Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cara Efektif Mengisi Otak Anak dengan Input yang Positif dan Produktif

27 Juli 2021   13:35 Diperbarui: 30 Juli 2021   10:31 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dan orangtua| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Pernah suatu ketika saya sedang duduk di sebuah cafe melihat orangtua memarahi anak dengan kalimat "sudah dibilangin jangan manjat meja tidak dengar" dengan nada kesal, pada kesempatan lain saya secara tidak sengaja mendengar seorang ibu berucap "dasar anak nakal, sudah dibilangin ga dengar".

Ucapan-ucapan seperti ini bukan hal yang asing saya dengar, malah hampir umumnya orangtua memakai kalimat ini untuk melampiaskan kemarahan saat anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Apakah ucapan seperti ini memberi efek baik bagi anak? tidak, malah sebaliknya. Anak akan kembali berulah.

Sedikit orangtua yang memahami bahwa untuk melatih kebiasaan baik bagi anak ada tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Seringkali karena kealpaan ilmu, banyak orangtua yang malah bertindak gegabah dan akhirnya berakibat fatal bagi sistem kerja otak anak.

Idealnya, secara ilmu otak, seorang anak membutuhkan waktu minimal 1-3 tahun untuk "mengisi" informasi yang dibutuhkan otak agar bisa berfungsi. 

Begini maksud saya, otak anak saat terlahir dalam keadaan kosong. Ibarat sebuah rumah yang baru dibangun tanpa aliran listrik tentu koneksi listrik belum tersedia untuk digunakan.

Ringkasnya lagi, otak anak terus berkembang pesat semenjak lahir. Tapi, kemampuan otak anak bekerja sangat ditentukan oleh input yang diperoleh. Input di sini bermakna kebiasaan yang dilihat dan didengar. Tapi, untuk umur 1-3 tahun apa yang dilihat itu lebih berefek ketimbang yang didengar.

Mungkin Anda pernah kesal kepada anak karena tidak mau menuruti apa yang diminta, mengotori lantai, mencoret dinding, membasahi rumah, dll. Tahukah kenapa anak bertindak seperti ini? Jawabannya sebenarnya sangat simple. Karena anak masih dalam tahap TRIAL and ERROR.

Umur 1-3 tahun adalah masa anak mencari tahu segala sesuatu dengan mencoba. Mereka tidak mengerti benar atau salah, yang mereka tahu adalah mencoba. Ini alasannya kenapa dalam dunia anak sebenarnya tidak ada istilah stres dan tidak pernah ada kasus anak gila. Yang ada orangtuanya gila. hehe. 

Makanya di sini yang wajib dilakukan orangtua adalah mengisi input yang tepat. Caranya bagaimana? Jangan memakai kata-kata terlebih dahulu, cukup perlihatkan apa yang ingin diajarkan. INGAT, cukup PERLIHATKAN.

Misal Anda ingin mendidik anak agar mau buang sampah ditempatnya, maka contohkan kepada anak setiap hari. Ulangi itu terus menerus di depan anak, baik di dalam atau diluar rumah, jangan sekali-kali memperlihatkan contoh yang berseberangan karena ini berbahaya bagi input otak. 

Otak anak perlu terlebih dahulu menyimpan informasi sebelum mampu berfungsi. Anak tidak terlahir dengan software yang siap pakai. Maka orangtua harus paham bahwa anak perlu mengaktifkan software agar bisa dipakai. Nah, orangtualah yang berperan agar software ini bisa bekerja dengan cara memberi input yang dibutuhkan anak.

Mau anak terlatih untuk hidup bersih? Perlihatkan cara hidup bersih didepan mereka. Kalau orangtua malah terbiasa hidup kotor lalu memarahi anak saat membuat ruangan kotor ini dia kesalahan besar. Lead by examples. Cara paling efektif adalah memberi input dengan contoh nyata setiap hari yang dilihat anak.

Ilustrasi gambar: https://www.keepkidssafe.org
Ilustrasi gambar: https://www.keepkidssafe.org

Arahkan setelah Mencontohkan

Memberikan contoh saja belum cukup agar otak bisa bekerja maksimal. Perlu adanya pesan berbentuk arahan dalam kata-kata supaya apa yang dilihat anak tersimpan sebagai sebuah pesan. 

Contoh kecilnya seperti ini, saat menyimpan file tertentu di komputer kita perlu membuat folder untuk memisahkan jenis file yang disimpan.

Apa tujuaannya? Agar saat mengaksesnya kita akan lebih mudah dan tentunya cepat, dan juga tidak bingung. 

Bagi anak, sebuah contoh yang tidak disisipkan pesan ibarat menyimpan sebuah file tanpa folder. Saat anak sudah terbiasa melihat orangtua membuang sampah ditempatnya, sisipkan pesan seperti, nak, buang sampah selalu ditempatnya ya!. 

Hal seperti ini akan membuat input bekerja lebih efektif dalam otak anak. Ada dua hal yang saling bekerja antara pesan berbentuk visual dan oral. Inilah pentingnya memperlihatkan contoh sebelum meminta anak melakukan sesuatu. Alasannya karena anak butuh input yang baik dan tepat untuk disimpan di dalam otak menjadi sebuah memori.

Sebelum memarahi anak, terlebih dahulu tanyakan ke diri sendiri apakah sudah memberi contoh atau belum. Kalau belum, maka kunci mulut rapat-rapat dan jangan memarahi anak. No input, no output. Mengharapkan rumah terang tanpa instalasi listrik adalah sebuah tindakan tidak waras. ya kan? hehe

Koneksi dalam otak anak sangat-sangat ditentukan oleh bagaimana orangtua berinteraksi dan berkomunikasi. Memarahi anak dengan mimik wajah melotot diikuti pukulan akan sangat memengaruhi input yang terbentuk didalam otak. Ini penting sekali untuk dipahami orangtua. Input positif dan input negatif mengakibatkan output berbeda.

Anak yang sering dimarahi atau dipukuli akan memiliki serangkaian koneksi yang berbeda didalam otak. Input yang masuk kedalam otak akan diterjemahkan secara berbeda karena letak penyimpanan juga berbeda. Otak menyimpan informasi dengan memilah dan memilih lalu membuat folder tersendiri. 

Pernahkan Anda mencium aroma  bau tertentu atau melewati area tertentu lalu sebuah memori muncul? Hal ini disebabkan karena input yang diperoleh otak direkam kuat saat melibatkan panca indra. Rasa senang dan sedih punya peran krusial terhadap efek sebuah pengalaman seseorang. 

Anak yang sering dipukul saat momen tertentu anak meninggalkan bekas didalam memori dibagian otak. Contoh, seorang anak yang sudah dewasa secara tidak sadar melewati sebuah ruangan dimana pernah saat kecil dipukuli akan kembali merangsang memori untuk mengingat momen tersebut.

Sebaliknya, seorang anak yang sering dihargai atau dipuji saat momen tertentu akan merekam kejadian kedalam memorinya didalam otak dibagian lain. Efek yang muncul dari memori buruk dan jelek akan sangat berbeda. 

Rasa putus asa, rendah percaya diri, emosi tidak stabil, penakut itu muncul dari memori masa kanak-kanak dengan input yang buruk.

Seseorang dengan rasa percaya diri tinggi, berani mengambil keputusan, pandai mengatur emosi, berwibawa juga disebabkan dari berbagai input positif yang diterima saat masih kecil. Semua input masa kecil akan menentukan output saat dewasa.

Saya bahkan pernah membaca beberapa jurnal dibidang psikologi dan neurologi yang diterbitkan di kampus ternama di Inggris menyimpulkan fakta bahwa kesuksesan seorang anak dalam karier itu BUKAN ditentukan dari hasil SEKOLAH. 

Dua hal yang sangat menentukan kesuksesan seorang anak adalah pola KOMUNIKASI dan INTERAKSI orangtua dengan anak.

Kesimpulan dari tulisan ini khusus bagi orangtua adalah:

1. Beri contoh sebanyak mungkin saat anak kecil, contoh positif harus dari orangtua setiap hari

2. Titip pesan pada anak sejalan dengan contoh yang diperlihatkan

3. Ajak anak berinteraksi setiap hari dengan interaksi positif dan produktif

4. Bangun pola komunikasi yang baik dengan anak

5. Jangan meminta anak melakukan sesuatu tanpa terlebih dahulu memberi contoh 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun