Contoh yang mudah dipahami, seorang anak yang dimasa kecilnya sering dimarahi, diteriaki, disalah-salahkan atau dibanding-bandingkan akan membawa perasaan tersebut sampai dewasa.
Apa yang akan terjadi? Rasa percaya diri anak akan sangat rendah dan anak dengan pengalaman masa kecil seperti ini akan condong menjadi pendiam, minder, dan sangat sulit bersosialisi dengan orang banyak.
Kenapa? Karena otak menyimpan kenangan pahit ini didalam memori dan saat sang anak mengingat kejadian ini akan mengeluarkan hormon yang membuatnya cemas dan takut. Sehingga anak akan sulit berinteraksi dan memilih menyendiri.
Dalam beberapa kasus tertentu anak-anak yang masa kecilnya dipenuhi pengalaman buruk baik itu dari orangtua atau lingkungan akan meneruskan perbuatan yang sama kepada anak mereka saat menjadi orangtua.
Hal ini disebabkan oleh intensitas memori di otak yang menyimpan kenangan buruk ini sangat kuat dan sulit sekali dihapus. Memori ini tersimpan di alam bawah sadar (subconscious mind).Â
Lalu, bagaimana dengan kenangan positif?
Pengalaman positif masa kecil juga membekas kuat dalam memori anak. Misalnya, anak yang sering dihargai, dipuji, aktif diajak berdiskusi dan berinteraksi bersama orangtua akan membawa pengalaman positif.
Rangkaian pengalaman yang dialami anak secara khusus menetap lama (long term) di memori. Sama seperti pengalaman buruk, pengalaman positif terpicu oleh kelima indra.
Misalnya, anak yang berbuat salah tapi tidak dimarahi namun dirangkul dan diajarkan dengan baik akan membawa memori positif di dalam otak. Kemudian input yang masuk ke otak akan diterjemah menjadi memori positif.
Contoh lain, orangtua yang berbicara dengan lembut dan sopan akan memberi bekas yang sama di input otak anak, sehingga anak akan membawa sifat yang sama saat berbicara dan berinteraksi.Â