Tidak hanya itu, orangtua juga perlu mengajari anak tentang cara menyisihkan uang dengan perencanaan dan target yang jelas. Misalkan mereka bisa menyisihkan sehari 2000 dari jatah jajan harian maka selama sebulan akan terkumpul 40.000.Â
Jika anak ingin membeli sesuatu maka ia bisa dari awal menargetkan berapa uang yang harus disimpan setiap hari dan berapa yang seharusnya dipakai untuk jajan.Â
Disisi lain orangtua perlu memberi contoh saat menggunakan uang. Jika orangtua bepergian dan berhenti di rumah makan bersama anak, maka beritahu anak berapa yang mereka habiskan sekali makan. Atau saat berbelanja mingguan untuk keperluan sehari-hari ajalah anak untuk duduk bersama agar mereka juga mengetahui berapa uang yang dihabiskan orangtua untuk keperluan harian.Â
Banyak sekali manfaat yang didapat anak jika orangtua mau melibatkan anak dalam hal manajemen uang. Saat anak tahu pengeluaran orangtua mereka akan lebih berpikir saat menggunakan uang. Sebaliknya, jika orangtua bersikap acuh tak acuh untuk melibatkan anak dalam hal uang, akhirnya anak tak pernah belajar cara menggunakan uang.Â
Ilmu manajemen uang akan sangat berguna saat anak beranjak dewasa. Selain mengajarkan mereka cara bijak mengatur uang, anak akan secara perlahan belajar untuk menghargai jerih payah orangtua. Jadi, saat dewasa mereka tidak selalu mengandalkan orangtua jika memiliki keinginan. Mereka akan berusaha untuk mencari uang dan tentunya mengatur pengeluaran dengan bijak. Orangtua tidak lagi merasa terbeban untuk terus memberikan uang kepada anak dengan jumlah tak menentu.Â
Pernah suatu ketika saya berdiskusi dengan pakar keuangan asal Amerika tentang pola manajemen uang keluarga di Indonesia. Kebetulan dia sudah sering menjadi trainer manajemen uang di berbagai tempat di Indonesia.Â
Satu hal yang ia pelajari bahwa mayoritas orangtua di Indonesia memberikan uang jajan kepada anak tanpa bekal ilmu. Anak terbiasa mendapatkan uang jajan setiap hari tanpa batas. Orangtua layaknya  mesin ATM bagi anak. Saat anak perlu uang mereka tinggal merengek2 dan orangtua akan segera memberikan uang tanpa pikir panjang.Â
Sayangnya pola seperti ini malah banyak terjadi di keluarga menengah kebawah. Banyak orangtua yang tak mau ambil pusing, yang penting anak ke sekolah, les atau bermain. Anak dibiarkan terbiasa menerima uang sebagai "syarat" untuk ke sekolah atau lainnya. Peran ayah sebagai kepala keluarga yang seharusnya menanamkan manajemen uang seakan membisu. Ayah seringkali lengah saat memberikan uang kepada anak, sehingga tak ada pesan yang melekat pada anak.Â
Di kala besar anak yang terbiasa menerima jajan tanpa pesan akan mudah marah saat orangtua tidak ada uang. Pada akhirnya orangtua akan kewalahan untuk terus menuruti kemauan anak sementara ekonomi keluarga juga tidak stabil. Padahal jika anak mulai dibiasakan untuk terlibat dalam hal manajemen uang dalam keluarga mereka akan memahami cara memakai uang dengan bijak.Â
Hal-hal kecil yang dianggap remeh sebenarnya punya peran penting untuk membentuk karakter anak. Kita sebagai orangtua perlu memahami bahwa anak melihat, mempelajari, dan menerapkan. Jika mereka terbiasa melihat orangtua yang boros maka bisa dibayangkan apakah mereka akan menjadi konsumen uang yang bijak?Â
Ajak anak untuk berbelanja bersama. Sekali-kali berikan uang kepadanya dan biarkan ia membayar. Saat tiba dirumah ajak mereka diskusi tentang berapa banyak uang yang baru saja dihabiskan.Â