Sebagai orangtua kebanyakan kita menginginkan anak dengan kepribadian yang baik. Namun, tidak semua orangtua mampu membesarkan anak dengan kepribadian yang baik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sifat dan kepribadian seorang anak, dan salah satunya adalah bagaimana orangtua mendisiplinkan anak sedari kecil.
Disiplin layaknya sebuah pisau yang tajam. Jika dipergunakan dengan baik dan tepat maka akan memberikan manfaat. Namun, jika disalahgunakan akan membahayakan atau berefek buruk bagi orang banyak. Menerapkan disiplin pada anak tanpa dilandasi ilmu yang cukup akan menghasilkan anak dengan kepribadian yang buruk.
Tanpa ilmu yang baik dan cukup, mendisiplinkan anak bisa membuahkan anak dengan kepribadian pemarah. Terlebih jika disiplin dijalankan karena faktor 'mengekang' anak agar memiliki sifat yang diiginkan orangtua dengan standar dan penilaian orangtua. Seperti yang saya jelaskan diatas pada dasarnya disiplin itu sendiri baik namun bisa berakibat buruk jika tidak dibarengi pengetahuan yang cukup.
Nah, di tulisan kali ini saya akan coba mengupas tiga cara efektif mengajarkan kedisipinan pada anak. Untuk animasinya bisa dilihat (disini)
1. Modeling (Memberikan contoh)
Hal paling utama yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan contoh yang baik. Sesuatu yang dilihat akan lebih mudah diikuti ketimbang hanya didengar saja. Anak condong lebih cepat melakukan sesuatu yang mereka lihat lebih sering, terlebih contoh dari orangtua mereka sendiri. Inilah mengapa orangtua harus mengawali untuk melakukan hal-hal yang ingin mereka lihat dari anak-anaknya.Â
Katakanlah kita sebagai orangtua ingin menghasilkan anak yang rajin membaca, maka kita harus terlebih dahulu menunjukkan rutinitas membaca kepada anak-anak. Kemudian baru kita mengajak mereka perlahan untuk membaca. Jadi, bukan mengedepankan menyuruh namun mengawali dengan contoh. Ingat! apapaun yang kita ingin ada pada anak harus diawali dari kita sebagai orangtua. Parents should always the first to start!
2. Routines (pembiasaan)
Tahapan selanjutnya adalah membiasakan anak untuk melakukan aktifitas yang baik dan bermanfaat. Kenapa harus demikian? berdasarkan hasil penelitian dibidang neurology (ilmu otak), sesuatu yang dilakukan berulang kali akan membekas lama, terlebih dalam kasuk anak dibawah 7 tahun maka fase umur ini sangat bermanfaat untuk meninggalkan memori di pikiran bawah sadar mereka.Â
Inilah kenapa menjadi sebuah alasan kenapa anak yang dibesarkan dengan pembiasaan yang baik melalui contoh yang baik anak besar dengan kepribadian yang baik pula. Jadi, pada tahap pembiasaan orangtua perlu membiasakan anak untuk melakukan aktifitas secara konsisten.
Misalkan, anak harus dibiasakan bangun awal di waktu pagi, mandi, membersihkan rumah, membantu orangtua, dll. Ini semua menjadi modal dasar untuk membentuk kepribadian anak sehingga saat mereka tumbuh besar mereka sudah memiliki 'software' ini dalam tubuh mereka.Â
Bayangkan ketika anak dibiasakan tidur telat dan bangun tanpa jadwal, atau dibiasakan hidup dalam rumah tanpa tanggungjawab seperti membesarkan rumah, membantu orangtua, dan hal-hal dasar lainnya, apakah ketika besar mereka akan memiliki kepribadian yang baik? jawabannya tentu TIDAK. Bahkan, anak yang besar tanpa pembiasaan yang baik akan tumbuh melahirkan kepribadian yang egois. Maka orangtua perlu sedari awal membiasakan anak dengan kebiasaan yang mendidikan yang nanti menjadi nilai-nilai yang membentuk kepribadian mereka.
3. Consistecy (Konsisten)
Memberikan contoh dan membiasakan belum maksimal jika tidak dibarengi dengan menerapkan kedua secara konsisten. Contoh kecil dalam masyarakat kita, banyak sekali anak yang diajarkan untuk tidak buang sampah sembarangan tapi tidak diajarkan secara konsisten.Â
Artinya anak akan melakukan itu hanya di rumah, tapi ketika berada diluar rumah mereka membuang sampah dimana saja karena nilai ini tidak diajarkan dalam kontek pembiasaan secara konsisten dimana saja. Atau contoh lain, anak dibiasakan bangun lebih awal pada hari sekolah tapi dibiarkan bangun kesiangan pada hari libur. Ini akan mengakibatkan ketidaksempurnaan nilai yang kemudian menghasilkan kecacatan pada kepribadian anak saat dewasa.Â
Disisi lain, konsisten juga harus dilandaskan dengan tiga hal (Model, enforce, dan praise). Mudahnya dipahami, Orangtua harus lebih dulu memberikan contoh (model), kemudian menerapkannya pada anak (enforce) dan tidak lupa untuk memuji (praise) anak saat mereka berhasi secara konsisten melakukan hal-hal yang kita ajarkan.Â
Sebagai permisalan, saat kita ingin mendidik anak agar mau bangun tidur lebih awal, kita harus terus secara konsisten mendampinginya bangun lebih awal dan terus melakukan itu tanpa absen dan kemudian berikan anak pujian ketika mereka berhasil melakukannya dengan baik. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, ada kala orangtua bisa memberikan hadiah berupa jalan-jalan atau sesuatu yang bermanfaat bagi anak.
Jadi, sebagai orangtua kita harus mampu menggunakan 'pisau' yang tajam dengan baik. Jangan sampai kita menerapkan disiplin pada anak tapi tidak memberikan contoh yang baik sehingga anak tumbuh tanpa membawa nilai apapun dalam rumah. Disiplin akan membawa manfaat saat kita sebagai orangtua mampu menerapkannya dengan baik disertai dengan kemauan untuk memberikan contoh yang baik didalam rumah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H