Mohon tunggu...
Masyita Crystallin
Masyita Crystallin Mohon Tunggu... Lainnya - Ekonom Senior dan Pakar Ekonomi Hijau

Masyita Crystallin adalah Partner at Systemiq and Head of Asia Pacific Sustainable Finance and Policy. Ia juga menjabat sebagai Co-chair Deputy of Coalition of Finance Minister for Climate Action. Berbekal pengalaman sebagai Staf Khusus Menteri Keuangan RI, Kepala Ekonom di Bank DBS Indonesia dan ekonom Bank Dunia, Masyita telah memainkan peran strategis dalam perumusan kebijakan fiskal dan makroekonomi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga berperan sebagai Dewan Komisaris Indonesia Financial Group (IFG) yang merupakan holding asuransi, penjaminan dan pasar modal. Masyita menyandang gelar PhD dari Claremont Graduate University. Ia ingin memberikan sumbangsih pada kebijakan ekonomi Indonesia termasuk ekonomi dan aksi iklim global.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

5 Tantangan Utama Membangun Pariwisata Indonesia

28 Desember 2024   20:34 Diperbarui: 30 Desember 2024   09:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisatawan sedang liburan di Pantai Kelingking, Nusa Penida, Bali (SHUTTERSTOCK/GUITAR PHOTOGRAPHER via Kompas.com)

Indonesia memiliki keunggulan geografis, serta biodiversitas sosial dan budaya, menjadikannya sebagai destinasi wisata dengan potensi besar. Namun, optimalisasi sektor pariwisata indonesia masih menemui banyak tantangan untuk mampu mendorong perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. 

Pariwisata Indonesia berada pada peringkat 22 dari 119 negara dunia dalam Laporan Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2024 oleh World Economic Forum. Indonesia bersaing dengan banyak negara maju seperti Amerika Serikat yang menduduki peringkat pertama, disusul oleh Jepang, Tiongkok, Singapore, Korea Selatan, dan United Arab Emirates dengan masing-masing peringkat 3, 8, 13, 14, dan 18 serta lainnya oleh negara maju di Eropa dan Amerika Utara. 

Terdapat lima hal yang menjadi dasar penilaian dalam penyusunan TTDI, Indonesia dapat melakukan optimalisasi pada kelima aspek tersebut untuk menarik lebih banyak wisatawan global serta menciptakan dampak yang lebih baik dalam membangun ekosistem pariwisata Indonesia.

Jasa dan Infrastruktur

Sebagai negara kepulauan, konektivitas antar daerah menjadi krusial untuk pengembangan wisata. Fasilitas transportasi udara, pelabuhan, dan darat perlu ditingkatkan untuk bersaing dengan negara lain. Data Pusat Statistik (BPS) menunjukkan 72% wisatawan mancanegara (wisman) menggunakan transportasi udara, 18,3% menggunakan transportasi laut, dan sisanya menggunakan transportasi darat.

Sumberdaya Alam

Negara dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa harus diiringi inovasi dengan pendekatan lokal untuk menumbuhkan pengalaman unik bagi wisatawan. Selama ini, inovasi pelayanan wisata dan eksplorasi budaya belum digali dengan baik, sehingga perlunya membangun narasi yang kuat mengenai daya tarik budaya dan ekowisata untuk menarik wisatawan global.

Baca juga: Mempercepat Reformasi Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global

Foto Landscape Bromo Tengger Semeru (Sumber: Freepik/jcomp)
Foto Landscape Bromo Tengger Semeru (Sumber: Freepik/jcomp)

Keberlanjutan Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun