Tulisan kali ini membawa saya ke sebuah memori 14 tahun yang lalu. Perjalanan mencari beasiswa kali pertama saya dan negara yang saya tuju adalah Amerika.Â
Saat pertama mencoba saya gagal karena tidak terlalu fokus dan kurang persiapan. Kali kedua saya mempersiapkan segalanya lebih baik, dokumen yang diminta saya kumpulkan lebih awal dan kemudian saya mempersiapkan aplikasi beasiswa termasuk essay.Â
Saya masuk tahap wawancara dan Alhamdulillah tepat di hari ulang tahun saya saat itu sebuah telpon dari Jakarta masuk ke ponsel saya.Â
"Tadi malam ada mimpi apa?" Tanya penelpon dari sebuah kantor di Jakarta.Â
Lantas, saya bingung dan langsung menjawab, "Gak ada apa-apa, mbak."Â
Ia melanjutkan dengan ucapan, "Selamat ya, kamu terpilih sebagai penerima beasiswa ke Amerika tahun ini dan akan berangkat bulan Mei."
Wah, saya seperti tidak percaya setelah sempat masuk rumah sakit karena sering bergadang akhirnya impian ke Amerika datang di hari yang tepat.
Singkat cerita setelah program belajar di Amerika saya selesai dan pulang ke Indonesia, saya lanjut mencoba berbagai beasiswa lain.Â
Jika tak salah ada lebih dari 30 aplikasi sudah saya masukkan ke Belanda, Prancis, Inggris, New Zealand, Australia, Swedia, Taiwan.
Ada banyak sekali kegagalan dalam perjalanan meraih beasiswa. Ada yang diterima tapi tidak ada beasiswa, ada yang sudah masuk tahap akhir tapi harus dilepas karena sesuatu hal, namun banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapat selama mencoba beasiswa.
Nah, di tulisan ini saya akan berbagi tips mencari beasiswa dan apa saya yang harus dilakukan agar bisa mendapat beasiswa idaman.
1. Persiapan yang Matang
Mencari beasiswa bisa dibilang gampang-gampang susah. Informasi beasiswa umumnya bisa mudah didapat di mana saja lewat om Google. Tapi, sering orang tidak jeli dan malas mencari.
Sebelum mencari beasiswa, terlebih dahulu tanyakan ke diri sendiri jenis beasiswa apa yang dicari. Misalnya, beasiswa untuk melanjutkan studi S2 atau beasiswa berbentuk pelatihan skill tertentu.
Dengan fokus yang lebih spesifik kita akan mudah mendapatkan informasi yang terperinci. Baru kemudian gunakan akses internet untuk berselancar mencari jenis beasiswa yang dituju.
Setelah mendapat informasi di website tertentu, jangan lupa link-nya disimpan atau langsung di-boormark. Apa tujuaannya? Agar kita bisa hemat waktu jika nantinya perlu mengecek ulang.
Buat bookmark khusus di aplikasi pencarian seperti Chrome atau Mozilla dan lainnya. Pisahkan bookmark sesuai jenis informasi beasiswa. Ini akan sangat membantu saat kita perlu membaca ulang.
Setiap informasi yang didapat usahakan untuk menulis di buku notes, misalnya berkaitan dengan persyaratan dan dokumen serta jenis essay dalam aplikasi. Tulis informasi secara detail dan lengkap.
2. Siapkan Dokumen Lebih Awal
Pengalaman di lapangan, saya sering menemukan pencari beasiswa yang tidak jeli membaca pengumuman dan mempersiapkan dokumen menjelang deadline.Â
Langkah seperti ini sangat merugikan pelamar beasiswa. Ingat, ada banyak saingan yang akan melamar beasiswa yang sama. Jadi, kita perlu bergerak cepat jauh sebelum deadline.
Cara yang paling ampuh adalah, buat tenggat waktu (timeline). Ini akan membantu kita untuk fokus dan terarah. Jika beasiswa yang dilamar masa deadline tiga bulan lagi, maka bagi waktu ke dalam tiga kolom.
Bulan pertama langsung lengkapi dokumen yang di syaratkan seperti Legalisir Ijazah, KTP, transkrip, surat aktif kuliah, rekomendasi, dan paspor jika diminta. Tergantung jenis beasiswa yang dilamar.
Dahulukan menyiapkan dokumen yang berurusan dengan orang lain. Kenapa? Karena akan memakan waktu setidaknya 1-2 minggu tergantung cepat tidaknya diproses.Â
Legalisir ijazah dan surat rekomendasi termasuk kedalam dua dokumen yang benar-benar harus diprioritaskan lebih awal. Baru kemudian fokus pada dokumen lain yang perlu digandakan.
Bulan kedua segera buatlah draft essay dan lanjut melengkapi essay yang diminta. Ini tidak gampang dan makan waktu. Ada baiknya pelamar beasiswa mengalokasikan waktu 2-3 jam per hari untuk menulis essay.
Dalam banyak kasus yang saya amati sebagai seorang proofread essay. Saya melihat 80% pelamar beasiswa condong menulis essay yang tidak terorganisir.
Banyak isi essay yang tidak menjawab pertanyaan dan condong memakai bahasa yang berbelit dan tidak to the point. Alhasil, aplikasi beasiswa pasti ditolak mentah-mentah.
Beberapa kali saya membantu teman dekat melamar beasiswa ke Amerika dengan memperbaiki essay mereka.Â
Saya mengubah gaya bahasa, transisi antar paragraf dan tata bahasa. Alhamdulillah aplikasi mereka lolos ke tahap wawancara.
Kuncinya ada di cara menulis essay dan bagaimana kita memaparkan essay dengan bahasa simpel tapi memberi pesan dan kesan bagi pemberi beasiswa.
Fase terakhir yaitu bulan ketiga, pelamar beasiswa harus benar-benar mengecek kembali setiap syarat dengan baik. Lalu, lakukan proofread essay ke orang lain yang memiliki latar belakang bahasa inggris yang baik.
Jangan pernah menganggap essay yang ditulis sudah baik. Saya dulunya menghabiskan waktu berhari-hari khusus untuk mempebaiki essay.Â
Saya coba bawa ke teman yang berbeda untuk mendapat feedback dan kemudian saya merevisi kembali.
Kemudian saya bawa lagi ke teman yang sudah pernah mendapat beasiswa dan mendapat masukkan dan saya revisi lagi dan lagi. Sampai essay yang kita tulis terdengar enak dan mudah dipahami ketika dibaca
3. Membangun Komunitas Pelamar Beasiswa
Nah, poin ketiga ini saya anggap sangat krusial. Banyak pelamar beasiswa yang kurang teliti mempersiapkan persyaratan karena kurangnya informasi. Mereka tidak memiliki akses karena bergerak sendiri.
Ajak teman-teman untuk sama-sama melamar beasiswa. Jangan takut bersaing sesama teman, sebaliknya saling mendukung. Ada banyak manfaat saat kita mengajak orang lain berjuang bersama.
Dulu saat saya melamar beasiswa informasi masih sangat terbatas karena belum masuk era smartphone. Baru kemudian setelah WA, Instragram, Telegram muncul semua akses informasi terkoneksi.
Saat jenis beasiswa yang dituju sudah jelas, carilah grup beasiswa di Telegram dan bergabung di sana. Ada banyak informasi bermanfaat yang bisa didapat, termasuk di grup beasiswa Facebook.
Cara lainnya adalah dengan membuat komunitas pelamar beasiswa melalui grup WA. Ajak sebanyak mungkin orang lain untuk melamar beasiswa dan saling berbagi info. Jangan takut berkompetisi jika ingin berhasil.
Tahun 2018 lalu saya coba melamar beasiswa ke Swedia dan Alhamdulilllah dinyatakan lulus di tiga kampus terbaik Swedia, sayangnya saya tidak berhasil mendapatkan beasiswanya.Â
Padahal saya hanya mencoba-coba saja saat itu dan tidak serius. Bahkan, syarat yang saya lampirkan termasuk nilai IELST saya sudah expired. Intinya, jangan cepat menyerah hanya karena ada satu persyaratan yang kurang. Give it try first.Â
Kadangkala kita harus berani mencoba. Terlepas kita siap atau tidak, ada banyak pelajaran yang datang setelah mencoba. Nothing to lose kalau kata orang.
Percobaan beasiswa Eropa ini banyak memberi saya pelajaran tentang cara melamar, jenis beasiswa yang ada, jurusan yang tersedia di kampus Swedia dan informasi tentang jenis beasiswa kampus yang tersedia dan juga support jika ingin membawa keluarga.
Saya juga akhirnya bergabung bersama komunitas penerima beasiswa Swedia di Facebook dan WA. Walaupun saya tidak jadi berangkat, setidaknya saya sudah punya pengalaman cara melamar dan cara menulis essay beasiswa Swedia.
Bayangkan jika saya pesimis dan tidak mencoba. Apa yang bakal saya dapat? Yah, tidak ada apa-apa. Makanya, jangan takut mencoba. Selama ada beasiswa hajar aja terus. hehehe.
Cukup sampai disini dulu ya tips mencari beasiswa dari saya. Di tulisan berikutnya saya akan coba bahas tentang cara mempersiapkan essay.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H