Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Emosi Negatif Berdampak Buruk bagi Masa Depan Anak

27 Desember 2019   08:54 Diperbarui: 6 Januari 2023   16:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada anak yang tidak bisa mengatur emosinya sehingga gampang marah sehingga tak bisa mengontrol perilaku. Ini semua berawal dari gagalnya ibu menjaga emosi saat hamil. 

Percaya atau tidak, otak manusia memiliki kemampuan luar biasa. Uniknya, perkembangan otak terjadi sangat pesat dimulai saat janin berkembang didalam kandungan. Emosi positif ibu memiliki dampak positif bagi perkembangan otak anak. Artinya, seorang ibu yang memiliki perasaan senang, tenang, dan nyaman akan melahirkan karakter anak yang sama begitujuga sebaliknya. 

Anak yang masih berada dalam kandungan memiliki kemampuan menyerap energi positif dari ibunya. Jadi, jangan pernah menganggap remeh perasaan ibu saat hamil. Disini awal mula terbentuknya karakter anak. Jika calon ibu memahami ini, maka mereka bisa berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan generasi yang baik. 

Energi negatif hadir dari emosi negatif. Saat ibu membawa muatan emosi negatif dalam hidup, maka anak akan menyerap emosi ini menjadi energi negatif. Anak yang bermasalah selalu diawali dari orangtua yang bermasalah. Orangtua merupakan cermin bagi anak. Jaga kebersihan cermin agar bayangan yang dihasilkan sempurna. 

Ayah dan ibu, masing-masing memiliki peran penting dalam rumah tangga. Keduanya tidak bisa berfungsi secara terpisah karena mereka adalah satu. Sebuah sepeda akan berfungsi sempurna saat kedua rodanya be kerjasama. Jika satu roda fungsinya hilang maka keberadaan roda lainnya tidak akan bermakna. Begitupula sebuah keluarga, peran ayah dan ibu haruslah berjalan seiringan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun