Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengubah Perilaku Anak Melalui Kata-kata Positif

1 Oktober 2021   11:38 Diperbarui: 1 Oktober 2021   15:12 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa sulit sekali mengubah perilaku anak?

Pertanyaan di atas tidak terjadi pada satu orangtua, namun hampir mayoritas orangtua memiliki permasalahan yang sama. Mengubah perilaku anak dari negatif ke positif tentu bukan hal yang mudah.

Di balik perilaku anak yang negatif, sebenarnya ada kesalahan cara orangtua berkomunikasi dengan anak. Kesalahan ini muncul dari pemilihan kata saat menyuruh atau menanggapi pembicaraan anak.

Dalam dunia anak, proses "pencernaan" kata-kata di dalam otak tidaklah sama seperti orang dewasa. Anak butuh kata-kata yang sederhana, simpel, dan mudah dipahami. Kenapa? 

Karena otak anak masih dalam tahap berkembang. Masih dibutuhkan banyak input untuk membantu koneksi antar pesan. Sehingga, pemilihan kata yang sulit dipahami oleh anak dapat berujung pada perilaku yang dianggap orangtua "tidak wajar".

Orang dewasa memiliki interpretasi yang berbeda tentang sebuah kewajaran. Benar tidak? Khususnya orangtua, umumnya kita beranggapan apa yang tidak sesuai dengan kemauan kita akan masuk pada wilayah "tidak wajar".

Lalu, apa yang terjadi? Saat anak tidak melakukan yang kita mau, kita akan melabeli anak sebagai anak nakal. 

Jadi, kata nakal itu sangat bergantung pada sudut pandang sebuah kewajaran dalam konteks pemahaman orangtua.

Saya tidak ingin membahas ini lebih panjang. Mari kita fokus menyederhanakannya agar mudah dicerna dan dipahami.

Nah, saya coba kembali ke topik semula. Dalam dunia anak, bahasa tubuh akan lebih dominan menjadi alternatif peluapan emosi. Artinya, seorang anak akan memperlihatkan perilaku yang kita anggap "nakal" sebagai reaksi atas kegagalan memahami pesan.

Lebih simpelnya seperti ini, pernahkah meminta anak untuk tidak melalukan sesuatu? Seperti "jangan ganggu adik", "jangan manjat meja", "jangan masuk ke kamar dulu".

Perhatikan, kalimat di atas diawali dengan kata "jangan". Bagi seorang anak kata "jangan" sulit dicerna. Kenapa? 

Karena anak akan kembali bertanya, "Kenapa 'jangan'? Kenapa 'tidak boleh' ?"

Ilustrasi gambar: www.overlandchildrenandfamily.wordpress.com
Ilustrasi gambar: www.overlandchildrenandfamily.wordpress.com

Kemudian, kata "ganggu" ,"manjat", "masuk" juga akan membuat anak menjadi lebih bingung dan malah ingin melakukannya. 

Ringkasnya, anak akan malah melakukan sesuatu yang dilarang karena rasa ingin tau.

Sederhanakan kalimat dan pilih kata yang tepat

Bagi orangtua yang ingin anaknya melakukan sesuai permintaan, maka perlu menyederhanakan kalimat. 

Sekali lagi, anak-anak belum mampu menerjemahkan pesan dengan baik karena input di dalam otak masih sangat terbatas.

Jika ingin anak tidak menganggu adiknya, maka katakan "ayuk mainnya di sini, adik sedang makan".

Dengan pola kalimat seperti itu, anak akan lebih cepat memahami bahwa yang diinginkan ibunya adalah agar main di tempat lain karena adik lagi makan.

Dalam konteks lain, jika ingin anak tidak memanjat meja, ubah kalimat menjadi "duduk saja di kursi, meja untuk belajar".

Dengan mengubah isi pesan ke kalimat positif, kita akan mengarahkan anak ke pekerjaan yang seharusnya ia lakukan.

Saat anak mendengar kata "jangan", keinginan untuk mengetahui alasan lebih besar sehingga ia terfokus kepada sebab. Ini menjadi alasan kenapa anak malah akan melakukannya untuk ingin tahu. 

Makanya penting sekali untuk fokus pada apa yang kita ingin anak lakukan. Isi pesan dalam kalimat harus lebih simpel agar anak mudah menangkap apa yang diinginkan orangtua.

Seringkali kita sebagai orangtua mudah sekali marah dan emosi saat anak tidak mengindahkan apa yang kita inginkan. Padahal kalau dipikir, sebenarnya cara kita berkomunikasi dengan anak yang tidak tepat. 

Akhirnya, banyak kata-kata yang buruk akan keluar dari mulut orangtua begitu anak tidak mengindahkan perintah, seperti, "sudah dibilangin gak dengar, dasar anak nakal" atau  "dari tadi diingatin malah tiduran saja",  dan seterusnya. Kalimat-kalimat seperti ini akan membuat suasana menjadi lebih buruk. 

Bagi anak, mendengar ucapan seperti ini akan memperkuat sinyal di otaknya. Pesan yang disampaikan saat melibatkan emosi akan tersimpan kuat di otak.

Jika ucapan seperti ini sering diulangi orangtua setiap hari, percayalah anak akan benar-benar memiliki kepribadian seperti yang diucapkan orangtua. Benar, apa yang dikatakan rasulullah benar adanya, "ucapan adalah doa!".

Berkata-kata yang baik di depan anak

Pernah dalam suatu kajian saya mendapati seorang ustadz berkata, "Wahai ayah dan ibu, perhatikan ucapan yang keluar dari mulutmu karena engkau tidak pernah tahu ucapan yang mana yang diaminkan oleh malaikat".

Tafsirannya seperti ini, "apapun ucapan yang keluar dari mulut ayah dan ibu kepada anak dalam keadaan apapun dan kapan pun akan menjadi do'a. Ingat, kapan pun dan di mana pun".

Kita mungkin tidak sadar atau berkilah bahwa mungkin tidak bermaksud berkata demikian untuk anak atau dalam keadaan emosi sehingga ucapan tidak terkontrol.

Tapi ingatlah, ucapan tidak bisa ditarik, dan apa yang masuk kedalam dua telinga anak akan menetap disana. Baik itu kata-kata baik atau buruk. Jadi, semua kita orangtua punya PILIHAN.

Perbaikilah cara berkomunikasi dengan anak. Jika sedang emosi selesaikan dulu masalah sebelum berinteraksi dengan anak. 

Sebelum mengeluarkan kata-kata pikirkan baik-baik akibatnya bagi anak. Usahakan untuk selalu fokus pada ucapan baik, tanamkan kalimat "kamu anak paling baik", "kamu suka membantu orangtua", "kamu suka menolong orang lain", "kamu anak yang cerdas", "hidupmu akan selalu berkah".

Ulangi setiap hari kalimat seperti ini didepan anak. Jangan GENGSI, ucapkan kalimat-kalimat seperti ini dan lihatlah apa yang akan terjadi pada anak. Ingat, ucapan adalah do'a. 

Mungkin sangat sedikit orangtua yang menyebutkan nama anak dalam do'a mereka, apalagi yang berdo'a khusus untuk anak. Umumnya orangtua berdo'a pada momen-momen tertentu.

Jadi, apa ruginya sebagai orangtua kita membiasakan menanamkan karakter dalam diri anak melalui UCAPAN POSTIF. Kalau bisa ulangi minimal 20 kali sehari. 

Lihatlah keajaiban kata-kata pada diri anak. Saya sudah membuktikan bagaimana kata-kata postifi itu sangat POWERFUll untuk membentuk kepribadian anak. 

Tidak percaya atau belum yakin? Ayo buktikan mulai hari ini. Setiap hari ulangi kata-kata positif. Ubah kebiasaan memarahi dengan berperilaku baik kepada anak. Ajak anak bercanda agar suasana selalu gembira. Anak senang, orangtuapun tenang! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun