Dalam konteks lain, jika ingin anak tidak memanjat meja, ubah kalimat menjadi "duduk saja di kursi, meja untuk belajar".
Dengan mengubah isi pesan ke kalimat positif, kita akan mengarahkan anak ke pekerjaan yang seharusnya ia lakukan.
Saat anak mendengar kata "jangan", keinginan untuk mengetahui alasan lebih besar sehingga ia terfokus kepada sebab. Ini menjadi alasan kenapa anak malah akan melakukannya untuk ingin tahu.Â
Makanya penting sekali untuk fokus pada apa yang kita ingin anak lakukan. Isi pesan dalam kalimat harus lebih simpel agar anak mudah menangkap apa yang diinginkan orangtua.
Seringkali kita sebagai orangtua mudah sekali marah dan emosi saat anak tidak mengindahkan apa yang kita inginkan. Padahal kalau dipikir, sebenarnya cara kita berkomunikasi dengan anak yang tidak tepat.Â
Akhirnya, banyak kata-kata yang buruk akan keluar dari mulut orangtua begitu anak tidak mengindahkan perintah, seperti, "sudah dibilangin gak dengar, dasar anak nakal" atau  "dari tadi diingatin malah tiduran saja",  dan seterusnya. Kalimat-kalimat seperti ini akan membuat suasana menjadi lebih buruk.Â
Bagi anak, mendengar ucapan seperti ini akan memperkuat sinyal di otaknya. Pesan yang disampaikan saat melibatkan emosi akan tersimpan kuat di otak.
Jika ucapan seperti ini sering diulangi orangtua setiap hari, percayalah anak akan benar-benar memiliki kepribadian seperti yang diucapkan orangtua. Benar, apa yang dikatakan rasulullah benar adanya, "ucapan adalah doa!".
Berkata-kata yang baik di depan anak
Pernah dalam suatu kajian saya mendapati seorang ustadz berkata, "Wahai ayah dan ibu, perhatikan ucapan yang keluar dari mulutmu karena engkau tidak pernah tahu ucapan yang mana yang diaminkan oleh malaikat".
Tafsirannya seperti ini, "apapun ucapan yang keluar dari mulut ayah dan ibu kepada anak dalam keadaan apapun dan kapan pun akan menjadi do'a. Ingat, kapan pun dan di mana pun".