Mohon tunggu...
Masyitha Salsabila
Masyitha Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Law Student

Passionate in international law, superhero movies, and soul music.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Sudut Kota Jakarta

19 April 2020   19:32 Diperbarui: 20 April 2020   04:18 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alangkah lucunya persahabatanku dengan lelaki kurus berkumis tipis yang bertempat tinggal di sudut kota Jakarta, Karet. Parman namanya, tiga tahun masa-masa indah ku di SMAN 32 Jakarta ini ku habiskan bersamanya, tak lewat seharipun kisah lucu tanpa dirinya. Sampai di suatu siang pada saat pulang sekolah, seperti biasa Parman pulang bersamaku karena jarak rumah kami sangat dekat.

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan waktu pulang seluruh siswa SMAN 32 Jakarta. “Man, seperti biasa bareng yak.” “Iya, selau aja Har.” “Eh tapi lewat DosQ bae yak. Males gua muter-muter” “Iya, gua ngikut bae udah.” Langkah demi langkah ku hentakkan kaki ini bersama karibku Parman.

Tiba-tiba sekelompok pelajar mengenakan seragam SMK Muhammadiyah 8 mengahalang perjalanan kami "Hey! Ini nih ada anak 32 yang tadi, udah abisin lagi aja!" Kami pun seketika terkejut dan aku yang berada di belakang Parman memutar balikkan tubuh ku dan langsung berlari sekencang tenaga menjauhi kelompok tersebut tanpa memikirkan karibku.

Keesekoan harinya dikelas tak ku lihat sesosok lelaki kurus berkumis tipis yang biasa duduk di samping bangku ku "Jo! Parman mana? Dia ga masuk?" Tanya ku pada Paijo sepupu Parman yang juga menuntut ilmu di Sparatiz (sebutan SMAN 32 Jakarta di kalangan pelajar) "Dia kemaren keciduk  warga gara-gara bentrok sama anak DosQ" (sebutan SMK Muhammadiyah 8 Jakarta) Dalam hati aku merasa bersalah karena meninggalkan sobat karibku "Loh? Kok bisa? Emang dia ngapain?"

Nampaknya Paijo tak mengetahui bahwa aku tadinya berada di tkp "Iya jadi tuh kemaren DosQ kalah bola sama Sparatiz, dikiranya Parman ikutan maen terus abis dha ama bocah DosQ eh ada warga yang  lapor ke polisi abis itu keciduk dha tu bocah. Tau-tau bapaknya dapet telpon bae dari polisi". Mendengar cerita Paijo makin berat rasa bersalah di hati ini "Oh gitu Jo, yaudah dha nanti pulang gua tengokkin tu bocah" Pulang sekolah kan ku jenguk dia sekaligus membawa bakso bang Mamat kesukaan kami sebagai permohonan maaf kejadian kemarin.

Sesampai ku di rumah Parman ku lihat wajah lelaki kurus itu sudah hancur lebur layaknya bubur yang telah di aduk-aduk "Oy Man! Gimana kabarmu? Makin ganteng aja itu muka? Nih ku bawakan bakso bang Mamat kesukaanmu, gapake daun bawang kan?" "Ganteng... ganteng... memang teman benar kamu Har! Kabur ga ngajak-ngajak, aku nengok kebelakang udah jauh lari kau. Sahabat macam apa kamu?"  "Aduh maap banget Man, ga maksud apa-apa nih. Tapi kaki ku lari sendiri menjauhi anak DosQ. Yaudah nih makan dulu bakso bang Mamatnya mumpung masih anget" "Iya makasih Har kamu memang tau banget apa yang aku butuhin" "Jadi udah sembuh kan nih? Besok masuk lah, gabisa seharipun hidup tanpa ngeliat wajah kau yang ganteng itu Man" “Iya iya inshaallah kalo aku udah baikkan aku langsung masuk kok”.

Seketika Ibu Parman keluar dari dapur sembari membawakan aku es teh manis dan sepiring biskuit “Waduh repot-repot aja nih tante hehe” “Ga repot kok Har, kan kasian kamu udah jauh-jauh bawain Parman bakso pula. Makasih ya Har” “Bukan apa-apa kok tante” Sesudah menengok keadaan karibku, ku tuntun tubuh ini untuk kembali ker rumah yang tidak jauh jaraknya dari rumah Parman. “Har! Parman katanya keciduk yak?” Tanya kakakku Delima wanita cantik yang merawat ku semenjak aku merantau dari tanah kelahiranku Palembang, Sumatra Selatan. “Iya keciduk dia. Ini aku baru pulang nengokkin, udah babak belur aja mukanya.” “Waduh kasihan juga si Parman. Yaudah mandi lah kau sudah tu makan, sudah ku masakkan makanan kesukaan kau” “Iya ka”.

Keesokkan harinya sesampai aku di sekolah, sudah ku lihat lelaki kurus berkumis tipis yang masih ada lebam di wajahnya yang duduk di kursi sebelahku. Melihat Parman yang sudah kembali bersekolah melukiskan senyuman lega di wajah ku “Weh Man! Udah masuk aja kamu” “Iyalah aku paksain ini demi kamu. Aku tau kamu tak bisa hidup sehari pun tanpa melihat wajahku” “Walah bisa aja kamu Man, tapi bener juga sih.”

Setelah bel sekolah berbunyi 3x aku dan Parman segera pulang “Jadi lewat mana nih? DosQ lagi kah?” “Yeu, gila kamu Har. Tapi kali ini gantian, aku yang kabur kamu yang babak belur ya.” “Haha jangan lah kasian tampangku yang ganteng ini” Ketika perjalanan pulang ke rumah tak sengaja kami satu angkutan dengan primadona Sparatiz, Vita namanya. Paras cantik, kulit seputih susu, dan rambut hitam panjang terurai mengalihkan padangan mataku ini “Har! Ngeliatin siapa kamu?” “Tuh liat Man, Vita… Indah benar memang ciptaan Tuhan” Vita adalah wanita cantik yang duduk di kelas 12 IPA 1, wanita idaman para pria ini tak hanya paras cantik menghiasi wajahnya, otak pintar pun juga ia kantongi. “Kapan yak Vita jadi pacarku?” “Wah mimpi kamu Har! Aku yang gantengnya macam Brad Pitt ini aja belum tentu bisa memiliki Vita” “Prettt… Brad Pitt dari Hongkong”

“Kiri bang” Suara Vita meberhentikan angkut dengan suara lembut nan halus. Tak sengaja dompetnya terjatuh saat ia mengeluarkan uang kecil dari dompetnya. Seketika tangan ini meraih dompet berwarna pink yang telah tergeletak di lantai angkut “Vit, maaf nih dompetnya jatuh” Kejar ku keluar angkut “Wah iya. Makasih ya. Eh kamu anak Sparatiz juga?” “Iya aku Anhar 12 IPA 3” “Oh, salam kenal ya Anhar” “Eh kita belom sampe, balik lu sini Har!” Teriak Parman dari dalam angkut “Aku balik ke angkut ya Vit” “Eh iya har, makasih ya sekali lagi”. Aku kembali ke dalam angkut dan disambut dengan ucapan Parman “Wah udah nyolong start duluan kamu Har” “Iyalah, mana ada celah ada kesempatan tuk dapatkan hatinya” “Ya kau boleh saja nanti jadi pacarnya, tapi aku bakal jadi suaminya Har. Haha” “Enak saja, langkahi dulu mayatku”.

Sesampaiku dirumah, tercium wangi ayam goreng khas Kak Delima “Nyomot ah satu.” “Eh! Cuci tangan dulu Har” “Eh iya ka” “Ka tau ga? Tadi aku berbicara dengan bidadari” “Ini juga kamu lagi bicara dengan bidadari Har, hehehe” “Ih kaka aku serius. Ini bidadarinya baru turun dari khayangan” “Siapa sih memang? Kasih tau kaka dong. Kan kaka juga penasaran sama perempuan yang bisa bikin adik kaka mabuk kepayang macam ni” “Vita kak namanya, primadona Sparatiz dia” “Oh Vita… dari namanya sih udah cantik” “Iyalah apalagi wajahnya ka… beeh” “Bawa lah anaknya, biar kaka liat. Cocok ga jadi adik ipar kakak” “Ih si kaka ngomongnya udah jauh banget.” “Ya gapapa dong, udah cepet abisin makannya trus mandi” “Siap kaa”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun