Berdasarkan fakta keilmuan, saat bayi disentuh saraf dibawah kulit mengirim sinyal ke otak sehingga mengaktifkan bagian otak yang dikenal dengan social brain.Â
 Gentle, nurturing touch, which is sensed by nerve endings beneath the skin, stimulate areas of the brain associated with social and emotional development -- the "social brain" Â
Apa yang terjadi pada bayi yang jarang atau tidak disentuh? Bagian social brain tidak berkembang dengan baik. Area otak ini memiliki fungsi dasar untuk bisa mengenali orang lain. Makanya bayi jarang disentuh oleh orangtuanya akan tidak memiliki ikatan bathin yang kuat.
Mengelola emosi dan stres
Bayi yang jarang disentuh juga condong mudah stres dan sulit mengatur emosi. Sebaliknya, anak yang sering mendapat sentuhan orangtua akan mudah menenangkan diri dan tidak mudah stres.
Saat seorang bayi umur 0-12 bulan menangis, pada hakikatnya mereka mencari perhatian melalui sentuhan orangtua. Makanya, saat digendong, dipeluk, dan disentuh bayi akan sangat mudah diam karena bagian kulitnya merespon dengan mengirim sinyal ke otak.
Sedangkan bayi yang dibiarkan menangis dan tidak mendapat sentuhan fisik tidak bisa menenangkan diri sendiri. Jika dibiarkan terus menerus ini malah akan menyebabkan bagian social brain tidak mendapat rangsangan yang dibutuhkan.Â
Kadang ada orangtua yang 'malas' atau mungkin ogah menyentuh atau memeluk anak dan membiarkan anak menangis. Ini akan berakibat buruk pada rasa percaya diri anak. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri rendah karena sering diabaikan orangtua.
Sentuhan fisik bagi anak khususnya umur 1-3 tahun bukan hanya membantu otak berkembang dengan baik, namun juga akan menjadikan anak membangun rasa empati pada orang lain dengan sangat baik.
Apa hubungannya rasa empati dan pelukan?