Namun, saat orangtua membiarkan kata-kata mereka atau lupa akan apa yang sudah dikatakan, maka anak juga akan menganggap ini sebagai hal yang normal.
Akhirnya, anak yang terbiasa dengan orangtua yang menepati kata-katanya akan belajar bahwa apa yang sudah diucapkan haruslah ditepati.Â
Sedangkan mereka yang sudah terbiasa dengan janji orangtua, namun tidak ditepati juga akan menganggap sebuah kewajaran jika berjanji tidak menepati.
Proses transfer ilmu kejujuran bukan sesuatu yang teoritis, namun dipelajari dari interaksi dan komunikasi. Inilah yang membuat nilai perkataan orangtua itu penting dan berharga.
Anak-anak yang terbiasa dengan orangtua yang menepati janjinya akan belajar nilai kejujuran sampai dewasa, sebaliknya anak yang sering tidak ditepati janjinya akan membawa nilai tidak menepati janji dalam hidupnya.
2. Sisipkan pesan saat berjanji
Perkataan yang sering diucapkan akan bertahan kuat jika dikuti dengan pesan. Artinya, anak tidak semata-mata belajar nilai jujur tanpa disisipkan pesan.Â
Perkataan seperti "kita tidak boleh berbohong ya nak" atau "kalau sudah buat janji harus ditepati ya nak" akan meresap dalam sanubari anak jika dibuktikan terlebih dahulu. Misalkan orangtua berkata "nanti kalau merapikan mainan akan ayah dan ibu belikan makanan ya".
Saat anak menyelesaikan apa yang diminta orangtua, maka proses kausalitas akan terjadi. Namun, alangkah baiknya jika orangtua tidak menunggu diingatkan anak baru menepati apa yang diucapkan.