Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Peran Orangtua agar Mengetahui Bakat Anak Sejak Kecil

27 Agustus 2021   11:12 Diperbarui: 27 Agustus 2021   15:10 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :https://www.darunnajah.com

Saat menjadi mahasiswa saya banyak menemukan teman-teman yang mengambil jurusan bukan karena kemauannya. Hal yang sama saya temukan saat mengajar di universitas. Hanya sedikit sekali mahasiswa yang memilih jurusan karena passion yang memang sudah menjadi bagian hidup mereka.

Berbicara tentang passion, kita tentu harus mengaitkan dengan bakat. Menariknya bakat itu sebenarnya sudah mulai berkembang dari kecil. Lalu, pertanyaannya, kenapa banyak orang dewasa GAGAL menemukan bakat mereka?

Satu hal pasti yang bisa saya paparkan adalah, antara passion dan bakat memiliki satu tali yang berawal dari masa kecil. Iya, benar! MASA KECIL.

Jika Anda orangtua yang sedang membaca tulisan ini, coba tanyakan pada diri sendiri apakah sebagai orangtua Anda betul-betul mengetahui bakat/kertertarikan anak-anak?

Nah, jika Anda yang membaca tulisan ini masih berstatus single, coba tanyakan ke dalam diri apakah Anda sedang bekerja atau melakukan hal yang memang Anda sukai?

Sebagai orangtua, memahami ke mana arah bakat anak sangatlah penting. Sama halnya seperti memahami ke mana tujuan yang ingin dituju saat hendak berpergian. Tanpa tujuan yang jelas, jelas kita akan memilih jalur atau arah yang tidak tepat.

Kegagalan membaca bakat anak saat kecil adalah kegagalan yang paling fatal bagi orangtua. Inilah menjadi penyebab awal kenapa banyak sekali orang dewasa yang salah memilih karier dan berakhir pada kekecewaaan.

Sejatinya, menemukan bakat anak bukanlah tugas sekolah atau bagian dari kurikulum sekolah. Peran orangtua jauh lebih dibutuhkan untuk menilik bakat anak.

Kenapa harus orangtua?

Rumah sebagai gerbang pendidikan paling awal dalam keluarga. Didalamnya terjadi interaksi tanpa henti antara orangtua dan anak setiap hari. Bukankah darisini akan kelihatan segalanya?

Dari dalam rumah orangtua bisa mengobservasi anak secara langsung dan menemukan hal-hal yang disukai anak atau hal yang tidak disukai mereka.

Seringnya orangtua lalai dan tidak membuat catatan kecil untuk menuliskan rangkuman apa saja yang menjadi kesukaan anak. Akhirnya anak terbiasa menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang belum tentu mereka sukai.

Ilustrasi :https://www.darunnajah.com
Ilustrasi :https://www.darunnajah.com

Permainan dan Arah Bakat Anak

Pola permainan anak bahkan bisa menjadi titik awal mengawasi kemana arah minat/bakat anak. Melalui permainan seharusnya orangtua sudah bisa menebak sisi kelebihan anak dan kekurangan mereka.

Singkatnya seperti ini, saat anak diberikan beberapa jenis permainan coba perhatikan ke mana condong mereka menghabiskan waktu. Jenis permainan akan menunjukkan sisi kelebihan anak.

Untuk mengetahui bakat atau ketertarikan anak, orangtua perlu memberikan jenis permainan yang berbeda-beda. Darisana orangtua akan bisa melihat lebih jeli akan jenis permainan apa yang anak sukai.

Setiap jenis permainan memiliki kecenderungan tersendiri, dari yang terfokus kepada otot, otak, atau seni. Semakin sering seorang anak menghabiskan waktu ke jenis permainan tertentu, orangtua bisa membuat catatan khusus.

Berikan Arahan dan Observasi

Saya sering sekali melihat orangtua hanya melepas anak bermain tanpa memandu. Orangtua yang bijak seharusnya memandu anak untuk bermain sambil mengarahkan. 

Saat anak bermain adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan observasi. Biarkan anak bermain setelah diberi arahan dan kemudian ajak mereka berdiskusi dengan menanyakan jenis permainan apa yang mereka suka dan tanyakan alasannya.

Secara perlahan seiring waktu berlalu, orangtua akan menemukan beberapa catatan penting yang nantinya bisa dipakai untuk menemukan titik bakat atau minat anak. Intinya, the more you observe, the more you can figure out!

Jangan menjadi orangtua yang hanya sekadar menjadi PENONTON. Sebaliknya, Jadilah SUTRADARA. Jika tidak, orang lain yang akan mengatur bakat anak Anda. Itu pilihan yang paling buruk.

Jangan Memaksa Anak Melakukan Hal yang Tidak Disukai.

Dunia anak adalah dunia trial and error. Artinya, semakin banyak anak mencoba maka semakin banyak ilmu yang mereka temukan. Jika dibalik, semakin terbatas anak mencoba, maka semakin sedikit yang mereka ketahui.

Ketertarikan atau bakat diawali dengan kesukaan. Anak tidak mungkin menyukai sesuatu tanpa didahului dengan percobaan. Ringkasnya, tanpa membiarkan anak melakukan terlebih dahulu maka anak tidak akan tahu mereka suka atau tidak.

Contohnya begini, kenapa bagi kebanyakan orang dewasa membaca adalah sesuatu yang membosankan? Ini disebabkan karena saat kecil tidak dibiasakan membaca. Anak tidak mengenal buku saat kecil disebabkan orangtua yang juga tidak membaca.

Bakat dan minat juga bisa diturunkan dari orangtua melalui kebiasaan. Memaksakan anak membaca itu hal yang salah, tapi memperlihatkan kebiasaan membaca didepan anak adalah hal yang baik. 

Pernah melihat anak yang terbiasa ke warung untuk beli jajanan? tentu ini hal yang lumrah tapi pertanyaannya apakah ini sebuah kewajaran? belum tentu!

Sesuatu yang sering dilihat tidak mutlak benar. Di sini orangtua perlu memahami bahwa memperlihatkan kebiasaan yang baik dan benar itu penting sekali bagi anak. 

Kebiasaan dalam membiasakan sesuatu yang salah kepada anak bisa merusak anak secara perlahan. Anak yang sudah terbiasa dibiarkan membeli jajan ke warung akan membentuk kebiasaan menghabiskan uang. Ini bukan hanya berefek ke pola pikir namun juga ke masalah kesehatan.

Sekarang banyak anak-anak yang sudah mengalami gagal ginjal dan penyakit akut lainnya yang berawal dari pola hidup SALAH. dan parahnya ini adalah pembiasaan orangtua yang juga SALAH.

Ajari Anak Pola Pikir Sehat dan Benar

Sangat disayangkan begitu banyak orangtua yang tidak lagi menanam pola pikir yang benar kepada anak. Salah satu penyebabnya adalah kesibukan orangtua bekerja dan sedikitnya waktu bersama anak.

"Kan orangtua juga kerja untuk anak, kalau gak mau makan apa?"

Pernah mendengar alasan seperti itu? Sering sekali! Padahal perkataan seperti itu adalah contoh pola pikir yang salah dan sangat berbahaya.

Benar! orangtua bekerja untuk anak. Tapi, apakah orangtua bekerja untuk mendidik anak atau sekadar bekerja agar anak tetap bisa hidup?

Manusia diberikan akal oleh Allah untuk berpikir, sedangkan hewan tidak. Jadi, hewan mencari makan untuk sekadar bertahan hidup dan berkembang biak. Tapi, tidak dengan manusia.

Orangtua yang bijak wajib memiliki pola pikir yang benar dan tentunya sehat. Dengan pola pikir yang benar anak akan terbiasa dengan hal yang benar pula.

Ada banyak hal-hal kecil yang bisa mendidik anak untuk mewarisi pola pikir yang benar. Contoh nyata dimulai dari bangun tidur lebih awal, terus membiasakan mandi sebelum matahari terbit, makan makanan yang sehat serta minum air putih.

Pola hidup sehat juga mengarahkan kita memiliki pola pikir yang benar. Jika orangtua tidak memperlihatkan apa yang seharusnya diketahui oleh anak maka mereka akan mencarinya diluar rumah.

Bukankah rumah itu awal dari segalanya? semua bahkan bisa ditanam dari dalam rumah. Kenapa harus membiarkan anak menemukan sesuatu dari luar rumah?

Jangan jadi orangtua yang GAGAL. Kalau bekerja maka bekerjalah dengan bijak dan benar. Jangan memberi contoh dan mewarisi pola pikir yang buruk kepada anak.

Sebagai orangtua, jika Anda pergi pagi dan pulang malam maka Anda sebenarnya sedang menanamkan makna bekerja yang salah kepada anak. Sangat wajar jika saat Anda tua anak akan sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu menemani orangtua.

Bukankah yang selalu diperlihatkan akan membentuk pola pikir? 

Kalau memang sebagai orangtua Anda harus bekerja di luar dan menghabiskan waktu dominan di luar rumah, maka yang harus aAnda lakukan adalah membuat waktu bersama di luar jam kerja bersama keluarga, khususnya anak.

Ajarkan kepada anak bahwa tujuan Anda bekerja bukan sekedar agar mereka bisa makan, tapi jelaskan bahwa ini adalah sebuah tanggung jawab kepala keluarga.

Jangan memakai dalih bekerja sehingga anda tidak memiliki waktu bersama anak. Sesibuk apapun tetap luangkan waktu bermain bersama anak. Secapek apapun Anda sebagai orangtua, selalu awali bertemu anak sebelum bekerja.

Ada banyak hal yang diwarisi melalui contoh, dan ini datang dari ORANGTUA, bukan TETANGGA. Jangan sampai kebiasaan buruk orangtua menjadi pembenaran bagi anak kelak sat dewasa.

Pola pikir yang benar dan sehat dari apa yang dicontohkan orangtua itu penting sekali. Tidak ada sekolah secanggih apapun yang bisa memberikan kualitas yang sama dari apa yang bisa dilakukan orangtua.

Bakat dan minat anak itu bisa datang dari apa yang selalu dilihat anak dari orangtuanya. Ini yang disebut first impression. Ada banyak anak yang menemukan Passion mereka dari sebuah KESAN yang mereka peroleh dari ayah dan ibu mereka.

Sekali lagi sebagai penutup tulisan ini, khususnya bagi Anda orangtua, jangan habiskan waktu Anda di luar rumah, pulanglah dan lihatkan anak Anda. Mereka akan membawa sebuah kesan dalam hidup.

Coba tanyakan kepada anak, apa yang paling mereka ingat tentang Anda. Jika tidak ada, maka tanyakan dimanakah peran Anda sebagai orangtua.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun