Anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun memiliki keunikan tersendiri ketika mereka berkomunikasi dengan orang dewasa. kenapa bisa demikian? penting sekali bagi orang dewasa, terlebih orangtua untuk mengetahui cara anak berkomunikasi melalui ekspresi mereka.Â
Kadang bagi orang dewasa ketika anak menangis kita menganggap mereka sedang sakit, lapar, haus, atau marah, padahal anak menangis juga sebuah hal wajar untuk mengekspresikan perasaan mereka termasuk karena kesal atau dalam keadaan cemas.
Perlu bagi orangtua untuk memahami bahwa MARAH merupakan hal yang wajar dalam dunia anak. Bahkan, orang dewasa juga memiliki sifat MARAH namun cara melampiaskan saja yang sedikit berbeda.Â
Anak belum bisa mengontrol rasa marah karena mereka belum memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi sebagaimana orang dewasa.Â
Jadi, ketika berhadapan dengan anak, orangtua harus memposisikan diri sebagai seorang dewasa yang harus bersikap lebih lembut untuk merespon emosi anak saat MARAH.
Beberapa hal yang menyebabkan anak marah diantaranya:
- Anak dalam keadaan lelah
- Anak merasa terasingkan
- Anak merasa diabaikan
- Anak berusaha mengeluarkan emosinya
- Anak sedang cemas
- Anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan
- Anak tidak bisa mengutarakan apa yang mereka inginkan
- Anak merasa tidak nyaman
Nah, beberapa poin yang saya tulis diatas adalah sebagian besar penyebab anak marah. Tentu saja setiap anak memiliki cara berbeda untuk mengekspresikan rasa marah mereka.Â
Ada anak yang emosinya lebih stabil dan ada juga yang sangat cepat marah. Apa yang membuat anak memiliki tingkat emosi yang tidak stabil? salah satu jawabannya adalah ketiadaan orangtua saat anak membutuhkan kasih sayang. Â
Percaya atau tidak, emosi dalam diri anak sangat dipengarugi oleh keberadaan orangtua disamping mereka. Saat anak masih berumur dibawah 1 tahun, mereka sangat membutuhkan orangtua berada disamping, khusunya kehadiran ibu sebagai sumber kasih sayang utama.Â
Bahkan, ketika menyusui seorang ibu pada hakikatnya sedang memberikan kenyamanan bagi anak.Â
Jadi, menyusui bukan hanya sekedar aktifitas memberi makan anak tapi juga berperan sebagai transfer Kasih Sayang kepada anak.Â
Ada dua hormon penting, Oxytocin dan prolactin, yang diproduksi saat seorang ibu menyusui anak. Uniknya, kedua hormon ini berfungsi untuk membentuk ikatan batin secara emosional antara ibu dan anak (baca disini).
Bagaimana seharusnya orangtua bersikap saat anak marah?
Sebelum menanggapi emosi anak, orangtua perlu terlebih dahulu melakukan langkah berikut:
- Pahami alasan mengapa anak marah. cari tahu penyebab utama anak marah.
- Buat catatan kecil hal-hal yang menjadi penyebab anak marah
- Review catatan yang dibuat setiap minggu untuk memahami pola anak marah (kapan anak marah dan apa penyebab utama)
Setelah melakukan tiga langkah diatas, orangtua perlu bekerjasama untuk berusaha bersikap positif kepada anak. Ayah dan ibu harus memiliki visi yang sama dalam mendidik anak agar pola interaksi bersama anak tidak berbeda.
Perlu diingat bahwa cara anak mengekspresikan emosi mereka erat kaitannya dengan cara kita orangtua berinteraksi bersama anak. Simpelnya dipahami bahwa kita adalah Sebab dan emosi anak adalah Akibat. Â
Jika kita bersikap positif saat berinteraksi dengan anak setiap hari maka sudah barang tentu anak akan lebih stabil mengekspresikan emosi mereka.
Makanya saat kita melihat anak cepat marah dan condong tidak bisa mengatur emosi, maka coba perhatikan bagaimana cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak? lebih banyak positif atau negatif?
Honour our kids' feelings and accept and allow their anger
Oangtua sangat perlu menghargai anak dan membiarkan mereka melampiaskan kemarahan secara wajar. Yang dimaksud membiarkan adalah tidak bersikap emosi saat anak sedang marah. Saat anak marah itu adalah sebuah kewajaran dan bukan sebuah kesalahan.
Jadi, sebagai orangtua kita perlu memberikan kenyamanan kepadan anak dan menghindari mengancam anak saat mereka marah. Tentu menanggapi anak saat mereka marah membutuhkan kesabaran untuk benar-benar bersikap positif.
Dalam masyarakat dengan budaya timur, umumnya kita sering melihat orangtua yang menakuti anak saat mereka marah. Kita berharap anak akan diam dan berhenti marah.
Cara ini bukan hanya salah namun juga berakibat buruk bagi anak sat besar. Salah satu akibat buruk bagi mereka adalah ketidakmampuan mengomtrol emosi mereka dengan baik saat dewasa.
Jika anak sering diberi respon negatif dengan cara menakuti saat mereka marah maka kemampuan mengontrol emosi mereka akan terganggu.
Sebagai contoh kecil, saat anak marah banyak orangtua yang sekedar berkata "nanti kalau nangis lagi ayah gak kasih uang jajan", "kalau gak diam ibu panggil hantu" atau "kalau nangis terus ayah kurung dikamar mandi" dan beberapa ucapan lainnya.
Cara-cara seperti ini akan menyebabkan anak belajar pola yang salah untuk mengontrol emosi mereka. Bagi sebagian orangtua mereka menganggap cara diatas sangat manjur untuk mendiamkan anak nangis atau marah. Tapi mereka tidak memahami bahwa ini malah menjadikan anak penakut.
Lantas, Apa yang seharusnya orangtua lakukan saat anak menangis atau marah?
Kembali kepada poin yang saya sebutkan diatas. Orangtua harus terlebih dahulu memahami sebab anak marah atau menangis. Apakah karena keinginan mereka tida terpenuhi atau ada hal-hal yang menyebabkan mereka menangis seperti tidak nyaman atau merasa cemas dan kesepian.
Hal-hal kecil seperti ini sangat membantu orangtua untul lebih jeli memahami anak dengan baik. Jadi, kita tidak langsung bertindak saat anak marah, namun terlebih dahulu mengetahui penyebab mereka marah.Â
Ajari Anak Alasan kenapa mereka tidak boleh melakukan sesuatu daripada sekedar melarang mereka melakukan sesuatu
Tidak sedikit orangtua yang hanya melarang anak untuk melakukan sesuatu tanpa memberikan alasan kenapa mereka tidak boleh melakukannya. Ini menjadi penyebab utama ketidakmampuan anak mengontrol emosi mereka.
Sebagamaina yang pernah saya bahas di artikel sebelumnya (baca disini), anak yang masih beruur 1-6 tahun masih berada di fase BELAJAR. Fungsi orangtua adalah mengajarkan anak apa yang BAIK dan memberitahu kepada mereka apa yang BURUK.
Sangat penting bagi anak untuk mengetahui alasan kenapa mereka boleh melakukan sesuatu atau tidak, sehingga merka mampu mengaitkan sebab dan akibat.
Misalkan saat anak bermain ditempat kotor atau meletakkan sesuatu yang kotor kedalam makanan, pada hakikatnya mereka belum mengetahui perbedaan bersih dan kotor.Â
Maka yang seharusnya dilakukan orangtua adalah bersikap tenang dan biarkan anak bereksplorasi. Disatu sisi itu adalah cara mereka belajar memahami benda konkrit dan abstrak.Â
Peran orangtua adalah berada disisi anak dan menunjukkan cara yang benar dengan mengajarkan anak makna KOTOR dan BERSIH. Melarang anak bermain juga mengakibatkan mereka merasa tidak nyaman sehingga ini juga akan memicu marah secara emosional.Â
Cukup dampingi mereka dan biarkan mereka bermain sejenak dan kemudian ajar mereka membersihkan tangan dengan cara menyuci tangan mereka dengan air dan sisipkan pesan singkat secara verbal. Jangan bersikap memarahi saat mengajarkan anak.
Anak adalah pendeteksi emosi yang handal
Jangan sekali-kali merespon anak dengan sifat marah. Walau hanya sekedar menaikkan nada berbicara atau memperlihatkan mimik wajah yang negatif. Anak sangat mudah mendeteksi emosi orangtuanya.
Apapun yang dilakukan anak responlah dengan cara positif dan tenang. Ingat selalu bahwa anak sedang belajar dan kita sebagai orangtua adalah guru mereka.
Kemampuan kita mengontrol emosi saat berinteraksi dengan anak sangat penting untuk menjadikan mereka individu yang pandai mengatur emosi. Pelajari karakter anak dengan baik agar kita bisa berinteraksi dengan benar bersama anak.Â
Remember! Selalu hadirkan emosi positif saat berada disamping anak.Â
Referensi:
1. Why kids get angry
2. Dealing with anger and children
3. Ways To Control Anger Over Your Child -- Anger Management Techniques
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H