pustaka tidak efektif. Ini menjadi salah satu faktor yang membuat pustaka di Indonesia mampu menarik jumlah pengunjung.
Secara keseluruhan Indonesia memiliki 154 ribu pustaka di seluruh provinsi, sedangkan jumlah penduduk Indonesia adalah 273 juta. Artinya, Indonesia jelas mengalami defisit pustaka secara angka.Â