Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sharenting, Orangtua Milenial dan Konsekuensi Menggugah Foto Anak di Media Sosial

23 Februari 2022   10:18 Diperbarui: 23 Februari 2022   10:19 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah sharenting muncul ke permukaan seiring berubahnya pola asuh orangtua. Dulu para orangtua fokus pada membesarkan anak tanpa terganggu dengan smartphone, namun bagi para orangtua milenial kehadiran smartphone telah merubah cara membesarkan anak.

Adapun sharenting merupakan gabungan kata share dan parenting, dimana para orangtua menjadikan momen perkembangan anak sebagai ajang berbagi pada media sosial.

Sayangnya, banyak konsekuensi yang harus dipertaruhkan orangtua ketika foto dan video anak tersebar di media sosial seperti instagram, WA, facebook, dll. 

Dipergunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab

Hal yang paling mendasar adalah tersimpannya foto dan video anak pada perangkat ponsel orang lain. Ketika ini terjadi, maka orangtua akan kehilangan 'hak' untuk menjaga.

Bahkan, foto dan video yang di share melalui WA akan sangat mudah untuk di screenshoot. Sementara tumbuh kembang anak adalah masalah privacy yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh oranglain.

Tidak sedikit orangtua muda yang bahkan rela membagikan status anak yang sedang mandi tanpa pakaian. Apakah ada yang bisa menjamin video ini nantinya akan dijadikan 'bahan' bagi mereka yang ingin memanfaatkannya?

Khusus bagi anak, foto dan video mereka adalah koleksi berharga saat mereka dewasa. Namun, ini bisa saja berubah menjadi malapetaka jika suatu ketika saat dewasa mereka melihat foto mereka beredar di website tertentu.

Untuk mencegah kejadian yang tidak bisa diprediksi di masa depan, ada baiknya orangtua lebih bijak menggunakan koleksi foto dan video anak.

Jikapun ingin mengshare foto dan video anak ke publik, maka pilihkan foto yang sopan dan yang tidak memperlihatkan hal-hal yang mengandung privacy seperti nama lengkap dengan identitas kelahiran dan alamat.

Foto dan video yang telah terunggah ke media sosial akan dengan mudah menjadi konsumsi publik dan bisa dengan gampang disalah gunakan sesuai niat dan tujuan yang mengambil.

Menjadi Sumber Kecemburuan bagi Sebagian Orang

Sadar atau tidak, foto dan video anak yang terunggah akan mememunculkan kecemburuan bagi sebagian orang. Tentu orangtua tidak bermaksud demikian, tapi konsekuensi yang muncul akan sangat beragam.

Tumbuh kembang anak selalu berbeda satu sama lain. Orangtua yang merasa 'excited' akan merasa bangga untuk membagikan kegemasan di media sosial.

Diluar sana banyak keluarga yang mengalami berbagai macam ujian saat membesarkan anak. Dengan foto dan video yang terlihat menyenangkan akan memberi kesan pembanding bagi sebagian keluarga yang mungkin kurang beruntung.

Ada orangtua yang bisa saja terbesit didalam hati "kenapa anak saya tidak seperti mereka". Padahal setiap keluarga punya keunikan tersendiri saat membesarkan anak. 

Pengalaman yang dialami anak juga pastinya akan berbeda satu sama lain. Foto dan video yang menunjukkan kegembiraan bisa bermakna positif bagi sebagian orang, dan bisa menghadirkan kesedihan bagi sebagian yang lain. 

Saat sebagian orang merasa sedih karena sebab foto dan video yang berasal dari unggahan orangtua di media sosial, ini meninggalkan kesan negatif pada orang lain. 

Kesan negatif bisa saja secara tidak sadar akan kembali kepada orang yang membagikan foto dan video tersebut. Tentunya dengan cara dan momen yang berbeda.

Berlaku Bijak terhadap Koleksi Foto dan Video Anak

Ada baiknya orangtua berlaku bijak dengan foto dan video anak. Momen berharga anak hendaknya dijadikan koleksi pribadi yang tersimpan rapi di memori smartphone atau komputer pribadi.

Nanti ketika anak sudah dewasa, orangtua bisa memperlihatan kembali kepada anak. Atau bahkan buatkan album khusus tentang tumbuh kembang anak dan jadikan tulisan yang berharga untuk dihadiahkan kepada anak. 

Dengan koleksi yang tersimpan indah disertai memori tumbuh kembang yang detail, anak akan bisa merefleksi diri mereka ketika dewasa. Banyak pelajaran berharga yang mampu diwarisi anak dengan pola seperti ini.

Menjaga privacy anak dengan baik juga akan menjaga anak secara tidak langsung. Orangtua bisa fokus pada melihat dan menganalisa setiap tumbuh kembang anak dari koleksi video yang diabadikan setiap hari.

Tidak tertutup kemungkinan dengan cara ini orangtua bisa menemukan bakat anak secara mendetail. Pun demikian, bisa saja koleksi foto dan video anak akan menjadi sebuah rangkaian cerita yang bisa dipakai anak sebagai sebuah 'future self-project' 

Biarkan anak belajar menjaga privacy dengan contoh yang diperlihatkan orangtua dalam menjaga koleksi foto dan video anak. sharenting akan meninggalkan jejak digital yang tidak bisa dihapus dimasa depan, sementara bagi anak ini akan meninggalkan kesan dan pesan yang tidak baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun