Mohon tunggu...
Masyitah
Masyitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sosiologi

penulis merupakan mahasiswi dari Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung pinang, Kepulauan Riau.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama dan Stratifikasi Sosial

4 Mei 2022   17:40 Diperbarui: 11 Mei 2022   23:51 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Didalam suatu masyarakat kita akan menemukan banyak sekali perbedaan-perbedaan disetiap masing-masing individu didalamnya. Perbedaan yang tampak mulai dari suku, agama, ras, budaya, bahasa dan sebagainya. Apalagi masyarakat yang tinggal disuatu daerah tersebut merupakan masyarakat modern yang sudah sangat kompleks kehidupannya. Maka tidak jarang beragam kebudayaan dari masing-masing individu sudah membudaya dan mencampuri disuatu daerah tertentu, sehingga untuk menstabilkan dan menerapkan keteraturan sosial pada masyarakat ini akan cukup sulit. berbeda dengan masyarakat tradisional yang cendrung tinggal dan menentap disuatu wilayah yang sama, dan biasanya pada masyarakat ini merupakan sekumpulan individu-individu yang sudah lama bahkan dari lahir mereka hidup didaerah tersebut, sehingga untuk kebudayaan dan keberagamaan yang mereka anut tidak keluar dari koredor petua terdahulu atau bisa dibilang memiliki kebudayaan yang hampir sama serta masyarakatnya tidak sekompleks pada masyarakat modern.

Agama menurut Durkheim adalah suatu "sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus/suci. kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu "sifat kudus" dari agama dan "praktek-praktek ritual" dari agama.

Sosiologi agama yaitu memandang bagaimana penganutnya yang menganut agama tertentu, masyarakat mengidentifikasikan diri dari suatu agama. Kita fokus melihat pemeluk agama tersebut seperti apa, apakah sesuai dengan realitas-realitas sosial, ibadahnya seperti apa, serta bagaimana masyarakat terhadap aturan agamanya.

Kata stratisfication berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Mengenai istilah ini, Soekanto mengutip Pitirim A.Sorokin dalam menjelaskan definisinya. Di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan social stratisfication adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarki).

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat kedalam kelas yang tersusun secara bertingkat. Stratifikasi sosial juga sering disebut juga dengan pelapisan sosial. Lapisan ini terjadi kerana adanya individu-individu yang dihargai lebih didalam suatu masyarakat. Seperti didalam diri inidividu tersebut memiliki kekayaan, kekuasaan, keturunan bahkan ilmu pengetahuan (pendidikan) yang jarang dimiliki oleh orang lain, oleh sebab itu, individu yang seperti ini akan lebih dihargai dan disegani oleh orang-orang disekitarnya, berbeda pula dengan individu-individu yang tidak memiliki suatu keistimewaan seperti yang telah dijelaskan pada penggalan kata sebelumnya yang cendrung biasa saja dan bahkan tidak/kurang mendapatkan respon baik dari orang-orang sekitarnya.

Banyak kita temui pada masyarakat Indonesia mayoritas memiliki stratifikasi atau tingkatan dalam suatu keagamaan. Dalam sebuah agama saja antar umat yang satu dengan umat lainnya dianggap memiliki tingkatan atau kedudukan sosial yang berbeda, padahal mereka menganut agama yang sama.

Tidak hanya itu, sosiologi agama bisa dikaitkan dengan teori alienasi. Teori alienasi yaitu masyarakat proletar disibukkan dengan suatu pekerjaannya. Yang digambarkan seperti didalam suatu perusahaan, terdapat individu-individu didalam perusahaan tersebut yang tidak saling mengenal diantaranya. Karena mereka terlalu disibukkan dengan pekerjaan sehingga untuk menjalani interaksi tidak tercipta.

Jika sosiologi agama dikaitkan dengan teori alienasi maka akan berpengaruh dengan orang-orang dengan aliran agamanya yang kuat dan lemah sehingga menjadikan seseorang itu menjadi eksklusif, dan akan mencapai pada level teralienasi dari lingkungannya. Seperti kita lihat bahwa didalam suatu masyarakat jika kita temui individu atau kelompok yang sangat fanatic terhadap kepercayaannya, selalu melakukan hal-hal yang hanya berhubungan dengan agamanya, tidak pernah bergaul dan cendrung menutup diri, sehingga untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya saja tidak pernah dan tidak sempat, alhasil individu tersebut cendrung akan mengalami teralienasi dilingkungan masyarakatnya karena tidak bisa memposisikan dan mengikutsertakan diri sebagai masyarakat yang ikut andil didalam urusan serta permasalahan  yang ada didaerahnya.

Begitu juga bagi masyarakat yang memiliki pemahaman agama yang minim, seperti ada individu maupun kelompok yang kurang/tidak memahami mengenai agamanya, diingkungan masyarakat maka akan kurang dikenang oleh masyarakat lainnya, dan keberadaannya kurang diharapkan "teralienasi", ini tentunya jauh berbeda dengan individu yang paham agama namun bisa menyeimbangkan antara kehidupan didunia dan diakhirat, cendung akan lebih dihargai dan disegani oleh masyarakat sekitarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun