Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pengharapan di Sudut Desa

6 Juli 2022   16:05 Diperbarui: 6 Juli 2022   16:09 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gadis desa : https://www.wallpaperbetter.com

Kia adalah seorang gadis berperawakan Asia dengan hidung mancung ala Eropa. Rambutnya sedikit pirang menjulur panjang ke punggung. Ayahnya mewarisi darah Eropa yang datang ke kampungnya di abad 18 untuk berdagang.

Ia besar dari sebuah keluarga sederhana di sebuah desa dekat pegunungan yang kerap diselimuti awan di waktu pagi. Penduduk desa setempat sangat mengenal keluarganya karena sosok ayah Kia yang dermawan dan menawan.

Sudah lama ayah dan ibu Kia hidup dengan bertumpu pada hasil pertanian musiman. Keduanya kerap menghabiskan waktu bersama di sawah dan kebun warisan keluarga ibunya.

Walau berasal dari keluarga sederhana, Kia bukanlah sosok gadis pemalu yang tidak mau membantu kedua orangtuanya. Ia bahkan terkenal dengan sifat santun dan rajin menemani orangtua saat bekerja di kebun.

Tahun ini Kia baru saja menamatkan SMA di sebuah sekolah kampung sebelah. Di desanya hanya terdapat satu sekolah SMA dengan murid hanya belasan saja. Tentunya ia satu-satunya gadis favorit di sekolahnya.

Sambil bersekolah ia juga membantu ibunya menitipkan kue di kantin sekolah. Sesekali Kia dipercayakan gurunya untuk mengajar adik kelas. Sekolah tempat ia menuntut ilmu tidak berbeda jauh dengan nasib keluarganya.

Sebenarnya Kia sudah mendapatkan sebuah undangan untuk melanjutkan kuliah di kota besar, namun kendala keuangan membuatnya sedikit berat untuk meninggalkan kedua orangtuanya.

Dua adiknya yang masih kecil kerap membutuhkan Kia di rumah. Ayah dan Ibunya sangat mendukung Kia untuk pergi menimba ilmu keluar kota. Mereka tak mau Kia bernasib sama seperti mereka.

Suatu malam Kia menjumpai Ayahnya dan bertanya "Ayah, apakah Kia lebih baik membantu ibu berjualan saja agar bisa membantu keluarga kita?"

Ayahnya menunduk dan membalasnya "Kia, keluarga kita memang serba kekurangan, tapi Ayah tidak menginginkan kamu menjalani hidup yang sama disini.

Dengan suara terdengar serak Kia berujar "lalu bagaimana adik-adik jika Kia harus pergi ke kota, bukankah mereka masih kecil?"

Kia terlihat lebih dewasa dan bersikeras ingin menetap di kampung tempat ia dilahirkan agar tetap bisa membantu keluarga dan menemani kedua adiknya.

"tidak perlu Kia hiraukan adik-adikmu, biarkan ayah dan ibu yang memikirkan mereka" lanjut ayahnya.

Kia lantas terdiam dan perlahan menuju kamarnya yang menyatu dengan dapur. Sebuah foto pemandangan kota di sudut dindig kamar membuatnya terlelap membayangkan kehidupan kota jika ia harus meninggalkan kampung halaman.

Keputusan ayah dan ibunya sudah bulat. Keduanya telah merelakan Kia untuk menimba ilmu di kota walau pada kenyataannya begitu berat terasa. 

Tanpa diketahui Kia, ayah dan ibunya sudah berutang uang untuk modal Kia menetap di kota besar. Mereka juga menjual sepetak tanah kebun dekat pegunungan untuk menyewa kamar agar Kia bisa nyaman belajar nantinya. 

Padahal tanah tersebut memberikan hasil panen yang cukup dipakai untuk hidup adik-adiknya setiap bulan. Ayahnya melepas tanah hasil warisan ibunya kepada tengkulak kampung yang juga menaruh hati pada Kia.

Tibalah pada hari Kia harus meneteskan air matanya. Sebuah mobil pickup sudah terpakir di sudut jalan rumahnya. Barang-barang bawaan yang disiapkan ibunya kini siap diangkat.

Kia masih terduduk kaku memeluk kedua adiknya. Sesekali jari-jarinya menutupi mata merah yang sejak pagi terlihat basah. Ia tak kuat untuk mengangkat barang karena enggan melepas pelukan bersama kedua adiknya.

bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun