Sampai suatu hari bang Zaki mendapati ada yang aneh di tubuhnya. Kaki kirinya tidak bisa ia gerakkan. Istrinya panik dan langsung mengabari ibunya yang sedang beristirahat. Tak menunggu lama, bang Zaki tiba di rumah sakit dan menjalani pemeriksaan di ruang saraf.Â
Pintu runag konsultasi terbuka dan dokter memanggil keluarganya. Sang ibu tanpa diminta segera masuk dan mendengar penjelasan dokter. "buk, hasil pemeriksaan dari lab menunjukkan ada masalah saraf di bagian otak anak ibu, sehingga kakinya lumpuh" lanjut dokter.Â
Bang Zaki yang sedang berbaring terlihat santai sambil tersenyum berucap"jangan khawatir, mak! Zaki baik2 saja". Tak ada kekhawatiran sedikitpun saat mendengar penjelasan dokter bahwa ia mengalami kelumpuhan. Bahkan, paras wajahnya seperti orang yang baru menerima berita bahagia.Â
Dokter lantas memanggil anak dan istri bang Zaki kedalam dan kembali menjelaskan apa yang terjadi. Sesaat mendengar penjelasan dokter, Zaskia, istri bang Zaki seakan tak menerima. Mukanya terlihat syok dan tak berkata apapun. Anak bang Zaki yang masih kecil belom mengerti apa yang sedang terjadi.Â
Karena tak lagi dapat berjalan, bang Zaki terpaksa harus melepaskan pekerjaannya dan mengambil pensiun dini. Walau tak lagi mampu bergerak bebas, shalat lima waktu tetap ia jalankan seperti biasanya. Sesekali ia berjalan ke Mesjid dengan bantuan tongkat demi shalat berjama'ah.Â
Istri bang Zaki tak lagi seperti biasa, raut wajahnya seperti orang dirudung musibah. Sikapnya pada bang Zaki tak lagi mesra. Kadang ia membantu, kadang ia mengurung diri didalam kamar seakan tak menerima keadaan. Bang Zaki tak pernah marah, sifatnya yang ramah tak pernah berubah. Ia tak mau merepotkan siapapun dengan keadaan kakinya yang lumpuh.Â
Tahun berganti dan keadaan bang Zaki tak kunjung membaik. Zaskia sudah bekerja disebuah perusahaan dan kini sering berada diluar rumah. Saat pulang kerumah istri bang Zaki tak lagi seperti biasa. Zaskia lebih banyak diam dan hanya membantu suaminya sesekali saja. Sikapnya berubah total semenjak bekerja diperusahaan bonafit. Gajinya lumayan besar, namun ia jarang berbagi kepada bang Zaki.Â
Mendapati istrinya yang berubah, bang Zaki tetap memuliakan istrinya selayak saat sehat. Uang pensiunannya tetap ia berikan kepada Zaskia tanpa ia kurangi sedikitpun. Sisanya selalu bang Zaki serahkan ke ibunya untuk keperluan harian dirumah. Seringkali sang ibu menolak tapi bang Zaki selalu memaksa ibunya untuk menyimpan uang yang ia berikan.Â
Suatu ketika sesudah shalat magrib, bang Zaki mendapati tubuhnya sedikit dingin. Lantas ia berujar kepada sang istri, "adik, tolong ambilkan baju shalat ab dan sarung di kamar". Padahal bang Zaki saat itu sudah berpakaian rapi untuk shalat magrib. Permintaannya terasa aneh dan tak masuk akal.Â
Walau demikian, Zaskia tetap mengambil baju dan sarung sesuai permintaan suaminya. Bang Zaki kemudian menuju kamar ibunya dan meminta sang ibu untuk shalat isya bersamanya.Â
Selesai mengambil wudhu', bang Zaki segera mengganti sarung dan bajunya yang ia minta kepada Zaskia, istrinya. Bang Zaki lalu meluruskan sajadah di ruang shalat, dan ibunya tepat berada dibelakang. Anaknya tanpa diminta sudah berpakaian rapi ingin shalat bersama ayah.Â