Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gardener atau Carpenter, Bagaimana Seharusnya Orangtua Membesarkan Anak?

22 Juli 2021   23:10 Diperbarui: 25 Juli 2021   08:50 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua menerapkan pola asuh gardener | Sumber: Perrys Accountants

Dalam sebuah tulisan yang bertema Harvard psychologist to parents: Do these 7 things if you want to raise kids with flexible, resilient brains. Hari ini saya mendapati dua istilah baru, yaitu gardener dan carpenter. 

Dua istilah ini memiliki makna yang mendalam jika ditinjau dari cara membesarkan anak. 

Berangkat dari bacaan tersebut, saya ingin membahas dua hal istilah ini secara gamblang agar para orangtua bisa memahami konsep mendidik anak dengan benar.

Apa kaitannya gardener dan carpenter dengan cara membesarkan anak?

Mungkin pertanyaan itulah yang pertama kali muncul saat membaca tulisan ini. Hal serupa juga menjadi pertanyaan saya saat membaca artikel dengan judul yang sebut di atas.

Mari kita bahas secara rinci di sini:

1. Gardener

Nah, seorang gardener jika merujuk ke kamus memiliki makna a person who tends and cultivates a garden as a pastime or for a living. 

Ringkasnya dalam bahasa kita lumrah disebut tukang kebun. Kalau merujuk ke definisi bahasa Inggris, maka maknanya adalah seorang yang tugasnya mengurus kebun baik secara mempersiapkan lahan dan menanam tanaman di atasnya sebagai bagian dari pekerjaan.

Adapun seorang gardener ketika mempersiapkan tanah, maka ia melakukannya agar tanaman bisa tumbuh dengan baik, terlepas dari jenis tanaman apa yang akan ditanam. 

Setelah tanaman dirawat maka tugasnya adalah menjaga tanaman tersebut agar bisa tumbuh dengan baik dengan cara menyiram dan memberi pupuk.

Lantas, apa kaitanya dengan orangtua? 

Jika kita melihat peran orangtua, maka ada sebagian dari mereka yang menjalani peran sebagai gardener saat membesarkan anak. 

Bagaimana maksudnya? Orangtua dengan tipe seorang gardener fokus membesarkan anak dengan mempersiapkan lingkungan yang baik ketimbang memaksa anak menjadi baik.

Ilustrasi orangtua menerapkan pola asuh gardener | Sumber: Perrys Accountants
Ilustrasi orangtua menerapkan pola asuh gardener | Sumber: Perrys Accountants

Begini maksudnya, tipe orangtua sebagai garderner memiliki peran menghadirkan lingkungan terbaik bagi anak. 

Mereka condong menfasilitasi media belajar untuk anak dan tidak memaksakan anak sesuai keinginan mereka. 

Dengan kata lain, peran orangtua adalah menyediakan hal yang bisa membantu anak menjadi seseorang dengan bakat mereka, bukan pilihan orangtua.

Jika seorang gardener mempersiapkan tanah untuk ditanam berbagai macam tanaman, nantinya mereka akan tahu jenis tanaman apa yang cocok ditanam dengan media tanam seperti apa. Termasuk jenis dan takaran pupuk yang dibutuhkan agar tanaman tersebut bisa tumbuh dan menghasilkan buah yang menyehatkan.

Bagi orangtua dengan tipe gardener mereka memakai lingkungan sebagai media belajar anak, untuk mengasah kemampuan dan belajar sesuatu yang nantinya akan menunjukkan bakat anak secara alami. Dengan cara ini orangtua akan mengetahui bakat alami anak sesuai minat yang akan dipilih anak.

2. Carpenter

Lalu apa bedanya dengan carpenter? Mari kita lihat terlebih dahulu makna carpenter is a person who makes and repairs wooden objects and structures. 

Di sini, kita memahami bahwa tugas seorang carpenter adalah membuat atau memperbaiki kayu sesuai dengan kriteria objek atau bentuk yang diinginkan. 

Perbedaan terbesar antara gardener dan carpenter terletak pada FOKUS. 

Bagi seorang gardener maka fokusnya ada pada mempersiapkan tanpa memaksakan, sedangkan carpenter membentuk dengan tujuan sesuai dengan keinginan.

Orangtua dengan tipe carpenter akan condong mengarahkan anak untuk mengikuti keinginannya. Anak tidak memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Bakat seorang anak tidak menjadi prioritas bagi tipe orangtua carpenter, melainkan keinginan orangtualah yang menjadi acuan.

Banyak orangtua dengan tipe ini tidak menjadikan lingkungan sebagai sarana menyeleksi bakat anak secara alami. Sebaliknya, orangtua kerap memaksakan kehendaknya untuk menjadikan lingkungan tertentu sebagai sarana belajar, misalnya orangtua mewajibkan anak untuk belajar di sekolah atau kampus yang sudah disiapkan. 

Anak yang besar dalam keluarga dengan pola carpenter harus siap ditempatkan di lingkungan mana saja dan melakukan apa yang diharapkan orangtua. 

Mereka sedikit memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Karena fokus orangtua berbeda dengan apa yang mereka inginkan, seringkali mereka berakhir di pekerjaan yang bukan kemauan mereka.

Orangtua tipe apakah Anda?

Dari kedua tipe yang saya sebutkan di atas, tentu para orangtua bisa melihat sisi positif dan negatif dari keduanya. 

Bagi orangtua yang paham tipe gardener memberikan dampak lebih baik kepada anak. Bagaimana dengan carpenter? Tentu membesarkan anak dengan tipe ini akan lebih cocok jika sesuai dengan minat anak.

Banyak sekali anak yang dibesarkan dalam lingkungan orangtua carpenter condong mengalami tekanan batin. Salah satu penyebabnya karena mereka merasa 'terpaksa' mengikuti keinginan orangtua dan menjalani profesi yang bukan minat mereka.

Sebagai pendidik, saya sering sekali mendapati mahasiswa/i yang masuk ke jurusan contohnya fakultas keguruan bukan karena kemauan mereka. 

Alasan klise yang sering mereka sebutkan karena ayah atau ibunya pingin mereka menjadi guru. Padahal saat saya mendalami lebih jauh, banyak dari mereka sebenarnya tidak ingin menjadi guru.

Bayangkan jika orang-orang seperti ini akhirnya menjadi guru, apakah mereka akan mengajar dengan tulus atau hanya sekedar saja? Atau contoh lainnya, mahasiswa/i kedokteran yang akhirnya menjadi dokter, padahal itu bukan keinginan mereka melainkan perpanjangan tangan keinginan orangtua.

Bagaimanakah nasib pasien yang akhirnya berada di bawah tangah mereka? 

Kita tidak mengetahui secara pasti, namun yang pastinya jika sebuah pekerjaan tidak dilandasi dengan sebuah passion, maka seseorang tidak akan melakukannya dengan hati, maka yang akan menjadi korban adalah orang lain.

Di sinilah orangtua perlu memahami bahwa memaksakan kehendak pribadi memiliki efek besar bukan hanya bagi anak, tapi juga orang banyak. 

Ada baiknya orangtua menjadi sebagai gardener yang menjadikan lingkungan sebagai media mencari bakat anak secara alami. 

Saat bakat anak sudah mulai tampak, maka tidak masalah jika orangtua ingin menjadi carpenter. Sama halnya seperti sebuah media tanam, tentu tidak semua tanaman bisa tumbuh di sana karena faktor tanah atau jenis tumbuhan yang tidak cocok berada di lingkungan tertentu. 

Bagi orangtua, membiarkan akan berada di lingkungan berbeda-beda adalah sebuah media seleksi minat anak dengan bijak. 

Peran orangtua adalah memandu anak untuk memilih pilihan yang tepat sesuai yang mereka inginkan. Pada tahap ini, orangtua perlu berada di samping untuk memberikan dukungan layaknya seorang gardener yang setia merawat tanaman dengan memberi pupuk agar tumbuh sehat.

 ***

Referensi Baca di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun