[caption caption="Doc pribadi"][/caption]
Sebagai provinsi paling barat, Aceh memiliki karakteristik tersendiri dengan adat dan budaya yang unik. Terlebih di bulan ramadhan suasananya terlihat begitu berbeda dengan hari-hari biasa. Pedagang musiman terlihat berjualan hampir di setiap sudut jalan menjajakan berbagai jenis panganan berbuka. Kelapa muda dan air tebu menjadi favorit pembeli sebagai minuman berbuka.Â
Berbagai menu berbuka lain pun tak kalah berjejer menghiasi perempatan jalan. Baik makanan khas Aceh seperti kari kambing, mie Aceh, Â gado-gado, dan kue lainnya tersusun rapi di rak penjual. Bulan ramadhan menjadi bulan penuh berkah bagi para penjual minuman, makanan, buah dan sayuran. Anak-anak muda pun banyak yang berekreasi membuat penganan berbuka seperti es buah, sop buah, es campur dan jenis minuman lainnya. Dari sisi ekonomi perputaran uang Beegerak lebih cepat dibanding bulan lainnya.Â
[caption caption="Suasana sore"]
Suasana malam disaat pelaksana Tarawih juga menjadi sebuah pengalaman spiritual tersendiri. Mesjid-mesjid penuh sesak dengan jamaah dari berbagai daerah. Walau mesjid Raya Baiturrahman, mesjid termegah di Aceh sedang di rehab besar-besaran. Jumlah jamaah tak berkurang dibanding tahun lalu. Begitu pula mesjid lainnya juga masih dipenuhi jamaah shalat Tarawih. Sejak tsunami 2004, jumlah penduduk di Aceh terus bertambah. Terlebih di kawasan kota Banda Aceh jumlah bangunan pertokoan bertambah signifikan dengan pertumbuhan warung kopi yang cukup drastis membuat suasana kota cukup padat.Â
[caption caption="Suasana dalam mesjid Baiturrahman "]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H