Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Jangan Manjakan Anak jika Ingin Mereka Sukses

13 September 2019   12:11 Diperbarui: 6 Januari 2023   21:18 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa sayang Orangtua kepada anak terkadang menjadi racun yang berbisa 

Anak membutuhkan kasih sayang dari orangtua untuk bisa tumbuh secara normal. Namun kasih sayang yang diberikan berlebihan bisa berubah menjadi racun berbisa yang mematikan bagi anak kelak ketika mereka dewasa. 

Saya sering sekali melihat orangtua yang memberikan kasih sayang kepada anak secara salah atau condong mengarah ke negatif. Sebagai contoh banyak orangtua yang memberikan apa saja kepada anak saat mereka masih kecil sebagai ungkapan rasa "sayang". 

Saya memberikan kata kuti pada kata sayang karena kebanyakan salah memaknai kata tersebut, sehingga banyak sekali anak yang tumbuh dewasa menjadi anak manja dan tidak menghormati orangtua. 

Memberikan kasih sayang kepada anak adalah hal yang wajar dan sangat penting. Tapi perlu dipahami bahwa jika kasih sayang dicurahkan dengan cara yang salah, maka akan menghasilkan anak yang bermasalah. 

Sebenarnya tidak ada yang namanya anak yang bermasalah, melainkan semua dimulai dari gaya asuh yang salah karena ketiadaan ilmu "parenting" pada kebanyakan orangtua.

Anak yang masih berumur 1-3 tahun memiliki masa perkembangan sangat aktif, khususnya pada bagian otak. Masa tiga tahun ini seorang anak butuh kasih sayang yang datang dari kedua orangtua. 

Kasih sayang ibu bisa datang dari kontak fisik yaitu pemberian ASI secara langsung kepada bayi. Sementara kasih sayang ayah bisa berupa komunikasi dan interaksi intens bersama bayi setiap hari. 

Bahkan penelitian terbaru dari dua kampus ternama di Inggris membuktikan bahwa pola interaksi orangtua kepada anak memiliki peran penting membentuk kepribadian anak. Artinya, semakin sering kedua orangtua berinteraksi dengan anak semakin baik bagi perkembangan otak anak. 

Banyak orangtua, terlebih yang baru menikah dan memiliki anak pertama, memiliki pola pikir atau "mindset" yang salah tentang perkembangan anak. Tak heran jika banyak orangtua yang menjadi anak sebagai objek penelitian. Khususnya bagi orangtua yang punya penghasilan bagus, mereka condong membelikan anak berbagai macam mainan saat anak masih kecil. Tidak sedikit yang bertujuan agar anak bisa lalai dengan mainan, bukan sebagai media belajar. Sama halnya seperti hadirnya "smartphone" yang menjadi mainan baru untuk "melalaikan" anak. 

Kenapa Anak Menjadi Manja? 

Anak yang dibesarkan dengan fasilitas serba ada akan tumbuh menjadi pribadi yang pasif. Semua dimulai dari pola asuh yang salah. Sebagaimana saya sebutkan di atas.

Saat orangtua memberikan kasih sayang dengan cara salah, maka sebenarnya orangtua sedang memberikan racun kepada anak. Racun yang bersifat mematikan secara perlahan namun pasti. 

Anak saat kecil sangat bergantung pada indra penglihatan. Maknanya anak akan selalu menjadi "observer". Mereka akan selalu mengamati apa saja yang dilihat baik itu dari orangtua atau orang sekitar mereka.

Jika orangtua suka marah-marah dan sering mengeluarkan ucapan kotor, maka dia juga akan mewarisi sifat yang sama. Jika yang mereka lihat contoh yang baik dari kedua orangtua maka mereka juga akan mewarisi perilaku yang sopan. 

Ingat! Buah tak pernah jatuh jauh dari pohon. Ini peribahasa yang tepat untuk menggambarkan keterkaitan orangtua dan anak. Indra penglihatan anak sangat tajam, mereka anak merekam apa saja dan menyimpan diotak bawah sadar. 

Kenapa Anak Sulit Mendengar? 

Saat anak masih di bawah 7 tahun, mereka lebih mengandalkan penglihatan ketimbang pendengaran. Filter untuk membedakan baik dan buruk belum berfungsi pada fase ini. 

Ringkasnya, apapun yang mereka lihat akan mereka tiru. INGAT! APAPUN. jadi, baik dan buruk itu diajarkan melalui CONTOH bukan melalui kata-kata. Jangan mengharapkan anak akan mendengar Anda jika contoh yang Anda tunjukkan sebagai orangtua berbanding terbalik dengan ucapan yang Anda keluarkan. 

Ada orangtua yang berkata kepada anak "kenapa bangun telat sekali, ini kan uda siang". Sementara mereka bangun kesiangan setiap hari. Bagaimana mungkin anak akan mendengar sesuatu yang tidak sejalur dengan apa yang mereka lihat? 

Atau di banyak kesempatan saya sering mendengar orangtua yang berkata "cepat salat sudah azan", sementara mereka sendiri salat bukan diwaktunya. 

Perlu dipahami bahwa anak dibawah tujuh tahun PERLU melihat contoh yang baik sebelum mereka mendengar. Jadi, berikan dulu contoh baru kemudian arahkan mereka dengan verbal. Jangan dilakukan secafa terbalik. Ini yang saya maksud pola asuh yang salah membentuk anak yang bermasalah. 

Pernah di suatu kesempatan saya menjumpai orangtua yang berkata kepada anak "kamu itu saya tidak bisa, apa juga sekolah". Ucapan seperti ini memberikan efek buruk bagi anak ketika dewasa. Seharusnya orangtua berperan sebagai "role model" yang memberikan contoh baik. Baik secara ucapan atau perilaku. 

Kalaupun seandainya kita tidak mampu membantu anak untuk menyelesaikan tugas, maka setidaknya kita perlu mengarahkannya dengan baik. Misalkan katakan "ayo coba kita kerjakan bersama, nanti kalau tidak bisa ayah minta bantu ibu". Jadi, anak akan. Memahami bahwa segala sesuatu tidak selamanya bisa diselesaikan sendiri dan terkadang butuh kerja sama. 

Saya melihat banyak orangtua yang merasa malu jika tidak bisa menjawab pertanyaan anak. Sehingga mereka akan mudah sekali mengeluarkan perkataan-perkataan yang boleh dikatakan "merendahkan" anak. 

Akhirnya anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri rendah. Belum lagi ada orangtua yang membeda-bedakan kemampuan anak dengan saudara kandungnya atau tetangga atau dengan teman lainnya.

Perkataan seperti "coba lihat anak tetangga orangnya pandai, kok kamu itu aja ga bisa" atau "kakak kamu rajin kok kamu malas amat". Ucapan seperti ini akan berefek besar pada anak. 

Kebanyakan mereka yang masa kecilnya kerap mr dengar ucapan seperti ini akan mengalami kesulitan belajar dan rasa percaya diri akan menurun drastis. 

Efek jangka panjang akan berpengaruh saat mereka bekerja dalam tim, mereka akan minder dan condong mudah menyerah. Banyak penelitian yang membahas tentang efek ucapan saat kecil yang berpengaruh saat anak tumbuh dewasa. Bahkan karir atau kesuksesan anak bisa diprediksi dari pola asuh saat kecil. Jadi, berhati-hatilah saat berinteraksi dengan anak. Jaga ucapan sebaik mungkin. 

Libatkan Anak dalam Rutinitas Rumah

Pola asuh yang memanjakan anak kerap menjadi masalah saat anak besar. Banyak orangtua yang begitu "sayang" kepada anak sehingga apapun pekerjaan rumah tak pernah melibatkan anak. 

Anak dijadikan layak seorang "raja". Semua disediakan, dari sarapan sampai semua pekerjaan rumah dilakukan sang ibu. Hal ini membuat anak begitu tergantung pada orangtua. Saat orangtua tidak menfasilitasi keinginannya, maka anak akan mengamuk dan condong berperilaku tidak sopan. 

Anak perlu diajak membantu dalam rutinitas rumah. Ajari anak membantu ibu menyuci piring sejak kecil. Libatkan Anak ketika membersihkan rumah. 

Jika orangtua sayang kepada anak maka ajari mereka membantu orangtua sejak kecil. Saat anak berumur 2 tahun mereka sudah mulai aktif untuk diajak terlibat dalam hal-hal kecil seperti membersihkan rumah. 

Ajari mereka membereskan mainan mereka sendiri dengan cara memberikan contoh dahulu. Bukan bersrti mereka harus mengambil sapu dan menyapu sendiri. Tapi perlihatkan kepada mereka dan ajak mereka untuk mencoba. 

Banyak anak yang sedari kecil dimanjakan dari makanan hingga baju dicucikan. Saat besar orangtua malah kewalahan karena anak tidak mampu mengerjakan hal-hal kecil. Akhirnya banyak orangtua yang menjadi "babu" untuk anaknya karena saat kecil anak selalu dimanjakan. 

Secara tak sadar sebenarnya orangtua sedang membesarkan anak yang bermasalah. Jika anak terus menerus dimanjakan sampai dewasa dengan berbagai fasilitas atau servis, maka saat besar mereka memiliki kepribadian yang egois. 

Parahnya saat mereka mencari kerja kebanyakan anak yang semua keinginannya dituruti saat kecil akan mencari pekerjaan yang relatif aman. 

Umumnya anak seperti ini akan mudah menyerah, tidak berani mengambil resiko dan condong memiliki sifat egois habg hanya memikirkan diri sendiri. Jika mereka menjadi pemimpin bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. 

bagaimana menurut Anda? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun