Musibah tidak datang dengan undangan, tidak pula bisa diprediksi. Kalau mau memilih, semua tentu tidak berharap musibah datang. Tapi, dengan musibah banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dan menjadi pelajaran berharga.
Kedatangan virus Corona sangat memukul semua orang. Dari sisi pendidikan kita melihat betapa rentannya virus ini merobohkan pertahanan sekolah. Guru dan anak didik kelabakan menghadapi kondisi dimana sekolah diwajibkan tutup.
Solusi yang diberikan pemerintah melalui sekolah daring memunculkan stigma negatif. Walau tujuannya baik, namun pemerintah harus belajar dari pandemi kali ini. Satu hal yang sangat terlihat, pemerintah tidak memiliki strategi yang jelas.
Dalam kondisi musibah diterpa pandemi saat ini, pemerintah perlu menyiapkan kurikulum darurat yang memiliki GOAL yang berbeda. Pola pembelajaran harus dirubah total dan disesuaikan.
Yang terlihat saat ini pemerintah hanya mengganti ini dan itu, merubah jam belajar menjadi daring dan kelas tatap muka yang diperkecil. Sayangnya, pemerintah tidak berpikir lebih jauh bagaimana menyesuaikan materi dengan keadaan darurat.
Kurikulum darurat harus sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum musibah datang. Jangan pas musibah baru sibuk berpikir. Ini namanya living to die. Iya, hidup untuk mati.
Sederhanakan Bahan Ajar dan Cara mengajar
Saat pandemi seperti sekarang, guru seperti kehilangan arah dan tujuan. Kebijakan sekolah daring dari rumah bukan hanya membuat guru pusing tapi juga orangtua stres.
Betapa tidak, orangtua harus siap menjadi guru cadangan memfasilitasi anak dari rumah. Sementara orangtua juga harus bekerja diluar rumah. Ini namanya membuat masalah baru tanpa solusi.Â