Hadih Maja adalah tutur kata yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Aceh. Selain itu, Hadih Maja memiliki makna filosofis dalam kultur dan budaya Aceh.
Sumber Hadih Maja berasal dari lisan-lisan orang Aceh yang memiliki ilmu yang mendalam tentang agama. Penutur Hadih Maja memiliki filsafah hidup yang baik nan bijak.
Nilai-nilai yang hadir dalam Hadih Maja condong mengarah ke peringatan (warning) dan juga nasihat (advice), dimana tujuannya adalah untuk menanamkan konsep hidup yang bijak secara tutur kata maupun tindakan.
Isi Hadih Maja mewakili perumpamaan atau tamsilan, pepatah dan ibarat. Secara turun temurun nasihat melalui Hadih Maja diwarisi dari generasi ke generasi.
Sayangnya, peran Hadih Maja kini tidak lagi menghiasi kehidupan orang Aceh, sangat sedikit orangtua yang mewarisi prinsip hidup melalui Hadih Maja. Ini membuat generasi sekarang sangat sedikit yang memahami makna dari Hadih Maja.
Ada beberapa Hadih Maja yang masih sangat relevan dengan konteks saat ini. Bahkan, dalam konsep mendidik anak, nilai-nilai Hadih Maja ini menjadi benteng/perisai pelindung bagi anak.
1. Nyang na bk tapeutan, Nyang tan bk tapeuna. Â
Kalimat diatas bermakna 'jangan meniadakan yang ada, jangan mengadakan yang tiada'. Sekilas kalimat ini terdengar singkat, namun maknanya cukup mendalam.
Hadih Maja ini mengajarkan nilai KEJUJURAN dalam kehidupan orang Aceh. Orangtua di Aceh sangat menanamkan nilai kejujuran melalui ucapan dalam diri anak sejak kecil.Â
Makanya, dalam konsep hidup masyarakat Aceh menipu adalah perbuatan sangat mencela. Apalagi hal ini dilakukan oleh seorang anak dalam keluarga. Keluarga akan sangat malu jika menemukan anak melakukan penipuan.