Kondisi emosi antar anak bisa sangat tergantung bagaimana mereka dibesarkan. Lingkungan tempat anak berinteraksi memiliki peran penting pada kemampuan regulasi emosi sang anak.
Secara alami anak masih belajar meluapkan emosi pada umur 1-7 tahun. Bagaimana orangtua berinteraksi dengan anak sangat menentukan kemampuan anak meluapkan emosi. Kenapa demikian?
Sejatinya, otak anak pada umur 1-7 tahun memerlukan input yang baik agar bisa memiliki ouput yang berimbang.Â
Orangtua yang sering marah pada anak akan membentuk input yang buruk yang kemudian direkam anak dan menjadi output.
Di sini sebagai orangtua, kita perlu memahami bahwa segala tindakan kita memiliki efek permanen pada otak anak. Apa yang kita kita perlihatkan pada anak, cara berkomunikasi, nada dan intonasi bicara, akan secara otamatis menjadi input bagi otak anak.
Buah tidak jatuh jauh dari pohon
Tentu kita sangat familiar dengan pepatah di atas. Setidaknya dalam konteks membesarkan anak, pepatah ini bisa dianggap benar. neuron dalam otak anak akan menyimpan segala sesuatu yang dilihat dan didengar.Â
Porsi interaksi anak paling besar didapat dari kedua orangtua. Walaupun pada sebagian keluarga dengan kondisi pekerja anak banyak menghabiskan waktu bersama pengasuh.
Perlu dipahami bahwa kemampuan anak meregulasi emosi tidak datang secara instan. Kesalahan terbesar orangtua adalah mengharap anak untuk mampu berlaku 'baik' tanpa memberi input yang baik pada anak.
Akhirnya anak secara tidak langsung mengcopy-paste dari apa yang mereka lihat sehari-hari. Ada orangtua yang memiliki hobi marah-marah pada anak, akibatnya anak tumbuh dengan emosi yang tidak stabil yang juga akan mudah marah.