Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hadih Maja, Sarana Mendidik Anak dalam Keluarga Aceh

15 November 2021   13:00 Diperbarui: 15 November 2021   13:33 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadih Maja adalah tutur kata yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Aceh. Selain itu, Hadih Maja memiliki makna filosofis dalam kultur dan budaya Aceh.

Sumber Hadih Maja berasal dari lisan-lisan orang Aceh yang memiliki ilmu yang mendalam tentang agama. Penutur Hadih Maja memiliki filsafah hidup yang baik nan bijak.

Nilai-nilai yang hadir dalam Hadih Maja condong mengarah ke peringatan (warning) dan juga nasihat (advice), dimana tujuannya adalah untuk menanamkan konsep hidup yang bijak secara tutur kata maupun tindakan.

Isi Hadih Maja mewakili perumpamaan atau tamsilan, pepatah dan ibarat. Secara turun temurun nasihat melalui Hadih Maja diwarisi dari generasi ke generasi.

Sayangnya, peran Hadih Maja kini tidak lagi menghiasi kehidupan orang Aceh, sangat sedikit orangtua yang mewarisi prinsip hidup melalui Hadih Maja. Ini membuat generasi sekarang sangat sedikit yang memahami makna dari Hadih Maja.

Ada beberapa Hadih Maja yang masih sangat relevan dengan konteks saat ini. Bahkan, dalam konsep mendidik anak, nilai-nilai Hadih Maja ini menjadi benteng/perisai pelindung bagi anak.

1. Nyang na bk tapeutan, Nyang tan bk tapeuna.  

Kalimat diatas bermakna 'jangan meniadakan yang ada, jangan mengadakan yang tiada'. Sekilas kalimat ini terdengar singkat, namun maknanya cukup mendalam.

Hadih Maja ini mengajarkan nilai KEJUJURAN dalam kehidupan orang Aceh. Orangtua di Aceh sangat menanamkan nilai kejujuran melalui ucapan dalam diri anak sejak kecil. 

Makanya, dalam konsep hidup masyarakat Aceh menipu adalah perbuatan sangat mencela. Apalagi hal ini dilakukan oleh seorang anak dalam keluarga. Keluarga akan sangat malu jika menemukan anak melakukan penipuan.

Mungkin inilah mengapa mayoritas orang Aceh tetap memegang prinsip jujur dalam hidup. Kemanapun mereka pergi dan dalam keadaan apapun, berkata jujur adalah prinsip hidup.

Disisi lain, Hadih Maja ini mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertutur. Menjaga lisan dan berkata apa adanya mengajarkan untuk tidak berbohong serta tata-krama dalam kehidupan masyarakat Aceh.

2. Buet nyang geujue narit nyang geulake, Sagai han me mubantah haba.

'Pekerjaan yang disuruh perkataan yang diminta, Sekali-kali tak pantas membantah pembicaraan'. Begitulah makna Hadih Maja diatas. 

Nilai yang dapat diambil dari Hadih Maja ini adalah nilai kepatuhan. Dalam konteks kehidupan masyarakat Aceh, mendengar menduduki urutan penting sebelum bertindak.

Seseorang diharapkan untuk melakukan sesuai yang diperintahkan. Dengan nilai keagamaan yang sangat kuat, wajar jika masyarakat Aceh tempo dulu sangat menitikberatkan melakukan sesuatu sesuai yang diamanahkan.

Begitu juga dalam konsep mendidik anak dalam keluarga, anak dibesarkan dengan sopan santun dan patuh kepada orangtua. Artinya, anak dilarang menyahuti apalagi membantah orangtua.

Kultur masyarakat Aceh yang selalu mengedepankan nilai-nilai agama membuat ucapan orangtua lebih didengar anak ketimbang orang lain. Selain nilai falsafah yang kental, Hadih Maja ini juga menjadi prinsip hidup yang terbawa dalam pikiran bawah sadar.

Diluar konteks keluarga, membantah adalah sebuah aib yang dapat membuat malu keluarga. Biasanya anak dengan tutur kata jelek dan membantah akan ditanyakan siapa orangtuanya. 

Tentu saja anak yang suka membantah akan membuat malu keluarganya, terlebih kepala keluarga yaitu ayah. Oleh karena itu, anak-anak dalam masyarakat Aceh tidak suka membantah dan lebih mengedepankan nilai kesopanan dalam bertindak.

3. Jeumpa ub jiplueng, Bulueng ub jiteuka.

Dalam ucapan Hadih Maja ini terdapat nilai kebudayaan saat berhubungan sesama masyarakat. Secara harfiah ini bermakna 'Hak sebesar larinya,  bagian sebesar datangnya'  

Nah, konsep hidup masyarakat Aceh selalu mengedepankan nilai keadilan dan kebenaran. Dua hal ini menjadi pegangan dalam mengambil keputusan.

Dalam mengambil keputusan, masyarakat Aceh harus merujuk kepada hukum yang tertulis dan tidak tertulis. Ini bermakna bahwa sebuah keadilan harus dilakukan dengan benar.

Sanksi sosial dalam masyarakat Aceh selalu berlandaskan pada nilai agama yang juga terwujud dalam nilai-nilai kebudayaan. Segala sesuatu diputuskan melalui mufakat dan musyawarah, baik dalam kekeluargaan maupun kemasyarakatan.

Dalam keluarga, seorang anak jika ingin membuat keputusan maka harus dibicarakan kepada orangtua terlebih dahulu baru kemudian didiskusikan secara bersama keluarga besar. 

Keputusan yang diambil harus memiliki sisi manfaat yang jelas untuk menghindari mengambil keputusan yang tidak bijak. Sangat tabu bagi seorang anak di Aceh memutuskan sesuatu tanpa dibicarakan dan didiskusikan kepada keluarga besar. 

Seiring waktu dan pola hidup yang berubah, banyak nilai-nilai Hadih Maja yang sudah sangat jarang didengar baik dalam keluarga ataupun masyarakat.

Pergeseran budaya dan pemahaman orangtua terhadap Hadih Maja yang sudah kian merapuh membuat terkikisnya banyak nilai-nilai penting yang luput dari kehidupan orang Aceh.

Semoga saja generasi saat ini bisa mulai kembali mengkaji dan menerapkan konsep hidup yang mengalir dari banyak Hadih Maja. Memang tak mudah menjaga budaya, apalagi warisan yang berbentuk nilai sastra lisan antar generasi. 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun