'kita ga jadi pergi ya, nak'
'lain kali aja ya'
'kapan-kapan aja ya'
Kalimat diatas sering diucapkan orangtua kepada anak saat sesuatu yang dijanjikan ke anak tiba-tiba dibatalkan. Bagi orangtua mungkin ini terlihat sederhana dan biasa saja, namun bagi anak tidak demikian.
Seringkali hal-hal yang dianggap biasa saja bagi orangtua menjadi pelajaran yang dibawa anak sampai dewasa. kadangkala hal yang sama akan mereka terapkan dalam hidup.
Anak adalah peniru ulung! iya, ini adalah yang yang benar. Banyak anak yang mewarisi sifat berbohong karena dimulai dari janji-janji orangtua yang tidak ditepati. Memori masa kecil ini membawa kekecewaan besar dalam diri anak, sehingga tanpa sadar mereka melakukan hal yang sama.
Dalam kehidupan bekeluarga orangtua terkadang mudah berjanji dengan tujuan menyenangkan anak. Mungkin ucapannya sebatas bertujuan agar anak bisa diam ketika sedang menangis, atau menjanjikan sesuatu agar tidak mengganggu orangtua.
Sadar atau tidak, secara tidak langsung anak belajar menjadi pembohong ulung dimulai dari janji-janji orangtua yang tidak ditepati. Kebiasaan ini bisa berakhir sampai mereka masuk ke ranah profesionalitas saat bekerja.
Tentu, dalam kehidupan kita sering melihat banyak para pemimpin yang muda berjanji namun sulit menepati. Yah, mungkin saja bagi mereka hal itu adalah sesuatu yang wajar. Bisa jadi, dulunya mereka adalah korban janji-janji manis orangtua.
Kekecewaan yang diterima anak akan terekam kuat dialam bawah sadar mereka. Janji yang mereka dengar dari orangtua menjadi sesuatu yang sangat mereka tunggu. Saat orangtua berkata, 'lain kali aja ya', harapanpun sirna dalam sekejap.
Bukan masalah lain kali akan ditepati, tapi anak akan belajar bahwa berjanji itu boleh untuk tidak ditepati. Pada akhirnya, anak akan menerapkan hal yang sama. Mulai dari lingkup pertemanan sampai dalam hal pekerjaan.
Sebagai orangtua, ucapan dan tindakan adalah pelajaran bagi anak.
Orangtua yang selalu menepati atas ucapan mereka akan melahirkan anak-anak yang amanah. Sebaliknya, orangtua yang mudah saja membatalkan janji kepada anak akan mewarisi sifat yang sama.Â
Setidaknya, sebelum berjanji ke anak pertimbangkan dulu perasaan anak jika tidak ditepati. Jika tidak mampu menepati maka berusahalah untuk tidak berjanji.Â
Menjanjikan anak es krim jika membantu orangtua adalah ucapan yang mudah diucapkan. Tapi, saat orangtua tidak menepati janjinya maka anak akan kecewa dan akhirnya belajar berbohong dengan cara yang baik.
Jika orangtua sering berjanji kepada anak dan pada saat yang sama juga sering melupakan, anak akan menerapkan prinsip yang sama saat dewasa, baik kepada orang dekat atau lainnya.
Sebisa mungkin untuk menepati janji yang sudah diucapkan kepada anak. Bukan karena memperlakukan anak sebagai raja, tapi mengajarkan anak betapa pentingnya menepati janji.
Ada banyak pemimpin-pemimpin yang akan lahir dari dalam rumah sederhana yang berawal dari orangtua yang menepati janji. Mereka kedepan akan menjadi penopang bangsa yang ucapannya bisa dipegang.
Biasakan anak untuk memahami bahwa saat berjanji mereka harus menepati. Ucapan yang keluar dari mulut tidak hanya sekedar kalimat semata namun memiliki ikatan yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H