Mohon tunggu...
Masyitha Salsabila
Masyitha Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Law Student

Passionate in international law, superhero movies, and soul music.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Superhero Juga Manusia

16 Agustus 2021   20:53 Diperbarui: 23 Agustus 2021   19:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                       (sumber foto: https://ew.com/tv/every-marvel-tv-show-disney-plus/)

Sebagai salah satu anak yang sering dipanggil geeks atau "kutubuku" dalam hal seputar pahlawan super, sudah lebih dua dekade saya habiskan waktu saya berjam-jam menatap layar menonton series superhero-superhero yang ada. Tanpa mengkotak-kotakan diri sebagai #teammarvel atau #teamdc saya tetap menikmati kedua karya yang mereka suguhkan. 

Sejak awal tahun Marvel sudah mengeluarkan series WandaVision di platform Disney+, bercerita tentang kehidupan Wanda Maximoff yang mengalami depresi akibat ditinggal kekasihnya Vision. 

Sebelumnya, saya bukan termasuk penikmat series Marvel. Saya lebih menyukai cerita superhero-superhero yang diangkat oleh DC, yang bekerja sama dengan CW. Mulai dari The Arrow, The Flash, Legends of Tomorrow, hingga Supergirl tidak pernah absen saya ikuti tiap episodenya. 

Berbeda dengan series-series DC yang telah lebih dahulu terkenal dikalangan geeks dengan seasonnya yang tidak habis-habis, nampaknya Marvel berusaha mengejar ketertinggalan tersebut. Sebab, bagi saya mungkin Marvel menang dari segi Film layar lebar dengan franchise Avengersnya, tapi untuk segi Film serial DC tetap lebih unggul. 

Hal ini, terlepas Marvel juga sudah lebih dulu punya series seperti Agents of Shield, Inhumans, dan Daredevil namun DC tetap memperoleh rating lebih besar untuk series-seriesnya.

Saya sangat menikmati tiap detik dalam sembilan episode Wandavision. Dikemas dengan tajuk sitcom yang berlatar dari tahun 50'an hingga masa sekarang, series WandaVision benar-benar menjadi pembuka yang sangat segar untuk mengawali Marvel series di Disney+. Series ini sungguh dikemas dengan cantik, mulai dari intro pembuka yang selalu berbeda, musik dan pakaian yang dikenakan para pemain membuat kita ikut merasakan hidup di tahun 50'an-80'an. 

Belum lagi membicarakan acting Elizabeth Olsen yang tidak perlu dipertanyakan, dan yang paling menarik adalah dari segi cinematoghraphy-nya. Masuk ke episode 5 yang ada di benak saya ialah "this series deserves to be in theatre" ya, film ini sangat layak untuk ditampilkan di bioskop. 

Terlepas dari semua itu, Marvel dapat menyusul ketertinggalannya terhadap DC dalam hal ketenaran seriesnya sebab universe yang diceritakan dalam series-seriesnya merupakan semesta/bumi yang sama dengan yang ada di film layar lebarnya, atau yang sering disebut Marvel Cinematic Universe (MCU). 

Hal ini tentunya berbeda dengan semesta DC yang berbeda antara movie dan seriesnya... seandainya saja DCEU (DC Extended Universe) bisa selaras. Dari segi cerita, kita dapat banyak belajar dari series WandaVision tentang how to cope with grief atau cara mengatasi masa duka. Wanda yang saking depresinya ditinggal Vision hingga "membuat" dunianya sendiri, mengingatkan kita akan esensi let go dan move on. What is grief, if not love persevering?

Selang satu bulan, nampaknya tim Marvel tidak ingin membuat para penontonnya beranjak kemana-mana.

Kita langsung disuguhkan dengan series The Falcon and The Winter Soldier (TFATWS). Sejauh ini, entah kenapa series TFATWS yang paling melekat di hati akan ceritanya. Mungkin karena adegan-adegan #bromance yang disuguhkan, belum lagi terkait isu-isu sosial di Amerika yang hingga kini masih hangat diperbicarakan yakni tentang isu ras. 

Walaupun hanya enam episode, series ini benar-benar padat namun penuh. Kegalauan sam untuk menjadi the first black captain america hingga kelompok antagonis yang dilawan sejatinya memiliki idealisme yang baik pada awalnya, menunjukkan bahwa Superhero juga manusia loh! 

Wanda yang mengalami depresi, Sam yang mengalami insecurity, hingga Bucky yang juga mengalami PTSD (Posttraumatic Stress Disorder). Menunjukkan sisi kemanusiaan para pahlawan super yang selama ini digambarkan bagaikan dewa dan tidak memiliki kekurangan. Dari sini nilai plus lagi untuk Series Marvel Disney+.

Terakhir, series Loki. Kalau sebelumnya kedua series masih menceritakan hal-hal ringan dan jauh dari unsur dewa ala Marvel. Di series Loki kita dipaksa untuk berfikir keras untuk memahami tiap episodenya sebab menyangkut unsur time travel/perjalanan waktu. Saya sampai harus menonton berkali-kali dan menonton episode explanationnya dari Youtube untuk mendapat penafsiran yang benar. 

Walaupun Loki terkenal sebagai God of Mischief, tetapi tetap saja ada sisi kemanusiaan yang ditonjolkan dari series ini. Tentang bagaimana alasan sesungguhnya mengapa Loki ingin memimpin Asgard, hingga rasa iri dengan abang tirinya Thor yang selalu di anak emaskan. 

Series ini juga menceritakan banyak tentang isu kepercayaan yang membuat para Loki memiliki sifat "pengkhianat". Dari ketiga series, hanya series loki yang berisi enam episode dan sudah dipastikan ada lanjutan season duanya. 

Ketiga series sangat menarik, sebab kembali lagi dikarenakan MCU dalam series dan movie merupakan semesta yang sama, maka series-series tersebut merupakan pengantar untuk film-film layar lebar yang selanjutnya Marvel akan release. Saya tidak akan memberikan rating pada tiap series, karena bagi saya tidak ada karya yang pantas dinilai baik/buruk oleh orang lain, sebab seni ialah masalah preferensi masing-masing orang.

Jadi, bagi kalian yang masih bingung PPKM harus ngapain lagi, lantaran semua drakor sudah ditonton, mungkin bisa dicoba untuk berlangganan Disney+ agar bisa menikmati series-series di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun